Minggu, 13 Oktober 2013

KEIMANAN DAN PENGORBANAN





KEIMANAN DAN PENGORBANAN

Bismillaahirrahmanirrahiim
(Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu
Segala puji bagi Allah Swt yang senatiasa memberikan taufik, hidayah   serta rahmat Nya, shalawat dan salam disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw, beserta keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umat Nya yang beristi-qamah pada sunahnya. 

Saudaraku yang selalu dalam lindungan Allah Swt

Didalam semangat Islam perkataan “keimanan dan pengorbanan” adalah dua kata yang tidak terpisahkan. Meskipun dibolak balik mempunyai pengertian yang saling membutuhkan dan saling melengkapi.  Tidak ada keimanan tanpa pengorbanan, dan tidaklah mungkin  pengorbanan tanpa keimanan Jika digambarkan dalam bentuk kualitas makin tinggi tingkat keimanan seseorang maka makin tinggi  pula tingkat  pengorbanannya dan   sebaliknya makin rendah keimanan seseorang maka makin rendah pula pengorbanannya.


Tesebutlah kisah dari sejarah awal perkembangan agama Islam. kisah dari seorang sahabat bernama   Shuhaib Ar Rumi, dia berkata, “ Ketika saya ingin berangkat hijrah dari Makkah menuju ke tempat Nabi di Madinah seorang Quraisy berkata kepadaku, “ Hai Shuhaib, dulu engkau datang  kepada kami tanpa harta, sekarang kamu hendak pergi sambil membawa harta? Demi Allah, itu tak boleh terjadi. Maka saya (Shuhaib) berkata kepada mereka, “ Apakah kalian akan membebaskan aku jika aku memberikan hartaku kepada kalian. Mereka mengiyakannya kuserahkan hartaku kepada mereka, dan mereka membiarkan aku pergi ke Madinah. Kejadian ini disampaikan kepada nabi, maka beliau bersabda, Shuhaib beruntung.. Shuhaib beruntung. Didalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan dari Ibnu Abbas bahwa, kisah hijrahnya Shuhaib merupakan sebab turunnya firman Allah swt
Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (Qs Al Baqarah : 207)
Ada kisah lain, suatu ketika Mush’ab bin Umair keluar menuju sekelompok kaum Muslimin yang sedang duduk di seputar Rasulullah, dan ketika orang-orang itu melihat Mush’ab semua terkejut sehingga mereka menundukan kepala dan menutup matanya. Bahkan sebagian ada yang sampai meneteskan air mata haru, karena mereka melihat Mush’ab memakai pakaian kurung bertambalan yang sudah butut. Mereka mengenang kembali pada penampilan Mush’ab sebelum masuk Islam yang pakaiannya selalu nampak mewah seperti bunga di taman  yang indah dan wangi. Rasulullah pun lama memandangnya, lalu berkata, “ Aku pernah melihat Mush’ab ini sebelumnya, dan di Makkah tak satupun pemuda yang hidupnya  tercukupi orang tuanya melebihi dia, dan kemudian meninggalkan semua itu karena cintanya terhadap Allah dan Rasulnya.

Saudaraku yang ikhlas dalam beribadah
Dalam merayakan Idul hari Raya Idul Qurban kisah nabi Ibrahim seperti yang diceritakan dalam Al Qur’an merupakan kisah nyata dalam konteks keimanan dan pengoranan. Dapat dibayangkan betapa besar keimanan Nabi Ibrahim kepada Tuhannya,  demi mencari ridho Allah nabi Ibrahim bersedia mengorbankan puteranya Ismail.  Allah Swt berfirman :

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelih-mu. Maka fikirkanlah apa pen-dapatmu!" Ia menjawab: "Hai ba-pakku, kerjakanlah apa yang di-perintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesa-baran keduanya). Dan Kami pang-gillah dia: "Hai Ibrahim, sesung-guhnya kamu telah membenarkan mimpi itu", Sesungguhnya ini be-nar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, Kami aba-dikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (Qs Ash Shaffaat : 102-109)

Kisah-kisah diatas adalah kisah masa lampau, itulah pelajaran yang harus yang harus dicontoh. Setiap kata, setiap gerak untuk mewujudkan keimanan  diperlukan pengorbanan.  Rukun Islam yang lima merupakan perwujudan keimanan dimana tiap rukun memerlukan pengorbanan. Pengucapan kalimah syahadat sebagai perwujudan keimanan tampaknya sederhana, tetapi  sarat dengan pengorbanan. Setiap mukmin yang sudah mengucapkan kalimah syahadat harus mengorbankan segala sembahan lain   kecuali kepada Allah semata. Rasulullah Saw mengingatkan, Janganlah engkau mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun, meskipun engkaua harus dipotong-potong atai dibakar



Kini,  keadaan  sangat berbeda tidak ada ancaman sedikitpun dari pihak manapun dalam penyembahan, semuanya tergantung dari kita sendiri. Demikian juga rukun-rukun yang lain seperti shalat, puasa, zakat dan naik haji semuanya tidak ada tekanan dari manapun. Oleh karena itu disinilah letak esensi dari pengorbanan tersebut. Maukah kita meluangkan waktu kita untuk sholat, maukah kita mengorbankan sesuatu yang halal dikerjakan dengan menahan diri yaitu melaksanakan puasa, maukah kita mengobankan sebagian dari harta kita untuk zakat dan maukah kita mengorbankan waktu, harta, berpayah-payah memenuhi panggilan Allah Swt untuk menunaikan haji.

Berkaitan dengan hari Raya korban bagi umat yang sudah mempunyai kemampuan berkorbanlah. Karena ini merupakan salah satu wujud nyata antara keimanan dan pengorbanan. Rasulullah saw, bersabda : “Barangsiapa yang hari ini mempunyai kemampuan untuk berqurban tetapi tidak mau berqurban, maka janganlah mendekati tempat shalat kami.” (Hr Ahmad dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah r.a).

Akhirnya, makin banyak kita beramal apakah itu ibadah wajib dan sunat berarti makin besar kesediaan kita untuk berkorban semata-mata adalah mencari keridhaan Allah. Dan tidak disangsikan lagi bahwa keridhaan Allah menyertai kita baik di dunia maupun di hari akhir.
Wallahu a’lam bish shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar