Kamis, 26 September 2013

KRITERIA WALI-WALI ALLAH




KRITERIA WALI-WALI ALLAH


Bismillaahirrahmanirrahiim
(Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)
Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Bersyukur, yang menenpatkan kita pada kedudukan anugerah Nya semoga kita tidak ditimpakan keletihan dan kelelahan. Semoga shalawat dan salam tetap dilimpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad, seorang nabi yang ummi juga untuk keluarga dan para sahabatnya.
Saudaraku yang selalu dalam lindungan Allah Swt
Setiap muslim pasti pernah mendengarkan perkataan “Wali Allah. Mungkin hanya sedikit yang pernah menelisik  lebih lanjut tentang Wali Allah. Dan bukan tidak mungkin ada yang membayangkan bahwa Wali Allah yang memakai baju gamis berwarna putih, bersurban ditambah lagi sakti dan mandraguna.  Untuk lebih mengenal tentang wali-wali Allah, pertama sekali kita merujuk kepada firman Allah Swt
Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.  (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa
{Qs Yunus (10) : 62-63}

Ayat ini ditafsiri  oleh Ibnu Katsir bahwa “Allah ta’ala memberitahukan bahwa  para   wali-Nya   adalah orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa, penekanan disini adalah orang beriman dan bertakwa. Jadi, setiap orang beriman dan bertakwa merupakan wali Allah. Keterangan ini  diperjelas lagi dalam hadits Ibnu Jahrir yang diriwayatkan Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Diantara hamba-hamba Allah itu ada sejumlah hamba yang membuat para nabi dan syuhada iri kepada mereka, “beliau ditanya, Ya Rasulullah siapakah mereka itu? Mungkin kami dapat mencintainya,  Beliau bersabda, “ Mereka adalah suatu kaum yang saling mencintai karena Allah, bukan karena harta dan keturunan. Wajah mereka bagaikan cahaya. Mereka diatas mimbar yang terbuat dari cahaya. Mereka tidak merasa takut saat orang takut dan mereka tidak bersedih tatkala orang bersedih. Kemudian beliau membaca ayat, Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.
     Definisi Wali
     Seorang ulama bernama Yusuf bin Ismail Al Nabhani menguraikan definisi wali dalam bukunya Mukjzat Wali Allah, sebagai berikut :
Pertama, kata al wali merupakan bentuk superlative dari subyek (fi’l), seperti kata al ’alim bermakna sangat alim dan kata al qadir  bermakna yang sangat berkuasa. Maka kata al-wali bermakna orang yang sangat menjaga ketaatan kepada Allah tanpa  tercederai oleh kemaksiatan  atau memberi kesempatan pada dirinya untuk bermaksiat.
Kedua, kata al wali merupakan subyek  bermakna obyek, seperti kata al qatil bermakna yang terbunuh dan al jarih bermakna yang terluka. Maka kata al wali bermakna orang orang yang dijaga dan dilindungi  oleh Allah swt, dijaga terus menerus  dari berbagai macam maksiat dan selamanya mendapat pertolongan Allah untuk selalu berbuat taat.
Bila kita simak lebih lanjut definisi diatas maka kata wali bersumber dari Al Qur’an dalam berbagai bentuk kata. :
Allah Pelindung (wali) orang-orang yang beriman;
{Qs Al Baqarah (2) :257}.

Dia melindungi (yatawalla) orang-orang yang saleh.
{Qs Al ‘A’raaf  (7) :196)

Engkaulah Penolong (maulana) kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". {Qs Al Baqarah (2) ; 286}

 Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah pelindung (maula) orang-orang yang beriman dan karena sesungguhnya orang-orang kafir itu tiada mempunyai pelindung. {Qs Muhammad (47) : 11}

Sesungguhnya penolong (waliyyukum) kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya,  {Qs Al Maidah (5) :55}

Dalam penjabaran berikutnya Dr A’idh Al Qarni dalam bukunya jagalah Allah, Allah akan menjagamu menerangkan  bahwa wali-wali  Allah  memiliki sesepuluh kriteria yang dihimpun secara umum dan global. Jika dirinci akan mencapai ratusan kriteria. Sepuluh kriteria itu, barangsiapa yang mendapatkan pada dirinya, maka dia patut mensyukuri dan memuji kepada Allah. Dan barangsiapa yang tidak mendapatkan pada dirinya, maka jangan mencela kecuali  untuk mengoreksi dirinya sendiri. Sepuluh kriteria tersebut sebagai berikut  :
1.   Ikhlas dalam beramal.
Sifat seorang wali Allah, selalu beramal karena mengharap wajah Allah. Celaka bagi orang yang ber-amal bukan karena Allah, dan kita berlindung kepada Allah dijauhkan dari sikap riya’(ingin dilihat orang lain) dan sum’ah (ingin didengar orang lain. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah Saw bersabda” Barangsiapa beramal ingin dilihat orang, maka Allah membuka aibnya pada hari kiamat, dan barang siapa beramal karena sum’ah, Allah akan menunjukan sum’ahnya itu (kepada manusia).  Dan Allah Swt berfirman :
“ Kecuali orang-orang yang taubat dan me-ngadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. (Qs An Nissa 146)

2.   Ridha  kepada Rasulullah   sebagai pemimpin.
Para wali Allah  sangat mencintai dan menghormati Rasulullah Saw  bahkan mereka lebih mencintai Ra-sulullah Saw daripada pendengaran dan penglihatan mereka.  Tidak ada idola pemimpin didunia ini kecuali Rasulullah Saw. Allah Swt berfirman 
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
(Qs Al Ahzab : 21)
Para wali Allah memegang teguh sikap wasath (pertengahan). Mereka mengikuti dan meneladani Rasulullah dalam masalah keyakinan, perilaku, ucapan dan perbuatan. Sedangkan dalam berdoa, me-minta pertolongan, takut dan berharap dan tidak menjadikan perantara antara hamba dengan Allah.

3.   Membenci dan mencintai seseorang karena Allah.
Mereka mencintai manusia karena kedekatannya dengan Allah dan membenci manusia karena jauh dari Allah. Dalam Al Qur’an Allah Swt berfirman
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan salat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah) (Qs Al Maida H : 55)
Dan dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Dawud, Rasullullah Saw bersabda  “Barangsiapa yang mencintai seseorang karena Allah, membenci karena Allah , memberi karena Allah dan mencegah karena Allah , maka dia telah menyempurnakan imannya

4.   Hati mereka bersih terhadap  kaum muslimin.
Diantara keistimewaan  para wali Allah bahwa mereka tidak mempunyai sifat dendam, hasad, dengki, curang terhadap hamba Allah. Hal  ini  bertentangan dengan sebagian orang  yang beriman, yang selalu mengerjakan shalat, berpuasa dan berhaji, tapi pada saat yang sama, dia juga mencintai pelaku maksiat, dan duduk bersamanya pula. Berbeda dengan wali Allah yang mencintai Allah dan membenci musuh-musuh Nya, mereka dapat membedakan antara berwala (toleransi) dan bara ‘(berlepas diri)
Imam Ahmada dalam Musnadnya dengan sanad yang baik. ‘ Ada tiga perkara yang tidak ada kedengkian karenanya, hati seseporang muslim ysng ikhas beramal karena Allah, memberikan nasehat kepada para pemimpin, mengikuti jami’atul muslimin, karena doa mereka meliputi orang-orang dibelakang mereka. Allah swt berfirman
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". {Qs Hasyr (59) : 10)

5.    Menunaikan semua kewajiban dan sunnah dengan sempurna
Apabila kamu menjumpai seseorang yang menunaikan semua kewajiban dengan sempurna, menambah-kannya dengan yang sunnah dan menjauhkan yang haram, maka dialah wali Allah. Disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Nabi Saw, bahwa Allah tabaka wa ta’ala berfirman :’ Barangsiapa memusuhi kekasihku, maka dia telah menantang perang denganku, tidaklah hambaku bertaqarub kepadaku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang Aku wajibkan kepadanya, dan hambaKu  itu tak henti-hentinya bertaqarub kepadaku dengan segala yang sunnah-sunnah hingga Aku mencintainya. Maka jika Aku mencintainya Aku akan menjadi pendengarannya, yang dengannya dia mendengar. Aku menjadi penglihatannya, yang dengannya dia memandang. Aku menjadi tangannya, yang dengannya dia mengenggam dan Aku menjadi kakinya, yang dengannya dia melangkah.  

6.   Mengikuti kaum salaf dalam masalah keyakinan. 
Ini adalah kriteria yang membedakan  mereka dengan berbagai golongan ahli bid’ah sepanjang zaman. Yaitu golongan yang menyalahi manhaj Rasulullah dan metodenya  dalam persoalan akidah. Para wali Allah adalah orang-orang yang mengambil akidah dari al Qur’an dan sunnah. Mereka tidak melibatkan secara mendalam pada masalah takwil  dan bantahannya yang menimpa kelompok lain seperti Mu’tazilah, shufi, Asy’ariyah  dan lainnya.
Mereka menjadikan masalah akidah dan tauhud persoalan pertama yang mereka dakwahkan. Mereka serukan manusia untuk merealisasikan tauhid dalam kehidupan dan menjauhkan semua bentuk bid’ah, sebagaimanan menjadi dakwahpara nabi.

7.   Mengajak yang makruf dan melarang yang mungkar dan tidak kikir dengan ilmu.
Para wali Allah selalu terdepan mengajak umat untuk melakukan kebaikan dan mencegah kemunkaran. Dan ini adalah perintah Allah Swt : “
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (Ali Imran : 110.)
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?"
 {Qs Fushilat (41) : 33}
Dalam satu hadits Imam Ahmad diriwayatkan dari Durrah binti Abu Lahab, dia berkata,” Seseorang bangkit dan menuju Rasulullah , siapakah manusia yang paling baik? Beliau bersabda,“ Manusia yang paling baik ialah yang paling tenang, paling bertakwa, paling giat menyuruh kepada yang makruf, paling gencar melarang kemungkaran, dan paling rajin silaturahmi.

8.   Mencintai persatuan dan membenci perpecahan.
Para wali  Allah   mencintai seluruh kaum muslimin  yang berjalan diatas manhaj Alu Sunnah, tanpa membeda-bedakan diantara mereka.   Kaum muslimin adalah jamaah yang satu  yang tidak menerima adanya pengkotakan sebagian orang ingin membatasinya pada satu orientasi dan ijtihad yang bisa benar dan salah. Allah Swt berfirman :
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, {Qs Ali Imran (3) : 103)

9.   Mengembalikan semua persoalan kepada Al Qur’an dan sunnah
Para wali Allah apabila mereka mereka berbeda pendapat dalam suatu masalah, maka mereka mencari penyelesaiannya dalam Al Qur’an. Mereka berpedoman kepada firman Allah Swt :
Tentang sesuatu apa-pun kamu berselisih maka putusan-nya (terserah) kepada Allah. (Qs Asyuura : 10).

Oleh karena itu para wali Allah  selalu berdoa sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw  : “ Ya Allah, Tuhan Jibril, Mikail dan Israfil. Pencipta langit dan bumi yang Maha Mengetahui  yang ghaib dan yang tampak. Engkau yang memutuskan apa-apa yang diperselisih kan hamba-hambaMU, tunjukanlah kepada kami   dari  perselisishan  itu  yang haq dengan izinMu, Engkaulah yang menunjukan kepada kami jalan yang benar.

10.  Selalu mengatakan yang haq
Sebagian orang, ketika sedang marah dengan saudaranya atau orang lain, maka hawa nafsu akan mendorongnya untuk mengatakan sesuatu yang tidak semestinya. Dan bila sedang senang maka diapun lupa semua aib meskipun ada. Berbeda dengan para wali Allah dalam kondisi apapun dan dengan siapapun, ia akan mengatakan yang benar tetap benar, yang salah tetap salah.  Allah Swt berfirman :
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. (Qs Al Maidah : 8)
Saudaraku yang di rahmati Allah

“Wahai saudara-saudaraku  yang kucintai karena Allah, inilah kriteria wali-wali secara singkat  Bagi yang memperhatikannya  akan masuk kepada sifat-sifat yang lain. Kita sudah menyatakan kita beriman dan kita terus berproses menuju takwa yang sebenar-benarnya. Semoga Allah Swt menjadikan kita orang-orang yang memiliki kriteria itu, dan agar kita dapat mewujudkan sifat wali Allah pada diri kita.  Amin

Wallahu a’lam bish shawab



Tidak ada komentar:

Posting Komentar