IMAN DAN KEHIDUPAN
Ustadz M.Wiharto,S.Ag.,S.Pd.I.,M.A
Bismillaahirrahmanirrahiim
(Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang)
Saudaraku
yang selalu dalam lindungan Allah
Sw
Menurut
riwayat, saat sahabat Bilal disiksa oleh bangsawan kafir Quraisy, dia tak henti
mengucapkan satu kata “Ahad”. Dengan mengucapkan kata itu sahabat Bilal
dapat bertahan untuk tidak mengeluh ataupun mengaduh, walau bentuk siksaan yang
diterimanya sudah berada di luar batas kemanusiaan. Dengan satu kata itu tujuan
utama para bangsawan Quraisy yang menyiksa seorang budak hitam gagal
diwujudkan. Kesombongan mereka telah dikalahkan secara telak oleh Bilal, seorang
budak hitam.
Kata yang
diucapkan secara berulang-ulang oleh Bilal itu tentu saja bukan sejenis mantra
kekebalan atau mantra penghilang rasa sakit. Kata yang diucapkan Bilal adalah
wujud keimanan yang telah tertanam di dalam hatinya. Bilal telah memenuhi semua
ruang yang ada di dalam hatinya dengan keyakinan akan keesaan Allah, Tuhan yang
tunggal yang sangat mengasihi semua makhluk-Nya tanpa memandang status ningrat
dan jelata, kaya dan miskin, hitam dan putih, laki-laki dan perempuan ataupun
budak dan merdeka. Karena semua ruang di dalam hatinya telah dipenuhi oleh
keyakinan akan kemahabesaran Allah yang Ahad, Bilal tidak lagi merasakan
sakitnya jasad yang dipanggang sinar matahari dan dicambuk berulang kali.
Saat
menceritakan kisah Bilal Bin Rabbah ini, guru Madrasah penulis selalu
menutupnya dengan kalimat sebagai berikut: Kalau kamu mempunyai iman di dalam
hatimu maka tidak akan ada halangan yang perlu kamu takutkan. Karena Allah
selalu berbuat baik kepadamu maka kalau kamu mempunyai iman maka kamu akan
selalu berbuat baik kepada sesamamu. Allah swt berfirman:
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang
kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” [QS. Ali Imran (3): 92]
Ayat ini
dapat diterjemahkan menjadi: Kalian tidak akan disebut telah berbuat kecuali
kalian itu rela memberikan yang terbaik bagi sesamamu. Kalau kerjabakti kita
harus ikhlas dan minimal sesemangat dan seserius ketika mengerjakan pekerjaan
kita sendiri. Ketika beramal dan memberikan suatu barang, seharusnya memberikan
yang terbaik yang dimiliki. Jangan memberikan barang yang sudah usang kepada
orang lain.
Kalau saat
ini kita masih merasa dan mengaku mempunyai iman, itu adalah sesuatu yang harus
disyukuri, karena kita termasuk orang yang mendapatkan petunjuk-Nya, kita
termasuk orang yang dipilih-Nya untuk dapat berbuat baik lebih banyak dari pada
yang lain. Dengan adanya iman di hati, cita-cita hidup seseorang relatif lebih
tertata. Dia akan mempunyai kesatuan tekad untuk berbuat sesuatu. Kalau pada
masa awal Islam, umat Islam hampir selalu memenangkan perang melawan kaum kafir
yang jumlahnya berlipat ganda, itu bukan karena mukjizat dan kematangan
strategi semata, tetapi karena ditunjang oleh kekuatan motivasi iman yang ada
di hati para sahabat generasi pertama Islam itu.
Dengan
keimanan yang terus menyala, mereka tidak memiliki rasa takut kehilangan
sesuatu, kalau terbunuh mereka yakin mendapatkan surga, kalau menang mereka
mendapatkan kemuliaan. Kisah perang Uhud mempertegas hal ini. Walau jumlahnya
sangat tidak sebanding dengan pasukan kafir, pada awal peperangan kaum muslimin
dapat meraih kemenangan karena motivasi meraka adalah semata-mata untuk
menyelamatkan keyakinan terhadap Allah. Tetapi ketika motivasi mereka berubah
menjadi demi ghanimah, mereka diceraiberaikan oleh pasukan kafir.
Sejarah
mencatat, perang Uhud adalah satu-satunya perang yang gagal dimenangkan oleh
kaum muslim ketika dipimpin Nabi saw. Dari perang Uhud ini, dapat kita ambil
pelajaran bahwa iman itu menjadi sesuatu yang bermanfaat apabila terus
diabadikan di dalam hati dan diwujudkan di dalam tindakan nyata. Allah Swt berfirman
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke timur dan barat itu
suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan
harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirian shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. {QsAl-Baqarah
[2]
:177}
Menurut
riwayat, ayat ini diturunkan untuk menjawab kritikan kaum Nashrani terhadap
Nabi saw yang memindahkan Kiblatnya dari Baitul Maqdis ke Ka’bah. Mereka
menganggap Nabi saw sebagai orang yang mencla-mencle dan tidak mempunyai
kebaikan dalam keimanan. Maka Allah menurunkan ayat ini yang menerangkan bahwa
kebaikan yang menjadi bukti benarnya suatu iman itu tidak sekedar penentuan
kiblat. Kiblat shalat bukanlah tujuan yang hanya terhenti di situ saja, tetapi
kiblat shalat adalah sarana yang harus diteruskan dengan tindakan nyata
sebagaimana yang tercantum dalam ayat itu.
Dari ayat
ini juga dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang tidak mau memberikan harta
yang dicintainya, tidak mau membayar zakat, tidak menepati janji, tidak
menolong yang membutuhkan adalah orang yang imannya tidak benar, meskipun dia
setiap hari berteriak mengaku paling beriman dan mengetahui seluruh hukum moral
yang tercantum di dalam seluruh kitab suci.
Dalam
suatu hadis riwayat Malik, Nabi saw bersabda, “Aku hanya diutus untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia”. Menurut Ahmad
Tohari, akhlak mencakup dimensi yang sangat luas. Iman dan ibadah semuanya
bermuara kepada pembentukan kesempurnaan akhlak, maka Nabi saw tidak pernah
bersabda bahwa dia diutus untuk menyempurnakan shalat, ataupun ibadah yang
lain, tetapi dia diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak. Akhlak adalah
perbuatan dan perilaku keseharian yang dilakukan oleh manusia. Akhlak ini
merupakan cermin dari hati pemiliknya. Iman yang baik akan menjamin akhlak yang
mulia. Sebaliknya, akhlak yang bejat adalah pratanda palsunya keimanan.
Pernyataan
Nabi saw tadi tidak berarti shalat dan ibadah yang lainnya itu tidak penting
dan boleh ditinggalkan. Shalat dan ibadah yang lain juga mempunyai kedudukan
yang sangat penting di dalam agama Islam. Namun semua peribadatan itu tidak boleh
hanya terhenti pada peribadatan semata, melainkan harus diteruskan di dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, surga tidak cukup hanya ditebus dengan
shalat tanpa perbuatan baik lainnya. Surga tidak akan bisa dimasuki seorang
diri tetapi harus ditempuh dengan jalan menyantuni sesama.
Jumlah
jamaah haji Indonesia selalu mengalami peningkatan, sehingga setiap tahun Pemerintah
selalu meminta penambahan kuota kepada Arab Saudi. Tetapi berapapun jumlah kuota
itu ditambah, kuota itu selalu tidak mencukupi. Kursi haji 2010 sudah penuh
sebelum tahun 2008. Angka-angka ini tentunya sangat menggembirakan, sebab
menggambarkan betapa shalehnya orang Islam Indonesia yang selalu antri
beribadah haji bahkan banyak yang mengulanginya. Tetapi, mengapa pula jumlah
penderita gizi buruk juga terus bertambah sepanjang tahun? Mengapa sampai ada
kejadian seorang ibu hamil yang meninggal dunia dalam keadaan kelaparan?
Ada
seoarang teman yang menjawab, karena dana yang seharusnya bisa digunakan untuk
membelikan makanan kepada mereka yang kelaparan itu habis digunakan untuk
menyuap petugas haji agar kita bisa menggunakan kuota haji propinsi lain, atau
dana yang seharusnya dapat digunakan untuk meringankan kelaparan saudara kita itu,
habis kita gunakan untuk memalsu data, agar kita tidak diketahui pernah haji dua kali.
Semua
orang apabila pernah mengetahui kisah KHA Dahlan dan surat al-Ma’un yang terus
diulang-ulangnya sehingga para muridnya bosan menyimaknya. Namun, sudahkan semua
orang orang
beriman mengamalkan ajaran yang ada di dalam surat al-Ma’un itu?
Mungkin kita juga masih termasuk orang yang shalat tetapi justru malah celaka.
Yaitu, kita berteriak paling beriman tetapi membiarkan saudara kita mengerang
kelaparan, kita yang berujar paling bertauhid, paling shaleh, tetapi menyuap
petugas haji agar bisa masuk surga, seorang diri.
Wallahu ‘alam bish shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar