Kamis, 20 September 2012

CARA MENGGAPAI TAKWA (1)



Muhasabah
Bismillaahirrahmanirrahiim
(Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)

Saudaraku yang dirahmati Allah.
Sampai  detik ini para da’i,  para khatib, para ulama  terus mengajak kita untuk bertakwa.. Perintah untuk bertakwa adalah perintah Allah yang tidak bisa  ditawar-tawar atau ditangguhkan, Allah swt memperingatkan kepada orang beriman

. . . . . . .. . .  dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.(Qs Ali Imran : 102).
Saudaraku, selagi nyawa masih dikandung badan  mari kita terus meningkatkan ketakwaan. Jangan lengah sebab Allah Swt memanggil kita secara rahasia yang kita tidak tahu tempat dan waktunya bahkan sebab kematian kematianpun tidak kita ketahui. Kalau kita dapat memelihara  ketakwaan maka  nilai yang paling tinggi akan kita dapati, antara lain :
1.   Semua amalan kita diterima oleh Allah Swt, karena setiap amalan dengan  landasan takwa  maka seluruh amalannya diterima oleh Allah Swt.  
"Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". (Qs Al Maidah : 27)
2.  Allah swt menjanjikan orang yang bertakwa masuk surga. Ini adalah tujuan akhir dari orang yang takwa merupakan buah yang termanis dari segala bentuk amalannya.  Allah Swt berfirman : ‘
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (Qs Ali Imran :133)
3.   Selamat dari neraka. Allah akan menyelamatkan orang yang bertakwa  dihari akhirat dan Allah mengampuni dosa-dosanya dijanjikan Allah dalam firmanNya : “
Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut. (Qs Maryam : 72)
Oleh karena itu setiap  muslim harus berusaha menggapai takwa, karena takwa adalah sarana untuk mencapai surga yang penuh kenikmatan . Untuk menggapai takwa hampir tiap ulama mempunyai kiat mungkin ada yang sama tetapi bukan tidak mungkin ada cara-cara khusus. Semua tidak ada yang salah selama jalan yang ditempuh memenuhi sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan As Sunnah. Para ulama menyatakan setidaknya ada lima jalan yang patut kita renungkan menggapai ketakwaan. Jalan-jalan itu adalah:
1.       Muhasabah. Yaitu evaluasi diri dan meningkatkan kualitas diri dengan selalu mengambil hikmah dari setiap sesuatu yang terjadi dalam diri kita.  
2.    Mu’ahadah. Yaitu mengingat-ingat kembali janji yang pernah kita katakan. Semakin sering kita mengingat janji, insya Allah kita akan senantiasa menapaki kehidupan ini dengan nilai-nilai ketakwaan.
3.       Mujahadah. Adalah bersungguh-sungguh kepada Allah Swt, mujahadah atau penuh kesungguhan adalah bagian tak terpisahkan dalam menggapai ketakwaan disamping muhasabah dan mu’ahadah.
4.       Muraqabah. Adalah senantiasa merasa diawasi oleh Allah Swt. Inilah diantara pilar ketakwaan yang harus dimiliki setiap kali kita mengawali suatu kegiaan dan menutup kegiatan tersebut.
5.  Mu’aqobah. Artinya, mencoba memberi sanksi kepada diri manakala diri melakukan sebuah kekhilafan, memberikan teguran dan sanksi kepada diri kalau diri melakukan kesalahan.

Saudaraku, pada kali mari kita menguraikan sedikit tentang “MUHASABAH” Allah swt berfirman, |
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs Al Hasyr : 18)
Memeriksa diri sendiri merupakan bagian penting dalam upaya meningkatkan ketakwaan. Jika seorang muslim merasa dirinya telah beriman dan kemudian merasa dirinya lebih taqwa dari muslim lainnya. Atau barangkali merasa ketakwaannya sudah memberi cukup bekal untuk menghadap Allah di hari akhirat. Jika hal  ini telah terbersit didalam hati maka hal ini menujukan terjadinya suatu tingkat degradasi ketaqwaan. Allah Swt berfirman dalam Al Qur’an :
maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. (Qs An Najm : 32)
Firman Allah Swt mengingatkan kita selalu mawas diri jangan menyatakan kita terbaik apalagi menyatakan suci. Salah satu sifat terpuji menurut agama mana pun adalah mau mengakui kesalahan sendiri yang terlanjur dilakukan. Orang bijak berkata : “ Orang berakal itu adalah bukannya yang pandai mencari-cari akal untuk membenarkan kejelekannya setelah ia terjatuh di dalamnya, tetapi orang yang berakal itu adalah orang yang pandai menggunakan akalnya untuk mengakali  kejelekan agar dirinya tidak terjatuh kedalamnya.”
Telah menjadi suatu sifat bagi manusia bahwa manusia itu lemah dan selalu berbuat kesalahan / kekeliruan, oleh karena itu memeriksa diri adalah menjadi penting bahkan keharusan dalam  upaya meningkatkan kualitas ketakwaan kepada  Allah Swt. Tiap muslim harus berani menghitung dirinya sendiri sebelum dihitung oleh Allah Swt.  Bila kita ber’itikaf dimasjid maka sejumlah pertanyaan dapat disusun apakah kegiatan seharian kita sudah sesuai dengan tuntunan Allah. Apakah ibadah wajib yang kita lakukan setiap hari sudah dilakukan sebaik mungkin atau hanya sekedar memenuhi kewajiban. Dan tidak kalah pentingnya apakah rezeki yang kita peroleh dengan cara yang benar dan dibelanjakan dengan cara yang benar pula. Hal yang terberat dalam menjawab pertanyaan sendiri keberanian untuk jujur dan mengakui kesalahan.
Untuk memantapkan perenungan dalam upaya memeriksa diri mari kita camkan sabda Rasulullah Saw : Pada hari kiamat nanti, tidak dapat bergeser kaki seseorang sehingga ia ditanya mengenai empat perkara :
1)   Tentang umurnya, dalam hal apa ia habiskan.
2)   Tentang masa mudanya, untuk apa ia gunakan.
3)   Tentang hartanya, dari mana ia dapatkan dan kemana ia belanjakan.
4)   Tentang ilmunya, sejauh mana ia amalkan.
Abu Darda r.a seorang sahabat nabi Muhammmad Saw berkata : Paling aku takuti adalah pertanyaan yang akan ditanyakan kepadaku pada hari pengadilan nanti di depan seluruh manusia, yaitu  ‘ Apakah kamu mengamalkan ilmu-ilmu yang kamu miliki ?
Pertanyaan-pertanyaan diatas pasti akan muncul diakhirat oleh karena itu sebaiknya dijawab seka-rang dalam upaya memeriksa diri sehingga kita dapat memperbarui iman dan dalam upaya meningkat ketakwaan orang takwa.
Saudaraku, untuk bermuhasabah biasanya kita lakukan setahun sekali menjelang pergantian tahun. Tetapi para sahabat selalu bermuhasabah setiap hari ketika menjelang tidur beliau menanyakan dirinya sendiri tentang lidahnya, dan berbagai hal yang dilakukan pada hari itu, sehingga imannya perpelihara dan selalu terbaharui.
Saudaraku, bahwa perjalanan  kehidupan di dunia penuh dinamika mengakibatkan setiap hari manusia  selalu bergumul antara kebaikan dan kemaksiatan baik disadari atau tidak.  Bila kemaksiatan yang mendominasi maka kehidupan ibarat sebagai kain yang rusak. Sebuah riwayat menyebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, Iman itu akan rusak sebagaimana kain menjadi rusak. Untuk itu berdoalah kepada Allah agar Dia selalu memperbaharui imanmu.  Maksud menjadi rusak adalah karena perbuatan dosa, kekuatan iman atau nur iman menjadi lemah. Berkenaan dengan hal ini, sebuah hadits menyatakan bahwa apabila seseorang berbuat dosa, di hatinya akan muncul noda hitam dan kemudian melekat di hati mereka. Jika ia bertaubat dengan sungguh-sungguh, noda tersebut akan hilang. Jika ia melakukan dosa untuk kedua kalinya, noda hitam yang kedua pun akan melekat dihatinya. Jika dosa itu dilakukan secara terus menerus hatinya akan menjadi hitam pekat seperti karat, sebagaimana firman Allah Swt.
Kami kunci mati hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar (Qs Al A’Raaf:100)
Rasululah Saw memberi tuntunan untuk memperbaharui iman dalam sebuah hadits. dari Abu Hurairah ra, katanya Rasulullah Saw bersabda “ Perbaharuilah imanmu ’Para sahabat bertanya,” ya Rasulullah bagaimanakah caranya memperbaharui iman kami? jawab beliau saw. Hendaklah kalian memperbanyak ucapan Laa ilaha illallah “

Saudaraku ini, bermuhasabah adalah salah satu cara menggapi takwa, maka mulai hari kita bermuhasabah insya Allah ketakwaan kita akan terpelihara terus menaik-menaik hingga kita bertemu dengan kekasih kita yaitu ‘ALLAH”

Mari kita berdo’a
ALLAHUMMA INNI AS-ALUKAL HUDAA WATTUQO WAL’AFAAFA WAL GHINA
Ya Allah saya memohon petunjuk, tambahan takwa, terpeliharanya kehormatan diri dan kekayaan kepada Mu  Amin



Tidak ada komentar:

Posting Komentar