Selasa, 15 Oktober 2013

KETELADANAN NABI IBRAHIM DALAM MENGESAKAN TUHAN





KETELADANAN NABI IBRAHIM
DALAM MENGESAKAN TUHAN

Bismillaahirrahmanirrahiim
(Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)
Saudaraku yang selalu dalam lindungan Allah Sw
Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah. Shalawat dan  salam semoga dilimpahkan kepada nabi Muhammad Saw,  juga atas seluruh keluarga, sahabat  dan  pengikutnya.

Kaum muslimin seluruh dunia saat ini sedang merayakan hari besar Islam yaitu hari raya Idul Adha. Berbagai ibadah dilaksanakan seperti berpuasa di hari Arafah, bersedekag, bertakbir, berjai dan memotong hewan kurban. Hampir semua ibadah tersebut berkaitan erat dengan sunnah nabi Ibrahim. Banyak kisah diceritakan dalam Al Qur’an tentang nabi Ibrahim, pada kali ini kita akan membicarakan keteladanan nabi Ibrahim dalam mengesakan Allah.


Kita sebagai pengikut Muhammad sangat dianjurkan setiap hari  bahkan setiap saat kalimat “laa illaha ilallah” terus membasahi bibir kita. Begitu mudahnya kita lafalkan sekaligus kita yakini tiada Tuhan selain Allah. Alhamdulillah dan memang patut disyukuri, karena itulah petunjuk Allah  kepada kita untuk mengakui akan keesaan Tuhan. Dan ini adalah kata kunci dari semua puncak amalan untuk menunju surga yang dijanjikan Allah.
Mengakui keesaan Tuhan sebenarnya bukanlah perkara mudah, bahkan sampai kinipun sebagian manusia masih terus berkecamuk dalam pikirannya apakah Tuhan itu benar-benar Esa atau lebih dari Satu yaitu  Tuhan yang patut disembah dan patut dimintai pertolongan. Bahkan timbul dalam pikiran sebagian manusia apakah Tuhan itu ada atau hanya kisah-kisah dongeng dan ujung pemikiran bahwa Tuhan itu tidak ada, istilah poppulernya adalah “atheis”.
Nama nabi Ibrahim a.s didalam Al Qur’an disebutkan 101 kali, dengan berbagai kisah semuanya berkisar kepada penyembahan kepada Tuhan yang Esa. Di dalam berbagai hadits nabi Ibrahim a s sering disebut sebagai rujukan Rasulullah Saw dalam menjabarkan berbagai perintah Allah Swt. Kesinambungan ajaran Ibrahim dan  ajaran Islam demikian eratnya dan tidak terpisahkan, sehingga kesempurnaan shalawat nabi didalam shalat terikut serta nama nabi Ibrahim a.s. Oleh karena itu maka Allah telah menjadikan nama Ibrahim menjadi sebutan  orang-orang  yang  datang kemudian. Allah Swt berfirman : “

Itulah janji Allah Swt Kami abadi kan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim".
 {Qs Ash Shaaffaat (37) : 108-109}

Proses perenungan Ibrahim tentang keesaan Allah  telah dimulai sejak kecil. Allah telah menganugerahkan akal yang jenius, jiwa yang bersih  serta diri yang suci. Pada suatu hari, saat telah mendekati usia 10 tahun, Ibrahim bertanya kepada ibunya : Siapa Tuhanku,” ibunya menjawab “Aku”. Ibrahim bertanya, ”Dan siapa Tuhan ibu? Ibunya menjawab, “Ayahmu.” Ibrahim kembali bertanya. Dan siapa Tuhan ayah? Ibunya menjawab? “Namrudz”. Ibrahim bertanya lagi. “ Lalu siapa Tuhan Namrudz. “ Ibunya menamparnya, dan dia menyadari bahwa anaknyalah yang akan menghancurkan  kerajaaan Namrudz.

Ini adalah dialog sederhana tentang pencarian kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan Ibrahim as terus berpikir seperti dikisahkan dalam Al Qur’an, Ibrahim mulai bertanya kepada dirinya sendiri, siapa Tuhanku? Siapa yang menciptakan alam ini? Dia duduk diam, mungkinkah bintang, mungkinkah bulan, mungkinkah matahari  tetapi semuanya tim-bul tenggelam. Ibrahim bingung dengan masalahnya dan memohon hidayah dari Tuhannya. Dan datanglah malaikat al Amin Jibril as, yang berkata kepadanya :

Patuh dan tunduklah kamu! Ibrahim berkata. “aku tunduk kepada Tuhan alam semesta. {Qs Al Baqarah (2)  : 131}

 maka seketika itu juga Ibrahim mengetahui hakikat kebenaran yang telah lama dicarinya. Kemudian Allah Swt mengangkatnya sebagai nabi dan Rasul  untuk memberi petunjuk kepada manusia.

Pengakuan Ibrahim as akan keesaan Tuhan yang menguasai langit dan bumi ditebarkan kepada ayahnya, ibunya dan masyarakat terjadilah kegoncangan yang luar biasa.  Bukankah selama ini sudah ada Tuhan yang berbentuk patung. Patung tersebut dibuat oleh ayahnya Azar dan diperjual belikan. Suatu hari Ibrahim merusak patung-patung tersebut, kisah ini dijelaskan dalam Al Qur’an ;

Mereka bertanya: "Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?" Ibrahim menjawab: "Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara".Maka mereka telah kembali kepada ke-sadaran mereka dan lalu berkata: "Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri)", kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata): "Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara". Ibrahim berkata: "Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfa`at sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?"
{Qs Al Anbiyaa (21) : 62-66}

Perusakan patung mengakibatkan kemarahan raja Namrudz dan me-mutuskan untuk membakar  Ibrahim dalam api unggun. Kemudian mereka mengambil Ibrahim dan mengikatnya. Ketika orang–orang meletakan ketapel raksasa dan melemparkannya, dia berkata : ‘Cukuplah Allah bagiku, Sesungguhnya Allah  adalah sebaik-baik Penolong dan sebaik-baik pelindung. Allah azza wa jalla mengasihi Ibrahim as, dan berfirman,

“Hai api jadi dinginlah, dan keselamatan bagi Ibrahim “ 
 {Qs Al Anbiyaa (21) : 69}

Pada  hari ketujuh orang-orang berlomba menuju pagar untuk melihat apa yang terjadi pada Ibrahim. Dan terperanjatlah mereka hingga tidak mampu bicara. Mereka melihat Ibrahim as duduk tanpa cedera.

Raja Namrudz adalah orang yang paling terkejut dan keget. Dia mengutus orang untuk memanggil Ibrahim as. Ketika Ibrahim datang, dia berkata,”Tuhanmu Yang telah menyelamatkanmu Maha besar hai Ibrahim, jadi siapakah Tu-hanmu? Ibrahim menjawab “ Tuhanku adalah Dia yang mencipta-kan segala sesuatu. Namrudz berkata : “ Apa bukti kekuasaan dan ketuhanannya ? Ibrahim berkata “ Tuhanku menghidupkan aku  dan mematikan  lalu membangkitkan manusia dalam keadaan hidup. Narudz berkata, “ Aku Tuhan aku menghidupkan dan mematikan , maka aku seperti dia . “ kemudian Namrudz memerintahkan agar di-datangkan dua orang kehadapannya. Lalu dia menghukum mati salah satunya dan mengampuni yang lain, Namrudz bekata, bagaimana menurutmu? Bukankah aku telah mematikan? Aku telah menghukum mati seseorang. Dan aku telah menghidupkan seseorang, aku telah mengampuni yang lain. Saat itu juga Ibrahim berkata, “Tuhanku mendatangkan matahari dari Timur, maka datangkanlah ia dari Barat, buktikanlah ketuhananmu  dan kekuasaanmu. Namrudz terdiam dan tidak mampu menjawab. Dia menyadari kelemahannya dan dalam dirinya meyakini adanya Tuhan.

Demikianlah sepenggal kisah tentang nabi Ibrahim as ketika mengumandangkan keesaan Allah. Bagaimanan dengan kita? Inilah yang perlu kita jawab baik dalam kata maupun dalam perbuatan. Kini Namrudz dalam berbagai wajah ada disekitar kita dalam bentuk yang menyeramkan dan menyenangkan. Sehingga kita tertipu maksudnya mengesakan Allah pada hal kita menduakannya, maksudnya hanya menyembah kepadaNya tetapi bias yang berakibat syirik.  Oleh karena itu  momentum  perayaan   idul  kurban kesempatan untuk merenung lebih dalam dan lebih bening. Pemotongan hewan kurban bukan hanya sekedar pemenuhan kewajiban tetapi pernyataan benar-benar taat kepada perintah Allah.

Saudaraku, momentum perayaan Isul Adha, kuingatkan kembali jangan sekali-kali mempersekutukan Nya, Allah Swt berfirman, “

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.  Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.
{Qs An Nisa (4) “ 48}

Semoga kita  dapat mencontoh sunnah Ibrahim as seperti yang telah disempurnakan oleh sunnah Nabi Muhammad Saw.
Wallahu a’lam bish shawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar