KEIMANAN DAN PENGORBANAN
Bismillaahirrahmanirrahiim
(Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang)
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu
Segala puji bagi Allah Swt yang senatiasa memberikan taufik, hidayah serta rahmat Nya, shalawat dan salam disampaikan
kepada Nabi Muhammad Saw, beserta keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umat
Nya yang beristi-qamah pada sunahnya.
Saudaraku yang selalu dalam lindungan Allah Swt
Didalam semangat Islam perkataan “keimanan dan pengorbanan” adalah dua kata
yang tidak terpisahkan. Meskipun dibolak balik mempunyai pengertian yang saling
membutuhkan dan saling melengkapi. Tidak
ada keimanan tanpa pengorbanan, dan tidaklah mungkin pengorbanan tanpa keimanan Jika digambarkan
dalam bentuk kualitas makin tinggi tingkat keimanan seseorang maka makin
tinggi pula tingkat pengorbanannya dan sebaliknya makin rendah keimanan seseorang
maka makin rendah pula pengorbanannya.
Tesebutlah
kisah dari sejarah awal perkembangan agama Islam. kisah dari seorang sahabat bernama Shuhaib
Ar Rumi, dia berkata, “ Ketika saya ingin berangkat hijrah dari Makkah menuju ke tempat Nabi di
Madinah seorang Quraisy berkata kepadaku, “ Hai Shuhaib, dulu engkau datang kepada kami tanpa harta, sekarang kamu hendak pergi sambil
membawa harta? Demi Allah, itu tak boleh terjadi. Maka saya (Shuhaib) berkata
kepada mereka, “ Apakah kalian akan membebaskan aku jika aku memberikan hartaku
kepada kalian. Mereka mengiyakannya kuserahkan hartaku kepada mereka, dan mereka
membiarkan aku pergi
ke Madinah. Kejadian ini disampaikan kepada nabi, maka beliau bersabda, Shuhaib
beruntung..
Shuhaib
beruntung. Didalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan dari Ibnu Abbas bahwa,
kisah hijrahnya
Shuhaib merupakan sebab turunnya firman Allah swt
Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan
dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada
hamba-hamba-Nya. (Qs Al Baqarah : 207)
Ada kisah lain, suatu ketika Mush’ab bin Umair keluar menuju sekelompok
kaum Muslimin yang sedang duduk di seputar Rasulullah, dan ketika orang-orang
itu melihat Mush’ab semua terkejut sehingga mereka menundukan kepala dan menutup
matanya. Bahkan sebagian ada yang sampai meneteskan air mata haru, karena
mereka melihat Mush’ab memakai pakaian kurung bertambalan yang sudah butut. Mereka
mengenang kembali pada penampilan Mush’ab sebelum masuk Islam yang pakaiannya
selalu nampak mewah seperti bunga di taman
yang indah dan wangi. Rasulullah pun lama memandangnya, lalu berkata, “ Aku pernah melihat Mush’ab ini sebelumnya,
dan di Makkah tak satupun pemuda yang hidupnya
tercukupi orang tuanya melebihi dia, dan kemudian meninggalkan semua itu
karena cintanya terhadap Allah dan Rasulnya.
Saudaraku yang
ikhlas dalam beribadah
Dalam merayakan
Idul hari Raya Idul Qurban kisah nabi Ibrahim seperti yang diceritakan dalam Al
Qur’an merupakan
kisah nyata dalam konteks keimanan dan pengoranan. Dapat
dibayangkan betapa besar keimanan Nabi Ibrahim kepada Tuhannya, demi mencari ridho Allah nabi Ibrahim bersedia
mengorbankan puteranya Ismail. Allah Swt
berfirman :
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur
sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelih-mu. Maka fikirkanlah
apa pen-dapatmu!" Ia menjawab: "Hai ba-pakku, kerjakanlah apa yang di-perintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang
sabar".Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan
anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesa-baran keduanya). Dan Kami pang-gillah
dia: "Hai Ibrahim, sesung-guhnya kamu telah membenarkan mimpi itu", Sesungguhnya
ini be-nar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor
sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di
kalangan orang-orang yang datang kemudian, Kami aba-dikan untuk Ibrahim itu
(pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (Qs Ash
Shaffaat : 102-109)
Kisah-kisah diatas adalah kisah masa lampau, itulah pelajaran yang harus
yang harus dicontoh. Setiap kata, setiap gerak untuk mewujudkan keimanan diperlukan pengorbanan. Rukun Islam yang lima merupakan perwujudan keimanan dimana
tiap rukun memerlukan pengorbanan. Pengucapan kalimah syahadat sebagai
perwujudan keimanan tampaknya sederhana, tetapi
sarat dengan pengorbanan. Setiap mukmin yang sudah mengucapkan kalimah
syahadat harus mengorbankan segala sembahan lain kecuali
kepada Allah semata. Rasulullah Saw mengingatkan, Janganlah engkau mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun, meskipun engkaua harus dipotong-potong atai dibakar
Kini, keadaan sangat berbeda tidak ada ancaman sedikitpun
dari pihak manapun dalam penyembahan, semuanya tergantung dari kita sendiri. Demikian
juga rukun-rukun yang lain seperti shalat, puasa, zakat dan naik haji semuanya tidak
ada tekanan dari manapun. Oleh karena itu disinilah letak esensi dari
pengorbanan tersebut. Maukah kita meluangkan waktu kita untuk sholat, maukah
kita mengorbankan sesuatu yang halal dikerjakan dengan menahan diri yaitu
melaksanakan puasa, maukah kita mengobankan sebagian dari harta kita untuk zakat
dan maukah kita mengorbankan waktu, harta, berpayah-payah memenuhi panggilan
Allah Swt untuk menunaikan haji.
Berkaitan dengan hari Raya korban bagi umat yang sudah mempunyai kemampuan
berkorbanlah. Karena ini merupakan salah satu wujud nyata antara keimanan dan
pengorbanan. Rasulullah saw, bersabda : “Barangsiapa yang hari ini mempunyai
kemampuan untuk berqurban tetapi tidak mau berqurban, maka janganlah mendekati
tempat shalat kami.” (Hr Ahmad dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah r.a).
Akhirnya, makin banyak kita beramal apakah itu ibadah wajib dan sunat
berarti makin besar kesediaan kita untuk berkorban semata-mata adalah mencari
keridhaan Allah. Dan tidak disangsikan lagi bahwa keridhaan Allah menyertai
kita baik di dunia maupun di hari akhir.
Wallahu a’lam bish
shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar