Sabtu, 19 Januari 2013

IMAN DAN KEHIDUPAN





IMAN DAN KEHIDUPAN
Ustadz M.Wiharto,S.Ag.,S.Pd.I.,M.A

Bismillaahirrahmanirrahiim
(Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)
Saudaraku yang selalu dalam lindungan Allah Sw
Menurut riwayat, saat sahabat Bilal disiksa oleh bangsawan kafir Quraisy, dia tak henti mengucapkan satu kata “Ahad”. Dengan mengucapkan kata itu sahabat Bilal dapat bertahan untuk tidak mengeluh ataupun mengaduh, walau bentuk siksaan yang diterimanya sudah berada di luar batas kemanusiaan. Dengan satu kata itu tujuan utama para bangsawan Quraisy yang menyiksa seorang budak hitam gagal diwujudkan. Kesombongan mereka telah dikalahkan secara telak oleh Bilal, seorang budak hitam.
Kata yang diucapkan secara berulang-ulang oleh Bilal itu tentu saja bukan sejenis mantra kekebalan atau mantra penghilang rasa sakit. Kata yang diucapkan Bilal adalah wujud keimanan yang telah tertanam di dalam hatinya. Bilal telah memenuhi semua ruang yang ada di dalam hatinya dengan keyakinan akan keesaan Allah, Tuhan yang tunggal yang sangat mengasihi semua makhluk-Nya tanpa memandang status ningrat dan jelata, kaya dan miskin, hitam dan putih, laki-laki dan perempuan ataupun budak dan merdeka. Karena semua ruang di dalam hatinya telah dipenuhi oleh keyakinan akan kemahabesaran Allah yang Ahad, Bilal tidak lagi merasakan sakitnya jasad yang dipanggang sinar matahari dan dicambuk berulang kali.
Saat menceritakan kisah Bilal Bin Rabbah ini, guru Madrasah penulis selalu menutupnya dengan kalimat sebagai berikut: Kalau kamu mempunyai iman di dalam hatimu maka tidak akan ada halangan yang perlu kamu takutkan. Karena Allah selalu berbuat baik kepadamu maka kalau kamu mempunyai iman maka kamu akan selalu berbuat baik kepada sesamamu. Allah swt berfirman:
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” [QS. Ali Imran (3): 92]
Ayat ini dapat diterjemahkan menjadi: Kalian tidak akan disebut telah berbuat kecuali kalian itu rela memberikan yang terbaik bagi sesamamu. Kalau kerjabakti kita harus ikhlas dan minimal sesemangat dan seserius ketika mengerjakan pekerjaan kita sendiri. Ketika beramal dan memberikan suatu barang, seharusnya memberikan yang terbaik yang dimiliki. Jangan memberikan barang yang sudah usang kepada orang lain.
Kalau saat ini kita masih merasa dan mengaku mempunyai iman, itu adalah sesuatu yang harus disyukuri, karena kita termasuk orang yang mendapatkan petunjuk-Nya, kita termasuk orang yang dipilih-Nya untuk dapat berbuat baik lebih banyak dari pada yang lain. Dengan adanya iman di hati, cita-cita hidup seseorang relatif lebih tertata. Dia akan mempunyai kesatuan tekad untuk berbuat sesuatu. Kalau pada masa awal Islam, umat Islam hampir selalu memenangkan perang melawan kaum kafir yang jumlahnya berlipat ganda, itu bukan karena mukjizat dan kematangan strategi semata, tetapi karena ditunjang oleh kekuatan motivasi iman yang ada di hati para sahabat generasi pertama Islam itu.
Dengan keimanan yang terus menyala, mereka tidak memiliki rasa takut kehilangan sesuatu, kalau terbunuh mereka yakin mendapatkan surga, kalau menang mereka mendapatkan kemuliaan. Kisah perang Uhud mempertegas hal ini. Walau jumlahnya sangat tidak sebanding dengan pasukan kafir, pada awal peperangan kaum muslimin dapat meraih kemenangan karena motivasi meraka adalah semata-mata untuk menyelamatkan keyakinan terhadap Allah. Tetapi ketika motivasi mereka berubah menjadi demi ghanimah, mereka diceraiberaikan oleh pasukan kafir.
Sejarah mencatat, perang Uhud adalah satu-satunya perang yang gagal dimenangkan oleh kaum muslim ketika dipimpin Nabi saw. Dari perang Uhud ini, dapat kita ambil pelajaran bahwa iman itu menjadi sesuatu yang bermanfaat apabila terus diabadikan di dalam hati dan diwujudkan di dalam tindakan nyata. Allah  Swt berfirman
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirian shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. {QsAl-Baqarah [2] :177}
Menurut riwayat, ayat ini diturunkan untuk menjawab kritikan kaum Nashrani terhadap Nabi saw yang memindahkan Kiblatnya dari Baitul Maqdis ke Ka’bah. Mereka menganggap Nabi saw sebagai orang yang mencla-mencle dan tidak mempunyai kebaikan dalam keimanan. Maka Allah menurunkan ayat ini yang menerangkan bahwa kebaikan yang menjadi bukti benarnya suatu iman itu tidak sekedar penentuan kiblat. Kiblat shalat bukanlah tujuan yang hanya terhenti di situ saja, tetapi kiblat shalat adalah sarana yang harus diteruskan dengan tindakan nyata sebagaimana yang tercantum dalam ayat itu.
Dari ayat ini juga dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang tidak mau memberikan harta yang dicintainya, tidak mau membayar zakat, tidak menepati janji, tidak menolong yang membutuhkan adalah orang yang imannya tidak benar, meskipun dia setiap hari berteriak mengaku paling beriman dan mengetahui seluruh hukum moral yang tercantum di dalam seluruh kitab suci.
Dalam suatu hadis riwayat Malik, Nabi saw bersabda, “Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.  Menurut Ahmad Tohari, akhlak mencakup dimensi yang sangat luas. Iman dan ibadah semuanya bermuara kepada pembentukan kesempurnaan akhlak, maka Nabi saw tidak pernah bersabda bahwa dia diutus untuk menyempurnakan shalat, ataupun ibadah yang lain, tetapi dia diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak. Akhlak adalah perbuatan dan perilaku keseharian yang dilakukan oleh manusia. Akhlak ini merupakan cermin dari hati pemiliknya. Iman yang baik akan menjamin akhlak yang mulia. Sebaliknya, akhlak yang bejat adalah pratanda palsunya keimanan.
Pernyataan Nabi saw tadi tidak berarti shalat dan ibadah yang lainnya itu tidak penting dan boleh ditinggalkan. Shalat dan ibadah yang lain juga mempunyai kedudukan yang sangat penting di dalam agama Islam. Namun semua peribadatan itu tidak boleh hanya terhenti pada peribadatan semata, melainkan harus diteruskan di dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, surga tidak cukup hanya ditebus dengan shalat tanpa perbuatan baik lainnya. Surga tidak akan bisa dimasuki seorang diri tetapi harus ditempuh dengan jalan menyantuni sesama.
Jumlah jamaah haji Indonesia selalu mengalami peningkatan, sehingga setiap tahun Pemerintah selalu meminta penambahan kuota kepada Arab Saudi. Tetapi berapapun jumlah kuota itu ditambah, kuota itu selalu tidak mencukupi. Kursi haji 2010 sudah penuh sebelum tahun 2008. Angka-angka ini tentunya sangat menggembirakan, sebab menggambarkan betapa shalehnya orang Islam Indonesia yang selalu antri beribadah haji bahkan banyak yang mengulanginya. Tetapi, mengapa pula jumlah penderita gizi buruk juga terus bertambah sepanjang tahun? Mengapa sampai ada kejadian seorang ibu hamil yang meninggal dunia dalam keadaan kelaparan?
Ada seoarang teman yang menjawab, karena dana yang seharusnya bisa digunakan untuk membelikan makanan kepada mereka yang kelaparan itu habis digunakan untuk menyuap petugas haji agar kita bisa menggunakan kuota haji propinsi lain, atau dana yang seharusnya dapat digunakan untuk meringankan kelaparan saudara kita itu, habis kita gunakan untuk memalsu data, agar kita  tidak diketahui pernah haji dua kali.
Semua orang apabila pernah mengetahui kisah KHA Dahlan dan surat al-Ma’un yang terus diulang-ulangnya sehingga para muridnya bosan menyimaknya. Namun, sudahkan semua orang orang beriman mengamalkan ajaran yang ada di dalam surat al-Ma’un itu? Mungkin kita juga masih termasuk orang yang shalat tetapi justru malah celaka. Yaitu, kita berteriak paling beriman tetapi membiarkan saudara kita mengerang kelaparan, kita yang berujar paling bertauhid, paling shaleh, tetapi menyuap petugas haji agar bisa masuk surga, seorang diri.
Wallahu ‘alam bish shawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar