KEUTAMAAN JUJUR
Saudaraku yang
dirahmati dan diberkati Allah.
Setelah kita melaksanakan puasa Ramadhan sebulan penuh,
setiap pertemuan dengan sahabat, kerabat, handai tolan kita ucapkan. Minal 'Aidin wal-Faizin Ucapan ini
secara harfiah diterjemahkan
menjadi "Dari (yang) kembali dan berhasil," secara umum diterjemahkan
menjadi, "Semoga kita semua
tergolong mereka yang kembali (ke fitrah) dan berhasil (dalam latihan menahan
diri)". Itulah harapan kita semua yang telah
melaksanakan ibadah puasa yaitu kita menjadi suci dan menjalani kehidupan di
luar Ramadhan dengan semangat Ramadhan selalu menjaga kesucian yang kita
peroleh dibulan Ramadhan. Dan lebih tegas lagi kita termasuk orang yang bertakwa
yaitu melaksanakan semua perintah Nya dan menjauhi segala larangan Nya
Selama bulan Ramadhan setiap
muslim memiliki kewajiban untuk menjalankan puasa dengan menahan lapar dan
dahaga mulai dari fajar hingga terbenamnya matahari.
Mungkin ada di antara kita yang
melakukan puasa, dia tidaklah mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja. Inilah yang disabdakan oleh Nabi Saw,
“Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi tidak mendapatkan pahalanya,
melainkan hanya lapar dan haus saja” (Riwayat Ahmad dan Hakim dari Abu
Hurairah).
Hal ini disebabkan dia hanya sekedar lapar dan haus tetapi akhlaknya bertentangan dengan tujuan puasa. Rasulullah
Saw bersabda : “"Barangsiapa tidak
meninggalkan pevkataan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh terhadap
puasanya dari makan dan minum." (HR. Al-Bukhari). Dalam hadits lain Rasulullah Saw bersabda, “ Ada 6 hal yang membatalkan puasa : berdusta, menggunjing, memfitnah,
sumpah palsu, dan memandang dengan nafsu.”
Saudaraku
yang dirahmati Allah.
Dari hadits diatas jelas bahwa pada bulan Ramadhan kita dilatih berbagai
akhlak mulia salah satunya kita harus jujur. Sebab puasa yang kita lakukan hanya kita dan Allah Swt yang
paling tahu apakah kita berpuasa atau tidak. Puasa adalah ibadah yang paling pribadi, paling
personal. Jika ibadah lain mudah tampak
oleh mata, maka tidak demikian dengan puasa. Seorang mengerjakan shalat atau tidak, bisa kita ketahui. Kita
juga bisa tahu, apakah
seseorang membayar zakat atau tidak.
Orang yang beribadah haji lebih mudah lagi kita ketahui. Karena haji adalah
ibadah yang sangat demonstratif. Tetapi, tidak
ada yang tahu kita benar-benar berpuasa, kecuali diri kita sendiri dan
Allah Swt. Karena cukuplah puasa kita batal hanya dengan meminum seteguk air
pada pada waktu kita tak tahan dan sendirian.
Dengan seteguk air yang kita mengharapkan untuk meringankan derita haus, maka seluruh puasa kita telah hilang. Hal itu hanya kita sendiri dan Allah
swt yang tahu. Itulah sebabnya dalam sebuah hadis Qudsi, dijelaskan : “ Dari Abu Shalih Az Zayyat,
ia mendengar Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda,
Allah berfirman, “ setiap amal anak Adam bagi dirinya, puasa itu untukKu dan Akulah yang menanggung pahalanya (HR
Bukhari)
Saudaraku yang dirahmati Allah
Kini kita sudah melewati bulan
Ramadhan, kejujuran yang kita laksanakan bulan
Ramadhan harus berlanjut dan mempunyai berbagai keutamaan yang tidak ternilai tingginya. Banyak ungkapan yang acap kali kita
baca dan kita dengar dari para
mubaligh keutamaan kejujuran. Kejujuran merupakan perkara yang berkaitan dengan banyak masalah keislaman,
baik itu akidah, ibadah, akhlak ataupun
muamalah.
Jujur
bermakna keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi, kalau suatu
berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar/jujur, tetapi kalau
tidak, maka dikatakan dusta. Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada
perbuatan, sebagaimana seorang yang melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai
dengan yang ada pada batinnya. Seorang yang berbuat riya’ tidaklah dikatakan
sebagai seorang yang jujur karena dia telah menampakkan sesuatu yang berbeda
dengan apa yang dia sembunyikan (di dalam batinnya). Demikian juga seorang
munafik tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia menampakkan
dirinya sebagai seorang yang bertauhid, padahal sebaliknya. Hal yang sama
berlaku juga pada pelaku bid’ah; secara lahiriah tampak sebagai seorang
pengikut Nabi, tetapi hakikatnya dia menyelisihi beliau. Yang jelas, kejujuran
merupakan sifat seorang yang beriman, sedangkan lawannya, dusta, merupakan
sifat orang yang munafik.
Begitu banyak uraian tentang keutamaan kejujuran di dalam
mengarungi kehidupan. Uraian keutamaan tentang jujur tentunya yang paling
afdhol adalah apa yang diucapkan oleh Rasulullah Saw.
Disamping mengajar
dalam ucapan dan beliau Saw mewujudkan setiap gerak dan setiap denyut nadi beliau. Mari kita perhatikan keutamaan jujur
yang disabdakan oleh Rasulullah Saw.
- Sesungguhnya kejujuran (kebenaran) itu akan membawa kepada kebaikan, sedangkan kebaikan itu akan membawa ke surga. Dan sesunguhnya seseorang yang jujur itu akan ditulis (ditetapkan) disisi Allah sebagai seorang yang benar. Dan sesungguhnya seseorang yang berbohong akan membawa kepada dosa (kejahatan). Dan sesungguhnya dosa itu akan membawa pelakunya ke neraka. Sesungguhnya seseorang yang berbohong akan di tetapkan disisi Allah sebagai pembohong.” (Hadits dari Bukhari dan Muslim)
- Penjual dan pembeli diberi kesempatan berfikir selagi mereka belum berpisah. Seandainya mereka jujur serta membuat penjelasan mengenai barang yang diperjualbelikan, mereka akan mendapat berkah dalam jual beli mereka. Sebaliknya, jika mereka menipu dan merahasiakan mengenai apa-apa yang harus diterangkan tentang barang yang diperjualbelikan, maka akan terhapus keberkahannya.” (hadist yang diriwayatkan dari Hakim bin Hizam)
- Sesungguhnya saya ini hanyalah manusia biasa. Sesunguhnya kalian bertengkar (mengadukan persoalan) kepadaku. Barangkali sebagian kalian lebih fasih (bersilat lidah) dalam beradu alasan (argumentasi) dari sebagian lain. Maka aku putuskan perkara itu dengan putusan yang menguntungkan baginya, berdasarkan apa yang aku dengar. Maka barang siapa yang keputusanku menguntungkanya (dengan menyerahkan) hak muslim kepadanya, maka sesungguhnya putusan itu adalah percikkan api neraka, maka hendaklah dia mengambil (menggenggam)nya atau melepaskanya. (Hadits Yang Diriwayatkan Oleh Malik, Ahmad dan Enam Ahli Hadits dari Ummu Salamah. R.A.)
- Orang beriman itu saudara orang beriman, tidak meninggalkan kejujuran dalam segala hal.” (Diriwayatkan oleh ibnu Majah)
- Dari abu Muhammad al hasan bin Ali bin abi thalib RA; ia berkata : “saya menghafal beberapa kalimat dari Rasulullah yaitu: “Tinggalkanlah apa yang kamu ragukan dan kerjakanlah apa yang kamu tidak ragukan, sesungguhnya kejujuran itu menimbulkan ketenangan dan dusta itu membawa kebimbangan. (Hadits Yang Diriwayatkan Oleh Tirmidzi)
- Dari Abdullah Ibn Umar Sesungguhnya seorang pria datang kepada Nabi SAW, dan berkata, Ya Rosulullah, Apa amalan syurga?, maka menjawab, Jujur dan ketika orang jujur maka seharusnya tulus dan ketika tulus maka aman dan ketika aman maka masuk syurga, berkata kembali Ya Rosulullah, Apa amalan neraka, maka menjawab, bohong ketika bohong maka kufur dan ;etika kufur maka masuk neraka. (HR.Imam Ahmad)
- “Senantiasalah kalian jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa kepada surga. Seseorang yang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang selalu jujur. Dan jauhilah kedustaan karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta.”
Implementasi
Kejujuran.
Setelah kita mengetahui keutamaanya, maka mendorong
kepada kepada kita untuk selalu jujur
dalam setiap aktifitas, seperti diuraikan dibawah ini sebagai berikut :
1.
Jujur
dalam niat dan kehendak. Ini kembali kepada keikhlasan. Kalau suatu amal
tercampuri dengan kepentingan dunia, maka akan merusakkan kejujuran niat, dan
pelakunya bisa dikatakan sebagai pendusta, sebagaimana kisah tiga orang yang
dihadapkan kepada Allah, yaitu seorang mujahid, seorang qari’, dan seorang
dermawan. Allah menilai ketiganya telah berdusta, bukan pada perbuatan mereka
tetapi pada niat dan maksud mereka.
2. Jujur
dalam ucapan. Wajib bagi seorang hamba menjaga lisannya, tidak berkata
kecuali dengan benar dan jujur. Benar/jujur dalam ucapan merupakan jenis
kejujuran yang paling tampak dan terang di antara macam-macam kejujuran.
3. Jujur dalam tekad dan memenuhi janji. Contohnya seperti ucapan seseorang, “Jikalau Allah memberikan kepadaku harta, aku akan membelanjakan semuanya di jalan Allah.” Maka yang seperti ini adalah tekad. Terkadang benar, tetapi adakalanya juga ragu-ragu atau dusta
3. Jujur dalam tekad dan memenuhi janji. Contohnya seperti ucapan seseorang, “Jikalau Allah memberikan kepadaku harta, aku akan membelanjakan semuanya di jalan Allah.” Maka yang seperti ini adalah tekad. Terkadang benar, tetapi adakalanya juga ragu-ragu atau dusta
4. Jujur
dalam perbuatan, yaitu seimbang antara lahiriah dan batin, hingga
tidaklah berbeda antara amal lahir dengan amal batin, sebagaimana dikatakan
oleh Mutharrif, “Jika sama antara batin seorang hamba dengan lahiriahnya,
maka Allah akan berfirman, ‘Inilah hambaku yang benar/jujur.’
5. Jujur
dalam kedudukan agama. Ini adalah kedudukan yang paling tinggi, sebagaimana
jujur dalam rasa takut dan pengharapan, dalam rasa cinta dan tawakkal.
Perkara-perkara ini mempunyai landasan yang kuat, dan akan tampak kalau
dipahami hakikat dan tujuannya. Kalau seseorang menjadi sempurna dengan
kejujurannya maka akan dikatakan orang ini adalah benar dan jujur,
Saudaraku yang dirahmati Allah.
Semua sikap / akhlak selama
bulan Ramadhan harus terus di amalkan,
jika di amalkan menunjukan keberhasilan latihan di bulan
Ramadhan. Madarasah Ramadhan adalah satu institusi tarbiyyah yang
direncanakan oleh Allah Swt.
kepada hamba-Nya. Jika kita
berhasil dibulan Ramadhan maka kondisi spritual makin lebih meningkat, dan
ibadah kita insya
Allah terus lebih
meningkat. Salah
satunya bersikap jujur dalam setiap keadaan.
Ya
Allah tunjukanlah kepada kami barang yang benar itu adalah benar, dan kami
dapat mengikutinya. Ya Allah tunjukan kepada kami barang yang salah itu salah,
dan kami dapat menjauhinya.
‘Ya
Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku
secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang
menolong.
Wallahu a’lam bishshwab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar