photo by: bayu dwi arthanto putro |
Saudaraku yang
dirahmati Allah.
Saya berbagi pesan singkat tentang perintah Allah Swt tentang perintah bertakwa. Ketika hari Jum’at, teentunya
saudaraku sudah bersiap untuk melaksanakan shalat Jum’at. Bagi yang punya waktu luang, tentunya
berangkat dari rumah melakukan persiapan sebaik-baiknya dimulai dengan mandi
dan memakai pakaian terbaik disertai wangi-wangian yang semerbak sesuai dengan
tuntunan Rasul. Hati ini begitu bergembira menuju ke masjid meluruskan niat
memenuhi perintah Allah Swt. Tidak kalah bagi yang sedang di kantor berusaha
sebaik mungkin untuk hadir di masjid meskipun tidak sama yang berangkat rumah
dalam kesiapan fisik tetapi kesiapan hati berbilang sama juga ingin
melaksanakan perintah Allah dan meluruskan niat.
Rangkaian
shalat Jum’at adalah mendengarkan khatib berkhutbah. Dan ketika khatib naik mimbar dimulai dengan memuji kepada Tuhan serta shalawat kepada nabi Muhammad Saw dan inilah pesan awal di dalam khutbah. “Dari mimbar ini saya mengajak
kepada diri saya sendiri, serta kepada para jamaah pada umumnya marilah
senantiasa kita pertebal sikap iman dan taqwa. Allah Swt berfirman,
“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan
dalam keadaan beragama Islam.(Qs Ali Imran : 102).
Iman secara singkat dipahami sebagai kesadaran utuh yang terhunjam di
kedalaman hati, keterhubungan antara hati, lisan dan perbuatan itulah yang
dimaksud dengan makna iman sesungguhnya. Sedangkan ”takwa” secara sederhana
adalah patuh atas segala perintah Allah dan menjauhi segala larang-larangannya.
Oleh karena itu kita terus
berupaya meningkatkan
nilai-nilai takwa, karena memang hanya takwalah sebaik-baiknya bekal kita
menuju hari akhir.
Demikian sepenggal ucapan khatib, yang selalu diucapkan diawal khutbah yang
selalu menekankan perintah untuk bertakwa dan kemudian dilanjuti dengan
tema-tema yang dikaitkan dengan kondisi kekinian. Yaitu kondisi yang dihadapi umat dan upaya
memperbaiki yang rusak dan meningkatkan kondisi yang baik supaya lebih baik lagi
Saudaraku yang dirahmati Allah.
JIka kita membaca Qur’an dengan seksama maka perintah
untuk bertakwa merupakan seruan Allah mengandung perintah atau larangan dan berbagai tuntunan yang harus dipatuhi. Perkataan
takwa di dalam Al Qur’an dengan berbagai
derivasi disebutkan seperti ittaqu, al muttaqin, taqiyya, yattaqun, ittaqi,
wattaqunni, yattaqi dan al tqa. Jika diterjemakan dalam bahasa Indonesia maka
derivasinya meliputi perkataan “takwa” diulang 13 kali, perkataan
“bertakwa” diulang 135 kali, perkataan “bertakwalah” disebut 71
kali, perkataan “ketakwaan” disebut 2 dan perkataan “ketakwaannya”
disebut 2 kali. Begitu pentingnya ketakwaan maka di perlukan penafsiran yang
benar dan tepat, sebab dengan penafsiran yang tepat dan benar maka perwujudan
takwa juga akan benar dan tepat.
Tafsir yang di sampaikan oleh Rasulullah saw
dalam menafsiri firman Allah Ta’ala’ bertakwalah
kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya (Ali Imran 102) dengan sabdanya : “ Yaitu agar Allah dipatuhi
dan tidak didurhakai, diingat dan tidak dilupakan, disyukuri dan tidak dikufur.
Sebenarnya sabda Rasulullah sudah
lebih cukup untuk memahami apa yang dimaksud takwa. Namun demikian para sahabat
dan para ulama menguraikan sabda Rasulullah Saw dengan caranya sendiri dengan
maksud supaya lebih difahami dengan benar dan dilaksanakan secara benar pula.
Inilah salah satu contoh salah seorang
sahabat menjelaskan tentang takwa. Seorang
sahabat Rasulullah Saw, Umar bin
Khaththab bertanya kepada Ubay tentang apa itu takwa. Ubay balik bertanya :
“Bukankah Anda pernah berjalan di tempat
yang penuh duri?” Umar menjawab : “Ya, pernah.” Ubay bertanya lagi : “Lalu Anda
berbuat apa?” Umar menjawab: “Saya sangat hati-hati dan bersungguh-sungguh
menyelamatkan diri dari duri itu.” Ubay menimpali : “Itulah (contoh) takwa.”.
Membahas masalah takwa menjadi prioritas di dalam setiap momentum
pencerahan kalbu. Sehingga setiap muslim
dalam menjalani kehidupan di dunia tiap langkah. tiap hirupan nafas diwarnai
dengan sikap ketakwaaan. Oleh karena itu membahas masalah takwa bagaikan lautan
tidak bertepi, para ulama sejak dulu sampai sekarang sangat memperhatikan masalah takwa. Penekanan
takwa terus di berikan baik secara lisan maupun dengan tulisan dalam bentuk
buku yang jumlahnya hampir-hampir tidak terhitung.
Saudaraku, mari kita camkan nasehat seorang sufi yang
bernama Syekh
Abdul Qadir pernah memberikan nasihat berkaitan dengan takwa :
· ”Jadilah
kamu bila bersama Allah tidak berhubungan dengan makhluk dan bila bersama
dengan makhluk tidak bersama nafsu. Siapa saja yang tidak sedemikian rupa, maka
tentu ia akan selalu diliputi syaitan dan segala urusannya melewati batas.”
· Seseorang yang bertakwa akan meninggalkan dosa-dosa, baik kecil maupun
besar. Baginya dosa kecil dan dosa besar adalah sama-sama dosa. Ia tidak akan
memandang remeh dosa-dosa kecil, karena gunung yang besar tersusun dari
batu-batu yang kecil (kerikil). Dosa yang kecil, jika dilakukan terus-menerus
akan berubah menjadi dosa besar.
· Tidak hanya hal-hal yang menyebabkan dosa saja yang ditinggalkan oleh
orang-orang bertakwa, hal-hal yang tidak menyebabkan dosa pun, jika itu
meragukan, maka ditinggalkan pula dengan penuh keikhlasan.
Bertakwalah saudara-saudaraku mulai hari sekarang, hari
ini dan inilah jalan
keselamatan untuk menjadi orang beruntung baik di dunia dan diakhirat.
Wallahu
‘alam bish shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar