KRITERIA WALI-WALI
ALLAH
Bismillaahirrahmanirrahiim
(Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)
Segala puji bagi Allah
yang telah menghilangkan kesedihan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Bersyukur, yang menenpatkan kita pada kedudukan anugerah Nya semoga kita tidak
ditimpakan keletihan dan kelelahan. Semoga shalawat dan salam tetap dilimpahkan
kepada junjungan kita nabi Muhammad, seorang nabi yang ummi juga untuk keluarga
dan para sahabatnya.
Saudaraku yang selalu
dalam lindungan Allah Swt
Setiap muslim pasti
pernah mendengarkan perkataan “Wali Allah”.
Mungkin hanya sedikit yang pernah menelisik
lebih lanjut tentang Wali Allah. Dan bukan tidak mungkin ada yang
membayangkan bahwa Wali Allah yang memakai baju gamis berwarna putih, bersurban
ditambah lagi sakti dan mandraguna. Untuk lebih
mengenal tentang wali-wali Allah, pertama sekali kita merujuk kepada firman
Allah Swt
Ingatlah,
sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka
selalu bertakwa
{Qs Yunus
(10) : 62-63}
Ayat ini ditafsiri
oleh Ibnu Katsir bahwa “Allah
ta’ala memberitahukan bahwa para wali-Nya
adalah orang-orang
yang beriman dan senantiasa bertakwa, penekanan disini adalah orang beriman dan bertakwa. Jadi, setiap orang beriman
dan bertakwa merupakan wali Allah. Keterangan ini diperjelas lagi dalam hadits Ibnu Jahrir yang
diriwayatkan Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Diantara hamba-hamba Allah itu ada sejumlah
hamba yang membuat para nabi dan syuhada iri kepada mereka, “beliau ditanya, Ya
Rasulullah siapakah mereka itu? Mungkin kami dapat mencintainya, Beliau bersabda, “ Mereka adalah suatu kaum
yang saling mencintai karena Allah, bukan karena harta dan keturunan. Wajah
mereka bagaikan cahaya. Mereka diatas mimbar yang terbuat dari cahaya. Mereka
tidak merasa takut saat orang takut dan mereka tidak bersedih tatkala orang
bersedih. Kemudian beliau membaca ayat, ‘
Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.
Definisi Wali
Seorang ulama bernama Yusuf bin Ismail Al
Nabhani menguraikan definisi wali dalam bukunya Mukjzat Wali Allah, sebagai
berikut :
Pertama,
kata al wali merupakan bentuk superlative dari subyek (fi’l), seperti kata al
’alim
bermakna sangat alim dan kata al qadir
bermakna yang sangat berkuasa. Maka
kata al-wali bermakna orang yang sangat menjaga ketaatan kepada Allah
tanpa tercederai oleh kemaksiatan atau memberi kesempatan pada dirinya untuk
bermaksiat.
Kedua,
kata al wali merupakan subyek bermakna
obyek, seperti kata al qatil bermakna yang terbunuh dan al jarih bermakna yang
terluka. Maka kata al wali bermakna
orang orang yang dijaga dan dilindungi
oleh Allah swt, dijaga terus menerus
dari berbagai macam maksiat dan selamanya mendapat pertolongan Allah
untuk selalu berbuat taat.
Bila
kita simak lebih lanjut definisi diatas maka kata wali bersumber dari Al Qur’an dalam
berbagai bentuk kata.
:
Allah
Pelindung (wali)
orang-orang yang beriman;
{Qs Al
Baqarah (2) :257}.
Dia
melindungi (yatawalla) orang-orang yang saleh.
{Qs Al
‘A’raaf (7) :196)
Engkaulah
Penolong (maulana) kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". {Qs
Al Baqarah (2) ; 286}
Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah
adalah pelindung (maula) orang-orang yang beriman dan karena
sesungguhnya orang-orang kafir itu tiada mempunyai pelindung. {Qs Muhammad (47)
: 11}
Sesungguhnya
penolong (waliyyukum) kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, {Qs Al Maidah (5) :55}
Dalam penjabaran berikutnya Dr A’idh Al Qarni dalam bukunya
jagalah Allah, Allah akan menjagamu menerangkan bahwa wali-wali Allah
memiliki sesepuluh kriteria yang dihimpun secara umum dan global. Jika
dirinci akan mencapai ratusan kriteria. Sepuluh kriteria itu, barangsiapa yang
mendapatkan pada dirinya, maka dia patut mensyukuri dan memuji kepada Allah.
Dan barangsiapa yang tidak mendapatkan pada dirinya, maka jangan mencela
kecuali untuk mengoreksi dirinya
sendiri. Sepuluh kriteria tersebut sebagai berikut :
1.
Ikhlas dalam beramal.
Sifat
seorang wali Allah, selalu beramal karena mengharap wajah Allah. Celaka bagi
orang yang ber-amal bukan karena Allah, dan kita berlindung kepada Allah
dijauhkan dari sikap riya’(ingin dilihat orang lain) dan sum’ah (ingin didengar
orang lain. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah Saw bersabda”
Barangsiapa beramal ingin dilihat orang,
maka Allah membuka aibnya pada hari kiamat, dan barang siapa beramal karena
sum’ah, Allah akan menunjukan sum’ahnya itu (kepada manusia). Dan Allah Swt berfirman :
“ Kecuali
orang-orang yang taubat dan me-ngadakan perbaikan dan berpegang teguh pada
(agama) Allah dan tulus ikhlas
(mengerjakan) agama mereka karena Allah. (Qs An Nissa 146)
2.
Ridha kepada Rasulullah sebagai pemimpin.
Para wali
Allah sangat mencintai dan menghormati
Rasulullah Saw bahkan mereka lebih
mencintai Ra-sulullah Saw daripada pendengaran dan penglihatan mereka. Tidak ada idola pemimpin didunia ini kecuali
Rasulullah Saw. Allah Swt berfirman
Sesungguhnya telah ada
pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.
(Qs Al Ahzab : 21)
Para wali
Allah memegang teguh sikap wasath (pertengahan). Mereka mengikuti dan meneladani
Rasulullah dalam masalah keyakinan, perilaku, ucapan dan perbuatan. Sedangkan
dalam berdoa, me-minta pertolongan, takut dan berharap dan tidak menjadikan
perantara antara hamba dengan Allah.
3. Membenci dan mencintai seseorang karena
Allah.
Mereka
mencintai manusia karena kedekatannya dengan Allah dan membenci manusia karena
jauh dari Allah. Dalam Al Qur’an Allah Swt berfirman
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah,
Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan salat dan menunaikan
zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah) (Qs Al Maida H : 55)
Dan dijelaskan dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan Abu Dawud, Rasullullah Saw bersabda “Barangsiapa yang mencintai seseorang karena Allah, membenci karena Allah ,
memberi karena Allah dan mencegah karena Allah , maka dia telah menyempurnakan
imannya
4. Hati mereka bersih terhadap kaum muslimin.
Diantara
keistimewaan para wali Allah bahwa
mereka tidak mempunyai sifat dendam, hasad, dengki, curang terhadap hamba
Allah. Hal ini bertentangan dengan sebagian orang yang beriman, yang selalu mengerjakan shalat,
berpuasa dan berhaji, tapi pada saat yang sama, dia juga mencintai pelaku
maksiat, dan duduk bersamanya pula. Berbeda dengan wali Allah yang mencintai
Allah dan membenci musuh-musuh Nya, mereka dapat membedakan antara berwala (toleransi) dan bara ‘(berlepas diri)
Imam Ahmada dalam Musnadnya dengan sanad yang baik. ‘ Ada tiga perkara
yang tidak ada kedengkian karenanya, hati seseporang muslim ysng ikhas beramal
karena Allah, memberikan nasehat kepada para pemimpin, mengikuti jami’atul
muslimin, karena doa mereka meliputi orang-orang dibelakang mereka. Allah swt
berfirman
Dan
orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa:
"Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah
beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian
dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya
Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". {Qs Hasyr (59) : 10)
5.
Menunaikan semua kewajiban dan sunnah dengan
sempurna
Apabila
kamu menjumpai seseorang yang menunaikan semua kewajiban dengan sempurna,
menambah-kannya dengan yang sunnah dan menjauhkan yang haram, maka dialah wali
Allah. Disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Nabi Saw, bahwa Allah
tabaka wa ta’ala berfirman :’ Barangsiapa
memusuhi kekasihku, maka dia telah menantang perang denganku, tidaklah hambaku
bertaqarub kepadaku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang Aku
wajibkan kepadanya, dan hambaKu itu tak
henti-hentinya bertaqarub kepadaku dengan segala yang sunnah-sunnah hingga Aku
mencintainya. Maka jika Aku mencintainya Aku akan menjadi pendengarannya, yang
dengannya dia mendengar. Aku menjadi penglihatannya, yang dengannya dia memandang.
Aku menjadi tangannya, yang dengannya dia mengenggam dan Aku menjadi kakinya,
yang dengannya dia melangkah.
6.
Mengikuti kaum salaf
dalam masalah keyakinan.
Ini adalah
kriteria yang membedakan mereka dengan
berbagai golongan ahli bid’ah sepanjang zaman. Yaitu golongan yang menyalahi
manhaj Rasulullah dan metodenya dalam
persoalan akidah. Para wali Allah adalah orang-orang yang mengambil akidah dari
al Qur’an dan sunnah. Mereka tidak melibatkan secara mendalam pada masalah
takwil dan bantahannya yang menimpa kelompok lain seperti
Mu’tazilah, shufi, Asy’ariyah dan
lainnya.
Mereka menjadikan
masalah akidah dan tauhud persoalan pertama yang mereka dakwahkan. Mereka
serukan manusia untuk merealisasikan tauhid dalam kehidupan dan menjauhkan
semua bentuk bid’ah, sebagaimanan menjadi dakwahpara nabi.
7.
Mengajak yang makruf
dan melarang yang mungkar dan tidak kikir dengan ilmu.
Para
wali Allah selalu terdepan mengajak umat untuk melakukan kebaikan dan mencegah
kemunkaran. Dan ini adalah perintah Allah Swt : “
Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (Ali Imran :
110.)
Siapakah
yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri?"
{Qs Fushilat (41) : 33}
Dalam satu hadits Imam
Ahmad diriwayatkan dari Durrah binti Abu Lahab, dia berkata,” Seseorang bangkit dan menuju Rasulullah ,
siapakah manusia yang paling baik? Beliau bersabda,“ Manusia yang paling baik
ialah yang paling tenang, paling bertakwa, paling giat menyuruh kepada yang
makruf, paling gencar melarang kemungkaran, dan paling rajin silaturahmi.
8.
Mencintai persatuan dan
membenci perpecahan.
Para
wali Allah mencintai seluruh kaum muslimin yang berjalan diatas manhaj Alu Sunnah, tanpa
membeda-bedakan diantara mereka. Kaum
muslimin adalah jamaah yang satu yang
tidak menerima adanya pengkotakan sebagian orang ingin membatasinya pada satu
orientasi dan ijtihad yang bisa benar dan salah. Allah Swt berfirman :
“
Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, {Qs Ali Imran (3) : 103)
9.
Mengembalikan semua
persoalan kepada Al Qur’an dan sunnah
Para wali
Allah apabila mereka mereka berbeda pendapat dalam suatu masalah, maka mereka
mencari penyelesaiannya dalam Al Qur’an. Mereka berpedoman kepada firman Allah
Swt :
“ Tentang
sesuatu apa-pun kamu berselisih maka putusan-nya (terserah) kepada Allah. (Qs
Asyuura : 10).
Oleh karena
itu para wali Allah selalu berdoa sesuai
dengan tuntunan Rasulullah Saw : “ Ya Allah, Tuhan Jibril, Mikail dan
Israfil. Pencipta langit dan bumi yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang tampak. Engkau yang memutuskan
apa-apa yang diperselisih kan hamba-hambaMU, tunjukanlah kepada kami dari
perselisishan itu yang haq dengan izinMu, Engkaulah yang
menunjukan kepada kami jalan yang benar.
10. Selalu mengatakan yang haq
Sebagian orang,
ketika sedang marah dengan saudaranya atau orang lain, maka hawa nafsu akan
mendorongnya untuk mengatakan sesuatu yang tidak semestinya. Dan bila sedang
senang maka diapun lupa semua aib meskipun ada. Berbeda dengan para wali Allah
dalam kondisi apapun dan dengan siapapun, ia akan mengatakan yang benar tetap
benar, yang salah tetap salah. Allah Swt
berfirman :
“ Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih
dekat kepada takwa. (Qs Al Maidah : 8)
Saudaraku yang di rahmati Allah
“Wahai
saudara-saudaraku yang kucintai karena
Allah, inilah kriteria wali-wali secara singkat
Bagi yang memperhatikannya akan
masuk kepada sifat-sifat yang lain. Kita sudah menyatakan kita beriman dan kita
terus berproses menuju takwa yang sebenar-benarnya. Semoga Allah Swt menjadikan
kita orang-orang yang memiliki kriteria itu, dan agar kita dapat mewujudkan
sifat wali Allah pada diri kita. Amin
Wallahu a’lam
bish shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar