Jumat, 23 November 2012

KETERPEDAYAAN




Bismillahirrahmanirrahiim
(Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)

Saudaraku yang selalu dalam rahmat Allah.
Melalui blog marwanpesan7menit ini, tidak salahnya kuingatkan waspadalah dalam mengarungi kehidupan di dunia. Meskipun kita termasuk orang yang taat, orang selalu tunduk kepada Allah Swt sehingga kita merasa puas dan merasa sudah jadi orang baik Kalau perasaan ini sudah ada pada diri kita aku mengingatkan untuk diriku sendiri dan saudaraku yang kebetulan membaca blog ini  ”waspadalah”  Sebab setan selalu mendampingi manusia yang rajin beribadah, makin tinggi hasrat hamba kepada Allah makin tinggi pula tingkat setan untuk memperdaya manusia, inilah hukum alam  seberapa berat benda menekan kebawah sebesar itu pula tenaga menolak keatas.
Sa’id Hawwa dalam bukunya mensucikan jiwa menyatakan : “ Keterpedayaan  ialah ketertambatan jiwa kepada hal yang sesuai dengan hawa nafsu dan kecenderungan tabi’at kepadanya karena syubhat (keraguan) dan penipuan setan. Barangsiapa menyakini bahwa hal tersebut baik di dunia dan akhirat karena syubhat yang rusak maka ia adalah orang yang terpedaya. Kebanyakan manusia mengira dirinya baik pada hal perkiraan itu salah Jadi, kebanyakan manusia terperdaya, sekalipun bentuk dan tingkat keterpedayaan mereka berbeda antara satu dengan yang lain. Sebagian lebih berat ketimbang yang lain, tetapi keperdayaan yang paling berat adalah keterpedayaan orang-orang kafir, orang-orang yang bermaksiat dan orang-orang fasik.
Saudaraku yang taat, yang selalu melaksanakan ibadah tiada henti.
Menurut Said Hawwa tidak kurang dari 24 golongan dikatagorikan orang yang terpedaya. Golongan yang dimaksud dapat dikatagorikan ahli ibadah, namun karena terpedaya oleh syetan timbul kecenderungan merasa dirinya yang paling benar dan paling sempurna dan berasyik dengan ibadahnya dan  menghinakan pihak lain.  Said Hawwa menjelaskan sasaran pembahasan adalah “mereka”  tetapi ada baiknya bukan mereka tetapi  “kita”  karena bukan tidak mungkin mereka yang terpedaya tetapi sebenarnya kita terpedaya tetapi tidak menyadarinya
Dibawah ini kukutip 5 golongan dari 24 golongan yang mungkin salah satunya termasuk kita. Bagaimana bentuk keterpedayaan dapat dijelaskan sebagai contoh  sebagai berikut :              
  1. Golongan yang menguasai ilmu dan amal lalu senantiasa melakukan ketaatan yang zhahir dan meninggalkan kemaksiatan, tetapi hanya sekedar zhahir tidak memperhatikan hati untuk menghilangkan sifat-sifat tercela seperti kesombongan, riya’, menginginkan keburukan terhadap pesaing. Hal ini seperti ini mungkin kita lupa akan sabda Rasulullah Saw, “ Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk-bentuk kalian dan tidak pula melihat harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.
  2. Golongan  orang-orang  pergi menunaikan haji tanpa menyelesaikan terlebih dahulu berbagai perkara dengan manusia, tidak membayar hutang, tidak meminta ridha kepada orang tua, dan tidak mencari bekal yang halal. Mungkin kita melaksanakan ibadah haji sekedar menggugurkan kewajiban haji, kita tidak mampu melaksanakan haji sebagaimana yang dituntun Rasulullah Saw. Kita datang ke Baitullah dengan hati  dan akhlak yang tercela dan sifat yang nista.  Sekalipun demikian kita mengira dalam keadaan baik dihadapan Allah padahal kita telah  terpedaya.
  3. Golongan orang terpedaya dengan puasa, mungkin kita berpuasa terus menerus baik yang wajib dan sunat. Tetapi kita tidak menjaga puasa dengan benar sering melakukan perbuatan yang bertentangan dengan puasa seperti,  mulut yang tidak pernah berhenti menggunjing dan memfitnah, hati yang dengki dan bila berbuka dengan makanan haram.  Dalam kondisi demikian kita mengatakan diri kita orang baik dan taat sebenarnya kita telah terpedaya, maka puasa kita menjadi sia-sia hanya mendapat lapar dan haus saja.
  4. Golongan yang mengambil jalan dakwah, amar ma’ruf dan nahi mungkar. Mungkin kita memerintahkan atau mengajak orang lain melakukan kebaikan tetapi melupakan diri sendiri. Apabila orang lain melakukan kemungkaran kita menegurnya dengan keras. Tetapi bila kita sendiri melakukan kemungkaran dan diingatkan kita “marah”, ini betul-betul keterpedayaan. Lebih aneh lagi jika ada yang lebih baik dalam berdakwah, kitapun marah. Dalam hal ini kita benar-benar tenggelam dalam keterpdayaan
  5. Golongan yang mendakwakan ilmu ma’rifat, penyaksian kebenaran, dia merasa telah terlampaunya beberapa maqam dan hal, senantiasa dalam mata kesaksian dan pencapaian kepada kedekatan kepada Allah.  Padahal ia tidak mengetahui hal-hal tersebut kecuali istilah dan lafazh saja. Kemudian meremehkan semua hamba dan ulama. Ia berkata tentang hamba ; “Mereka adalah para pencari ganjaran yang letih. Dan berkata tentang ulama : “Mereka adalah orang yang  terhalang dari Allah.  Jia kita mengambil jalan ma’rifat seperti ini pastilah kita mendakwakan diri telah sampai kepada golongan Muqarabbin, padahal di sisi Allah termasuk orang munafik dan durhaka dan terpedaya.
Sebab yang mendasar manusia mudah terpedaya bila kita masih mengutamakan dunia daripada akhirat. Meskipun tampaknya amalannya untuk akhirat tetapi dibalik itu  ingin meraih kenikmatan dunia seperti harta yang banyak, kemasyhuran, kepemimpinan. Tetapi kita tutup dengan amalan-amalan akhirat.  Allah Swt berfirman,

Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syetan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah. (Qs Fathir) (35) : 5)

 Saudaraku yang selalu rajin beribadah.
   Bagaimana orang dapat terselamat dari keterpedayaan, padahal hampir tidak seorangpun dapat terhindar dari keterpedayaan. Karena jalan apapun yang ditempuh ahli ibadah akan menemui keterpedayaan.  Menurut Sa’id Hawwa untuk mengatasi keterpedayaan diperlukan kemauan yang kuat untuk mengatasinya, maka ia akan menemukan berbagai cara   akan mendapatkan berbagai rahasia jalan untuk mencapai tujuan. Untuk menguatkan kemauan perhatian kepada akhirat harus lebih utama daripada dunia. Seandainya ibadatnya hanya mencari dunia  seperti kepemimpinan, simbol, gelar, popularitas maka ibadahnya benar-benar terpedaya. Oleh karena itu perpaduan akal, ma’rifah serta ilmu merupakan satu komponen yang utuh untuk menuju  jalan yang lurus bersih. 
Dengan akal yang dimiliki manusia, memungkin untuk memperkuat dan melatih diri untuk memahami berbagai kebenaran sebagai landasan untuk berma’rifah. Dengan ma’rifah yaitu mengenal dirinya, mengenal Tuhannya, mengenal dunia dan akhirat akan muncul cinta kepada Allah. Dan dengan ilmu didapatkan pengetahuan tentang cara menempuh jalan kepada Allah, serta mengetahui  dan menghindari jalan yang akan menjauhkan dari Allah. Dari suatu  kata bijak dijelaskan :
Semua orang binasa kecuali orang beramal, semua orang beramal binasa kecuali orang berilmu. Semua orang berilmu binasa kecuali orang ikhlas, dan orang-orang ikhlas terancam bahaya besar. Sesungguhnya orang yang terpedaya binasa sedangkan orang yang ikhlas lari keterpedayaan tetap terancam bahaya. Oleh karena itu rasa takut dan waspada tidak pernah berpisah dari hati para  wali Allah sama sekali.
    "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".

Wallahu ‘alam bish shawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar