Bismillaahirrahmanirrahiim
(Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang)
Saudaraku, yang dirahmati dan
diberkahi Allah.
Seandainya saudaraku pernah mendengar nama Syech
Abdul Kadir Jailani dengan cerita karomahnya, sudah terbayang didepan kita
beliau orang ‘alim dan sangat taat
kepada perintah dan larangan Allah. Sehingga ada sebagian orang selalu
mengakhiri doa nya denganan ucapan berkat Syech Abdul Kadir meskipun ucapan itu
tidak ada tuntunannya bahkan setiap membaca surat Al Fatihah pun dihadiahkan
untuknya. Beliau adalah wali Allah yang sudah sangat terkenal dan
wejangan-wejangan telah dipublikasikan secara luas. Tentu, saudaraku sering mendengar nama Imam Ghozali nama yang tidak asing lagi meskipun kita tidak pernah berjumpa beliau tetapi nasehatnya tentang ilmu agama sangat luas dan sangat menarik
Pertanyaanya, selain beliau-beliau diatas adakah wali Allah yang lain? Jawabnya, wali Allah sangat banyak, bahkan dia selalu bersama kita, duduk bersama
kita, bercakap dengan kita. Dia tidak pernah menonjolkan diri, pakaianya,
sikapnya niasa saja kehadirannya tidak ada yang peduli dan sebaliknya ketidak
hadirannya pun tidak ada peduli. Tentu kita ingin tahu siapakah wali Allah itu.
Tentang wali Allah, dijelaskan
oleh Allah dengan firman Nya
Ingatlah,
sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan
mereka selalu bertakwa. (Qs Yunus 62-63)
Firman
Allah Swt yang tertera pada surat Yunus 62-63 ditafsiri oleh Ibnu Katsir ayat ini “Allah ta’ala
memberitahukan bahwa para wali-Nya adalah
orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa, jadi, setiap orang yang beriman dan bertakwa merupakan wali Allah.
Keterangan ini diperjelas dalam hadits
Ibnu Jahrir yang diriwayatkan Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Diantara hamba-hamba Allah itu ada sejumlah
hamba yang membuat para nabi dan syuhada iri kepada mereka, “beliau ditanya, Ya
Rasulullah siapakah mereka itu? Mungkin kami dapat mencintainya, Beliau bersabda, “ Mereka adalah suatu kaum
yang saling mencintai karena Allah, bukan karena harta dan keturunan. Wajah
mereka bagaikan cahaya. Mereka diatas mimbar yang terbuat dari cahaya. Mereka
tidak merasa takut saat orang takut dan mereka tidak bersedih tatkala orang
bersedih. Kemudian beliau membaca ayat, ‘
Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.
Dr A’idh
Al Qarni dalam bukunya jagalah Allah,
Allah akan menjagamu menerangkan bahwa wali-wali Allah
memiliki 10 (sepuluh) kriteria yang dihimpun secara umum dan global.
Jika dirinci akan mencapai ratusan kriteria. Sepuluh kriteria itu, barangsiapa
yang mendapatkan pada dirinya, maka dia patut mensyukuri dan memuji kepada
Allah. Dan barangsiapa yang tidak mendapatkan pada dirinya, maka jangan mencela
kecuali untuk mengoreksi dirinya
sendiri. Sepuluh kriteria tersebut adalah :
1.
Ikhlas dalam
beramal.
Sifat seorang wali Allah,
selalu beramal karena mengharap wajah Allah. Celaka bagi orang yang beramal
bukan karena Allah, dan kita berlindung kepada Allah dijauhkan dari sikap
riya’(ingin dilihat orang lain) dan sum’ah (ingin didengar orang lain. Dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah Saw bersabda” Barangsiapa beramal ingin dilihat orang,
maka Allah membuka aibnya pada hari kiamat, dan barang siapa beramal karena
sum’ah, Allah akan menunjukan sum’ahnya itu (kepada manusia). Dan Allah Swt berfirman : “
Kecuali orang-orang yang taubat
dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus
ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. (Qs An Nissa 146)
2.
Ridha kepada Rasulullah sebagai pemimpin.
Para wali
Allah sangat mencintai dan menghormati
Rasulullah Saw bahkan mereka lebih
mencintai Rasulullah Saw daripada pendengaran dan penglihatan mereka. Tidak ada idola pemimpin didunia ini kecuali
Rasulullah Saw. Allah Swt berfirman :
Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.
(Qs
Al Ahzab : 21)
Para wali Allah memegang teguh
sikap wasath (pertengahan). Mereka mengikuti dan meneladani Rasulullah dalam
masalah keyakinan, perilaku, ucapan dan perbuatan. Sedangkan
dalam berdoa, meminta pertolongan, takut dan berharap dan tidak menjadikan perantara
antara hamba dengan Allah.
3. Membenci dan mencintai seseorang karena
Allah.
Mereka mencintai manusia karena
kedekatannya dengan Allah dan membenci manusia karena jauh dari Allah. Sebuah
hadits yang diriwayatkan Abu Dawud, Rasullullah Saw bersabda “
Barangsiapa yang mencintai seseorang karena Allah, membenci karena Allah ,
memberi karena Allah dan mencegah karena Allah , maka dia telah menyempurnakan
imannya.
4. Hati mereka bersih terhadap kaum muslimin.
Diantara
keistimewaan para wali Allah bahwa
mereka tidak mempunyai sifat dendam, hasad, dengki, curang terhadap hamba
Allah. Hal ini
bertentangan dengan sebagian orang
yang beriman, yang selalu mengerjakan shalat, berpuasa dan berhaji, tapi
pada saat yang sama, dia juga mencintai pelaku maksiat, dan duduk bersamanya
pula. Berbeda dengan wali Allah yang mencintai Allah dan membenci musuh-musuh
Nya, mereka dapat membedakan antara berwala
(toleransi) dan bara ‘(berlepas diri)
5.
Menunaikan semua kewajiban dan sunnah dengan
sempurna
Apabila kamu menjumpai seseorang
yang menunaikan semua kewajiban dengan sempurna, menambahkannya dengan yang
sunnah dan menjauhkan yang haram, maka dialah wali Allah. Disebutkan dalam hadits
yang diriwayatkan oleh Nabi Saw, bahwa Allah tabaka wa ta’ala berfirman :’ Barangsiapa memusuhi kekasihku, maka dia
telah menantang perang denganku, tidaklah hambaku bertaqarub kepadaku dengan
sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang Aku wajibkan kepadanya, dan
hambaKu itu tak henti-hentinya bertaqarub
kepadaku dengan segala yang sunnah-sunnah hingga Aku mencintainya. Maka jika Aku mencintainya Aku akan menjadi pendengarannya,
yang dengannya dia mendengar. Aku menjadi penglihatannya, yang dengannya dia
memandang. Aku menjadi tangannya, yang dengannya dia mengenggam dan Aku menjadi
kakinya, yang dengannya dia melangkah.
6.
Mengikuti kaum
salaf dalam masalah keyakinan.
Ini adalah kriteria yang membedakan mereka dengan berbagai golongan ahli bid’ah
sepanjang zaman. Yaitu golongan yang menyalahi manhaj Rasulullah dan
metodenya dalam persoalan akidah. Para
wali Allah adalah orang-orang yang mengambil akidah dari al Qur’an dan sunnah.
Mereka tidak melibatkan secara mendalam pada masalah takwil dan bantahannya yang menimpa kelompok lain
seperti Mu’tazilah, shufi, Asy’ariyah
dan lainnya.
7.
Mengajak yang
makruf dan melarang yang mungkar dan tidak kikir dengan ilmu.
Para wali Allah selalu terdepan
mengajak umat untuk melakukan kebaikan dan mencegah kemunkaran. Dan ini adalah
perintah Allah Swt : “
Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (Ali Imran :
110.)
Dalam
satu hadits Imam Ahmad diriwayatkan dari Durrah binti Abu Lahab, dia
berkata,” Seseorang bangkit dan menuju
Rasulullah , siapakah manusia yang paling baik? Beliau bersabda,“ Manusia yang
paling baik ialah yang paling tenang, paling bertakwa, paling giat menyuruh
kepada yang makruf, paling gencar melarang kemungkaran, dan paling rajin
silaturahmi.
8.
Mencintai persatuan dan membenci perpecahan.
Para wali Allah mencintai seluruh kaum muslimin yang berjalan diatas manhaj Alu Sunnah, tanpa
membeda-bedakan diantara mereka. Kaum muslimin adalah jamaah
yang satu yang tidak menerima adanya
pengkotakan sebagian orang ingin membatasinya pada satu orientasi dan ijtihad
yang bisa benar dan salah. Allah Swt berfirman :
“ Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, (Ali Imran : 103)
9.
Mengembalikan
semua persoalan kepada Al Qur’an dan sunnah
Para wali Allah
apabila mereka mereka berbeda pendapat dalam suatu masalah, maka mereka mencari
penyelesaiannya dalam Al Qur’an. Mereka berpedoman kepada firman Allah Swt :
“Tentang
sesuatu apa-pun kamu berselisih maka putusannya (terserah) kepada Allah. (Qs
Asyuura : 10).
Oleh karena itu para wali
Allah selalu berdoa sesuai dengan
tuntunan Rasulullah Saw : “ Ya Allah, Tuhan Jibril, Mikail dan
Israfil. Pencipta langit dan bumi yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang tampak. Engkau yang memutuskan
apa-apa yang diperselisih kan hamba-hambaMU, tunjukanlah kepada kami dari
perselisishan itu yang haq dengan
izinMu, Engkaulah yang menunjukan kepada kami jalan yang benar.
10. Selalu mengatakan yang haq
Sebagian
orang, ketika sedang marah dengan saudaranya atau orang lain, maka hawa nafsu
akan mendorongnya untuk mengatakan sesuatu yang tidak semestinya. Dan bila
sedang senang maka diapun lupa semua aib meskipun ada. Berbeda dengan para wali
Allah dalam kondisi apapun dan dengan siapapun, ia akan mengatakan yang benar
tetap benar, yang salah tetap salah.
Allah Swt berfirman :
“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. (Qs Al Maidah : 8)
Dr A’idh
Al Qarni berpesan .“Wahai saudara-saudaraku
yang kucintai karena Allah, inilah kriteria wali-wali secara
singkat Bagi yang memperhatikannya akan masuk kepada sifat-sifat yang lain.
Saudaraku, mungkikah wali Allah
itu adalah diri kita sendiri. Jawabnya sangat mungkin dan semoga
Allah Swt menjadikan kita orang-orang yang memiliki kriteria diatas, dan kita
kuatkan tekad
kita untuk mewujudkan sifat wali Allah pada diri kita.
Nasrubnminallah.
Wallahu ‘alam bis
shawwab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar