MU’AHADAH
Bismillaahirrahmanirrahiim
(Dengan
Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)
Saudaraku yang dirahmati Allah.
Pakaian yang terbaik bagi orang beriman setiap hari adalah
pakain takwa, karena takwa melindungi kita dari segala macam persoalan kehidupan. Oleh karena itu, sampai
detik ini para da’i, para khatib,
para ulama pada setiap kesempatan terus
mengajak kita untuk bertakwa.. Perintah untuk bertakwa adalah perintah Allah
yang tidak bisa ditawar-tawar atau
ditangguhkan, Allah swt memperingatkan kepada orang beriman
.
. . . . . .. . . dan janganlah sekali-kali
kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.
Qs Ali Imran : 102).
Saudaraku, selagi nyawa masih dikandung badan, mari kita terus
meningkatkan ketakwaan. Jangan lengah sebab Allah Swt memanggil kita secara
rahasia yang kita tidak tahu tempat dan waktunya bahkan sebab kematianpun tidak
kita ketahui.
Saudaraku, sebagai seorang muslim kita harus berusaha menggapai takwa,
karena takwa adalah sarana untuk mencapai surga yang penuh kenikmatan. Untuk
menggapai takwa hampir tiap ulama mempunyai kiat mungkin ada yang sama tetapi
bukan tidak mungkin ada cara-cara khusus. Semua tidak ada yang salah selama
jalan yang ditempuh memenuhi sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan As Sunnah. Para ulama menyatakan
setidaknya ada lima jalan yang patut kita renungkan menggapai ketakwaan.
Jalan-jalan itu adalah:
1.
Muhasabah.
2.
Mu’ahadah.
3.
Mujahadah.
4.
Muraqabah.
5.
Mu’aqobah.
Saudaraku,
pada kali ini mari kita uraikan tentang
“MU’AHADAH” .
Mu’ahadah adalah mengingat perjanjian manusia dengan Allah Swt. Sebelum manusia lahir ke dunia, ketika masih berada pada alam gaib, yaitu di alam arwah, Allah telah membuat
“kontrak” tauhid dengan ruh. Karena itu, logis sekali jika manusia tidak pernah merasa membuat kontrak
tauhid tersebut. Allah swt berfirman,
Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
(Qs Al ‘Araaf : 172)
Saudaraku, mari
kita bersyukur kepada Allah Swt ketika kita lahir ke dunia dalam keluarga yang
beriman, Kemudian dalam prosesnya kita terus dipompa, dilatih, dididik dalam
suasana keimanan. Kemudian kita mengucapkan kalimah syahadah sebagai janji tertinggi.
“Aku bersaksi
tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa
Muhammad itu adalah utusanAllah.
Pernyataan
ini adalah persaksian atau janji kita yang harus kita laksanakan. Artinya kita
mewjudkan janji dengan sungguh-sunggu,
dan jika dalam
perjalanan hidup kita bias/menyeleweng yaitu terjadi pembalikan
apa yang diperintahkan Allah ditinggalkan dan apa yang dilarang Allah dikerjakan. Jika hal ini terjadi dan
jika tidak ada upaya untuk memperbaikinya
maka ketakwaan makin jauh dan kita akan tersesat.
Disinilah letak pentingnya mu’ahadah yaitu mengingat janji yang telah pernah kita ikrarkan baik dalam dunia roh dan dunia
nyata.
Jika kita merenung
lebih jauh, bahwa dalam kehidupan dunia untuk menciptakan keteraturan maka janji
meupakan suatu proses penting, Sebagai manusia makhluk Allah apalagi sebagi
muslim banyak janji yang telah kita ucapkan dan janji itu dituntun dalam Al Qur’an
dan As Sunnah. Sedangkan manusia dalam berintraksi dengan manusia dalam hubungan sebagai warga negara, profesi atau apa saja kedudukan kita diikat dengan janji. Termasuk janji dalam kehidupan rumah tangga.
Jika kita engkar janji maka kan terjadi kekacauan pada diri kita sendiri bahkan
kekacauan dalam kehidupan masyarakat. Maka setiap orang menselihi atau engkar
janji akan menerima sanksi dan sanksi itu membuat dirinya sengsara baik di dunia maupun di akhirat..
Janji kepada Allah
Sebagai muslim pernyataan janji
yang dalam bentuk janji telah dituntun diterangkan oleh Allah Swt. Didalam Al
Qur’an masalah janji sangat berkaitan dengan keimanan dan ketakwaan di ulang berkali-kali. Kata janji diulang
tidak kurang 70 X, kata perjanjian 40 X,
dijanjikan 26 X, menjajikan 17 X, dan
kata berjanji 10 X. Beberapa firman Allah Swt, mengenai janji
:
Dan penuhilah JANJI, sesungguhnya
janji itu pasti dimintai pertanggungjawabannya.
(Qs Al-Isra`: 34)
Dan tepatilah PERJANJIAN
dengan Allah apabila kamu BERJANJI dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah
(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai
saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang
kamu perbuat.
(Qs An Nahl : 61)
Sesungguhnya apa yang DIJANJIKAN kepadamu pasti datang,
dan kamu sekali-kali tidak sanggup menolaknya.
(Qs Al An’aam : 134)
Syaitan MENJANJIKAN
(menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir);
sedang Allah MENJANJIKAN untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah
Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
(Qs Al Baqarah : 268)
Jika ditelusuri semua firman Allah Swt kepada hamba-hamba-Nya yang beriman
untuk senantiasa menjaga, memelihara, dan melaksanakan janjinya. Hal ini
mencakup janji seorang hamba kepada Alllah Swt dan janji hamba dengan hamba, dan janji atas dirinya
sendiri seperti nadzar. Termasuk pula dalam hal ini apa yang telah dijadikan
sebagai persyaratan dalam akad pernikahan, akad jual beli, perdamaian, gencatan
senjata, dan semisalnya.
Janji kepada manusia,
Seiap manusia pasti pernah
berjanji dengan manusia lain dalam hubungan apapun apalagi dalam profesi apakah
sebagi guru, pegawaai negeri, tentara, pedagang semuanya .
Sebagai contoh :
Janji
Prajurit : Demi Allah
saya bersumpah / berjanji :
1. Bahwa saya akan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
2. Bahwa saya akan tunduk kepada hukum dan memegang teguh disiplin keprajuritan dst dst
1. Bahwa saya akan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
2. Bahwa saya akan tunduk kepada hukum dan memegang teguh disiplin keprajuritan dst dst
Janji
Pegawai Negeri : Demi Allah, saya bersumpah/berjanji :
Bahwa saya,
untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil, akan setia dan taat sepenuhnya
kepada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah.
Bahwa saya,
akan mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan
tugas kedinasan yang dipercayakan kepada saya dengan penuh pengabdian,
kesadaran dan tanggung jawabdst.
Janji diatas adalah contoh yang harus dipatuhi dan
dilaksanakan. Jika terjadi penyelewangan dari sumpah / janji maka akan ada resikonya atau sanksi
menurut undang- undang dan peraturan yang berlaku.
Engkar Janji.
Allah Swt mengingat benar
supaya manusia memenuhi semua janji yang pernah diucapkan
"Hai sekalian orang-orang yang beriman,
penuhilah janji-janji itu."
(Qs al-Maidah: 1)
"Hai sekalian orang-orang yang beriman,
mengapa engkau semua mengucapkan apa-apa yang tidak engkau semua kerjakan?
Besar sekali dosanya di sisi Allah jikalau engkau semua mengucapkan apa-apa
yang tidak engkau semua kerjakan itu."
(Qs (as-Shaf:
2-3).
Rasulullah
saw mengkatagorilan orang yang engkar janji termasuk orang munafik. Dalam suatu
hadits dari Abu Hurairah
r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tandanya
orang munafik itu ada tiga, iaitu: jikalau ia berbicara berdusta, jikalau ia
berjanji menyalahi dan jikalau ia dtpercaya berkhianat." (Muttafaq 'alaih)
Dalam hadits lain Rasulullah menyebut 4 tanda kemunafikan yaitu (1).
Jikalau berbicara berdusta.(2) Jikalau berjanji tidak menepati. (3) Jikalau bertengkar atau bertentangan dengan seseorang, lalu
berbuat kejahatan. (3( Jikalau membuat sesuatu
perjanjian lalu merosakkan atau membatalkannya sendiri yakni tidak mematuhi isi
perjanjian itu dengan sebaik-baiknya.
la menambahkannya dalam
riwayat Imam Muslim: "Sekalipun orang
itu berpuasa dan bersembahyang
dan mengaku bahawa dirinya adalah seorang Muslim."
Kemunafikan
adalah suatu sifat yang ada di dalam hati manusia dan tidak dapat diketahui
oleh orang lain. Kemunafikan adalah suatu penyakit rohani yang tidak dapat
disembuhkan kecuali oleh orang itu sendiri. Kita dapat mengetahui seseorang itu
dihinggapi oleh penyakit kemunafikan, hanyalah semata-mata dari tanda-tandanya
yang lahiriyah belaka. Lebih lanjut diterangkan bahwa kemunafikan
ialah menunjukkan di luar sebagai seorang Muslim yang benar-benar keislaman dan
keimanannya, tetapi dalam hatinya adalah sebaliknya. Orang munafik itu
hakikatnya adalah orang yang memusuhi Agama Islam, menghalang-halangi
perkembangan dan kemajuan Islam, tidak ridha dengan kepesatan dan keluhuran
Islam dan dengan segala daya-upaya hendak mematikan Agama Islam. Itulah yang
terkandung dalam hatinya yang sebenar-benarnya. Hanya tampaknya saja ia sebagai
pemeluk Islam yang setia. Bagi Islam orang munafik itu adalah sebagai musuh
dalam selimut. la menggunting dalam lipatan atau menohok kawan seiring dari
belakang. Besar benar bahayanya kaum munafik itu terhadap Islam dan kaum
Muslimin. Oleh sebab itu Allah menjanjikan siksa yang pedih kepada kaum munafik
itu dengan firmannya: "Sesungguhnya
orang-orang munafik itu ada di dalam tingkat terbawah dari neraka."
Saudaraku, dengan
penjelasan-penjelasan diatas mari kita berkomitmen terus melangkah dalam
perjuangan hidup menuju sasaran yang tepat yaitu menjadi orang beriman dan
bertakwa. Jika terjadi sesuatu hal kurang tepat kita perlu membalik-balik lagi
janji yang kita perbuat. Orang yang teguh dalam perjanian itulah orang yang
selamat. Teguh dan beristiqomah Allah
Swt berfirman
Sesungguhnya orang-orang yang
mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah
maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka
cita.
(Qs Al Ahqaf : 13)
Wallahu ‘alam bish
shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar