(Dengan Nama Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang)
Saudaraku yang tua dan muda semoga selalu
dalam kasih sayang Allah.
Aku berbagi pesan tentang
memelihara iman. Sebab sering terjadi kita mendengar pernyataan “Saya
telah beriman” pernyataan yang
mudah, tetapi sedikit sekali
yang berpegang teguh
dengan pernyataan itu. Sebab
gelombang kehidupan akan menerpa
setiap anak manusia mulai dari kelahirannya sampai tiba hari kematiannya. Keimanan layaknya tanaman makin dipelihara dia makin subur, jika
dia dibiarkan maka dia pasti akan layu dan kemudian mati. Kondisi keimanan bagi
setiap orang berbeda-beda kadang-kadang dia menunjukan grafik yang bagus,
tetapi suatu waktu terjadi penurunan dan
kemudian naik lagi. Yang berbahaya grafik keimanan menukik kebawah tidak
terkendali sehingga ketika nyawa terlepas dari tubuhnya dia dalam kedaan kafir.
Kita berlindung kepada Allah dari keadaan yang demikian.
Kondisi demikian sudah
digambarkan oleh
Allah swt dengan firman Nya
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula), kemudian
kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, maka sekali-kali Allah tidak akan
memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan
yang lurus. (Qs An Nisaa’ : 137)
Ibnu
Katsir menafsiri ayat ini, “ Allah Ta’ala memberitahukan ihwal orang yang masuk
ke dalam keimanan, kemudian dia berubah antara keimanan dan kekafiran, kemudian
bertambahlah lagi kekafirannya hingga dia mati. Sesungguhnya Allah tidak
mengampuninya, karena tidaklah dia meninggal kecuali kekafirannya telah
bertumpuk ,”
Bagaimana
kalau seseorang merasa beriman tetapi
berbuat maksiat, kondisi seperti ini
sangat sering terjadi disekitar kita, bukan tidak mungkin
menghinggapi diri kita sendiri. Coba
kita perhatikan di tayangan telvisi begitu antusiasnya mengikuti pencerahan
iman tetapi disisi lain perbuatan maksiat dilakukan seperti korupsi, perzinaan
dsbnya. Hal demikian dijelaskan dalam suatu hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya: Sesungguhnya
Rasulullah s.a.w pernah bersabda : Seorang penzina tidak akan berzina jika
ketika itu dia berada di dalam keimanan. Seorang pencuri tidak akan mencuri
jika ketika itu dia berada di dalam keimanan yaitu iman yang sempurna. Begitu
juga seorang peminum arak tidak akan meminum arak jika ketika itu dia berada di
dalam keimanan. Dapat difahami ketika dia bermaksiat maka keimanan pada
dirinya selama dia bermaksiat
ditanggalkannya,
Saudaraku
yang dikasihi Allah,
semoga selalu dalam keimanan.
Allah
memelihara dan menjaga keimanan terhadap hamba-hambaNya yang shalih dan
wali-Nya di dunia.. Itulah janji Allah kepada
orang beriman tetapi sebaliknya, orang beriman harus menjaga Rabbnya. Rasulullah Saw bersabda “Jagalah Allah, niscaya Dia akan
menjagamu. Dan Allah Swt berfirman “
Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu
kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya). (Qs
Qaaf :32)
Menjaga
Allah berarti memelihara iman diri pribadi dengan mematuhi semua peraturan
Allah baik yang bersifat perintah maupun yang bersifat larangan. Satu sisi
melaksanakan perintahNya dan satu sisi meninggalkan semua larangannya dengan
sepenuh hati. Ini adalah salah satu ciri
dari orang yang bertakwa. Dengan demikian
menjaga Allah diwujudkan dalam amalan nyata, seperti :
1. Memelihara shalat. Allah
Swt menamakan orang yang selalu melakukan shalat sebagai orang yang
memeliharanya, Allah berfirman :
Peliharalah segala
shalat (mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah karena Allah (dalam
shalatmu) dengan khusyu`. (Qs Al Baqarah : 238).
Untuk memelihara shalat tiga hal yang perlu mendapat
perhatian :
a. Menunaikan pada
waktunya. Jika menunda shalat hingga waktunya habis, maka Allah tidak menerimanya
kecuali uzur. Shalat itu dilipat dan dilemparkan ke wajah si pemiliknya dan dia
berkata, “ Semoga Allah menyia-nyiakanmu, sebagaimana kamu menyia-nyiakanku.
b. Melaksanakan dengan
berjama’ah. Tidaklah sempurna shalat yang dilakukan tanpa berjama’ah kecuali
uzur.
c. Melaksanakannya dengan
penuh khusyu’. Hadirkan hati dan pikiran tertuju hanya kepada Allah.
2. Menjaga anggota tubuh. Termasuk menjaga Allah, apabila seseorang menjaga
anggota tubuhnya dari perbuatan maksiat dan menundukkannya untuk mentaatinya. Berikut adalah uraian rinci masalah yang
penting ini.
a. Menjaga hati. Hati harus
dijaga agar terhindar dari berbagai
penyakit seperti syirik, riya’, ni-fak, takabur, ujub, dengki dsbnya Hati
hendaklah dipenuhi dengan pentauhidan kepada Allah, ikhlas jujur, tawakal,
selalu bergantung kepadaNya. Pada hari kiamat manusia akan rugi kecuali,
sebagaimana firman Nya : “
(yaitu) di hari harta
dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah
dengan hati yang bersih, (Qs
As Syu’araa : 88-89)
b. Menjaga lisan. Hamba
menjaga Allah dengan menjaga lisannya, karena sebagian besar keburukan
dosa dan maksiat disebabkan olehnya. Betapa banyak lisan tergelin-cir pada perbuatan maksiat dan
betapa banyak dua malaikat men-catat perbuatan buruk yang kelak akan dilihat pada hari kiamat. Rasulullah Saw bersabda : ‘
Barangsiapa yang menjamin untukku apa
yang ada diantara kedua tulang tahangnya (lisan) dan apa yang ada
diantara kedua kakinya (kemaluannya) maka aku menjamin untuknya syurga.
c. Menjaga pendengaran. Cara hamba menjaga Allah adalah bila dia
menjaga pendengarannya. Seorang mukmin tidak
mendengarkan sesuatu yang diharamkan Allah. Dia tidak mendengarkan ghibah, dosa dan maksiat. Allah berfirman:
Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya. (QS Al Israa’: 36)
d. Menjaga pandangan. Jika seorang muslim menjaga
pandangannya, tidak mengarahkannya kepada yang haram, tapi diarahkan kepada
ketaatan kepada khaliknya, maka Allah akan menjaga dan mengurusnya. Allah
berfirman : “
Katakanlah kepada orang
laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". (An Nuur :
30)
e. Menjaga perutnya . Yang harus dijaga oleh seorang muslim, adalah
menjaga perutnya dari makanan haram. Dan tidak makan kecuali yang dihalalkan
Allah. Dia menghindari segala sumber harta yang haram, seperti riba, penipuan,
perdagangan yang diharamkan Allah. Dia perbaiki makanan dan minumannya agar
doanya dikabulkan.. Allah berfirman : “
Dan makanlah makanan
yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezkikan kepadamu, dan
bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya. (Qs Al Maidah : 88)
Bila
seorang muslim telah memelihara semua amalan ketaatan dan tubuhnya dipelihara
dan menjauhi dari semua perbuatan maksiat maka dia telah memelihara dan menjaga
keimanannya.
Akhirnya mari kita berdoa
Rabbanaa laa tuzigh
quluubanaa ba’da idz-hadaitanaa wahab lanaa min ladunka rahmatan innaka
antal-wahhab.
"Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk
kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena
sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)."(Qs Ali Imran: 8).
Nasrun minnallah
Wallhu ‘alam bish shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar