MUJAHADAH
Bismillaahirrahmanirrahiim
(Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang)
Saudaraku yang dirahmati dan diberkati Allah.
Alhamdulillah, itulah kata yang terbaik untuk kita ucapkan, ketika hari ini kita
masih terus dalam koridor ketakwaan. Kita kuatkan tekad untuk terus bertakwa dengan
sungguh-sungguh untuk melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Upaya
untuk menggapai takwa adalah bermuhasabah mu’ahadah, mujahadah muqorabah dan
mu’aqabah. Muhasabah dan mu’aqadah sudah lebih dahulu kita bahas dan kini kita membahas
tentang
MUJAHADAH
Dalam kamus Arab-Indonesia
karangan Prof DR H Mahmud Yunus “mujahadah” dengan kata dasar jahadu
dengan variannya berarti bersungguh-sungguh, berjuang, kepayahan, perjuangan. Dari kata jihad itu oleh ulama fiqh mengartikan sebagai pengerahan
kemampuan dengan sungguh-sungguh untuk menggali dan memahami makna yang
dikandung oleh Qur’an dan sunnah. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa mujahadah adalah bersungguh-sungguh kepada Allah Swt untuk menggapai takwa.
Karena terkadang kita melaksanakan ibadah tidak dibarengi dengan kesungguhan,
hanya menggugurkan kewajiban saja, takut jatuh kedalam dosa dan menapaki
kehidupan beragama asal-asalan. Padahal bagi seorang muslim yang ingin menjadi
orang-orang yang bertakwa, maka mujahadah atau penuh kesungguhan adalah bagian
tak terpisahkan dalam menggapai ketakwaan.
Saudaraku, perkembangan situasi
kekinian terjadi pembusukan terhadap makna jihad, seakan-akan jihad adalah
perbuatan kotor yang diberi cap teroris. Padahal sebaliknya jihad adalah
perbuatan mulia dan sangat disukai oleh Allah dengan berjihad seorang muslim
akan memperoleh kemenangan dan keberuntungan. Dengan berjihad yang benar dapat
diukur ketakwaan seseorang.
Saudaraku para mujahidin, jangan kuatir untuk menyatakan saya saat ini
sedang berjihad dan niatkan dengan sungguh-sungguh saya akan berjihad dengan
mengorbankan harta dan nyawa. Jangan takut disebut mujahidin dan jangan takut
kita disebut teroris (umat Islam bukan teroris) Karena berjihad adalah
perintah Allah, maka kita jawab “aku dengar dan aku laksanakan” Di dalam Al
Qur’an akan ditemui kata jihad 3 X , kata berjihad 27 kali dan berjihadlah 6
X. Allah Swt berfirman
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Alloh dan carilah jalan
yang mendekatkan diri kepada-Nya dan BERJIHADLAH pada jalan-NYA agar supaya
kamu sekalian mendapat keberuntungan.
(Qs Al Maa-idah 35)
Ayat diatas adalah satu ayat
tentang perintah berjihad, Allah Swt memerintahkan kepada orang beriman untuk
bertakwa dan berjihad untuk mendapat
keberuntungan. Beriman, bertakwa dan berjihad merupakan rangkaian yang tidak
terputus yang saling mengisi untuk
memperoleh keberuntungan baik didunia dan akhirat. Oleh karena itu bermujahadah
/ berjihad perlu dipahami secara benar dan kemudian dapat dilaksanakan secara
benar pula. Jika dicermati secara keseluruhan ayat-ayat mengandung kata jihad
maka cakupannya sangat luas. Dan itulah jalan kehidupan yang sedang kita jalani
terus menerus berjihad apapun profesi kita., Seharusnya kita semuanya jangan
ragu menyatakan kita sedang berjihad, dengan berjihadlah surga akan disediakan. Allah swt berfirman
Apakah kamu mengira
bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang
berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar. (Qs Ali Imran (3)
: 142
Saudaraku,
demikian pernyataan Allah bahwa masuk surga tidaklah mudah dan perlu diuji,
sehingga terukur mana yang layak dan
yang tidak layak. Bukankah kita penah
mengikuti latihan / pendidikan untuk dinyatakan lulus maka perlu diuji dalam kriteria yang jelas. Kini terlihat
nyata ukurannya, hanya orang yang bertakwa sajalah yang dimasukan
surga. Oleh karena untuk menjadi takwa
orang harus diuji dalam kancah perjuangan selagi hayat dikandung badan dengan berjihad.
Para ulama menyatakan bahwa jihad itu dapat terbagi
4 bidang, yaitu :
Pertama, Jihaadun Nafs (Jihad melawan hawa nafsu)
Setiap manusia pasti memiliki keinginan terhadap sesuatu,
itulah yang kemudian disebut hawa nafsu. Manusia boleh saja memenuhi segala
keinginannya selama keinginan itu tidak bertentangan dengan aturan Allah dan
Rasul-Nya. Namun ternyata begitu banyak manusia yang memenuhi segala
keinginannya yang tidak benar tanpa kendali. Oleh karen itu di dalam Islam kita
mengenal ada perintah jihad melawan hawa nafsu. Itu artinya kita harus bisa
mengendalikan hawa nafsu bukan membunuh nafsu yang membuat kita tidak memiliki
lagi keinginan terhadap sesuatu. Kenapa hawa nafsu itu perlu dikendalikan?
Jawabannya, kalau hawa nafsu tidak dikendalikan, akan ada dampak negatif yang
akan ditimbilkannya, di antaranya adalah sebagai berikut :
- · Menyimpang dari kebenaran. Orang yang menuruti hawa nafsu cenderung menyimpang dari kebenaran baik dalam bentuk perkataan, perbuatan, maupun keputusan dan kebijakan yang ditempuhnya. Nafsu ingin memiliki harta yang banyak, nafsu untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan telah membuat orang menghalalkan segala cara asal hawa nafsunya terpenuhi.
- Sesat dan menyesatkan manusia. Orang yang mengikuti hawa nafsu sering kali semakin asyik degan kesesatannya itu bahkan sampai tidak merasa berdosa lalu berusaha membenarkan kesesatan yang dilakukannya itu degan berbagai dalih.
- · Melampaui Batas. Dalam banyak kasus orang yang menuruti hawa nafsu menunjukkan sikap dan melakukan tindakan yang melampaui batas-batas kewajaran.
- Merusak Kehidupan, Rusaknya kehidupan manusia akan terjadi apabila mereka selalu menuruti hawa nafsunya baik kerusakan itu dari segi fisik maupun mental. Kehidupan rumah tangga, kehudupan berbangsa dan bernegara juga dan hancur hancur manakala manusianya suka menuruti hawa nafsu.
Semua keadaan
diatas sudah diperingatkan oleh Allah Swt dengan firman Nya
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? (Qs Al Furqon (25) : 44)
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka
bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan
Allah.. (Qs Shaad (38) : 26)
Dan mereka
mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan
telah ada ketetapannya. (Qs Al Qamar (54) : 3)
Jihad melawan hawa nafsu baru dapat dilaksanakan bila manusia mempunyai lmu
yang cukup mengerti mana yang haq dan
mana yang bathil. Oleh karena itu proses ini
diawali dengan mempelajari ilmu
dan petunjuk, yaitu mempelajari agama yang haq berdasarkan Al Qur’an dan as
Sunnah. Kemudian mampu mengamalkan ilmu yang telah diperolehnya dengan
bersungguh-sungguh.. Dan dilanjutkan dengan mengajarkannya kepada orang yang belum
mengetahuinya. apabila dakwah ini tidak
dilakukannya maka hal ini termasuk menyembunyikan ilmu maka ilmunya tidak akan
bermanfaat dan tidak pula dapat menyelamatkannya dari adzab Allah. maka ia akan
disanjung di sisi para Malaikat-Nya. Allah Swt berfirman,
Dan demikianlah, Kami telah
menurunkan Al Qur'an itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab. Dan
seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan
kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap
(siksa) Allah.
(Qs (13) Ar Rad : 37)
Kemudian Kami jadikan kamu berada di
atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat
itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.
(Qs Al Jatsiyaah (45) : 18)
Kedua. Jihaadus Syaithan (Jihad melawan syaitan)
Tidak mudah membedakan antara rayuan
setan dan nafsu manusia. Oleh karena itu
kita harus berjihad untuk membentengi dari serangan syubhat dan keraguan yang
dapat merusak iman. Kemudian berjihad membentengi dari serangan
keinginan-keinginan yang merusak dan penuh syahwat. Ada beberapa pintu masuk
syaitan yang perlu di waspadai
- Ambisi yang berkelebihan
- Gemerlap duniawi
- Merasa lebih dari orang lain (sombong)
- Biasa membuat dosa kecil dan menganggap biasa.
- Riya’ ingin selalu puji dalam semua kegiatan
Untuk menghadapi syaitan, Allah Swt memberi tuntunan :
Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan
syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari
syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat
kesalahan-kesalahannya. (Qs Al A’raaf (7) : 200-201)
Ketiga. Jihaadul Kuffar wal Munafiqin
Berjihad menghadapi orang munafik dan orang kafir adalah perintah Allah Swt .
Hai Nabi, berjihadlah (melawan)
orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap
mereka.
(Qs At Taubah-(9) : 73)
Maka janganlah kamu mengikuti
orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Qur'an dengan
jihad yang besar.
(Qs Al Furqon : 52)
Jihad menghadapi orang kafir dengan
cara yang benar, paling tidak ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan.
- Bila kaum Muslimin atau negeri mereka diserang oleh orang-orang atau negara kafir. Dalam kondisi seperti ini, Allah SWT telah mewajibkan kaum Muslim untuk membalas tindakan penyerang dan mengusirnya dari tanah kaum Muslim. Al;lah Swt berfirman.
Dan perangilah di jalan
Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas,
karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas..
(QS. Al Baqarah [2]:
190)
Dan perangilah kaum
musyrikin itu seluruhnya sebagaimana mereka memerangi engkau semua seluruhnya
pula dan ketahuilah bahwasanya Allah itu beserta orang-orang yang
bertaqwa." ((Qs at-Taubah (9): 36)
- Bila ada sekelompok komunitas Muslim yang diperangi oleh orang-orang atau negara kafir. Kaum Muslim wajib menolong mereka. Sebab, kaum Muslim itu bersaudara, laksana satu tubuh. Karena itu, serangan atas sebagian kaum Muslim pada hakikatnya merupakan serangan terhadap seluruh kaum Muslim di seluruh dunia.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta
berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang
memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin),
mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang
beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu
melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta
pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan
pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan
mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Anfal [8]: 72)
- Bila dakwah Islam dihadang oleh penguasa kafir dengan kekuatan fisik mereka. Dakwah adalah seruan pemikiran (fikriyah), non fisik. Manakala dihalangi secara fisik, wajib kaum Muslim berjihad untuk melindungi dakwah dan menghilangkan rintangan-rintangan fisik yang ada di hadapannya di bawah pimpinan Amirul Mukminin. Inilah yang disebut dengan jihad ofensif (hujûmî). Inilah pula yang dilakukan oleh Rasulullah saw dan para Sahabat setelah mereka berhasil mendirikan Daulah Islam di Madinah. Mereka tidak pernah berhenti berjihad dalam rangka menghilangkan halangan-halangan fisik demi tersebar luaskannya dakwah Islam dan demi tegaknya kalimat-kalimat Allah.
Dengan 3 hal diatas dihadapkan dengan kondisi bangsa
Indonesia sekarang ini sebagai negeri muslim yang aman dan tidak dalam kondisi
diserang musuh/orang kafir secara fisik maka belum berlaku hukum dan kewajiban
jihad melawan orang kafir dan munafik Kewajiban jihad akan segera berlaku bila negeri kita ini diserang oleh musuh secara fisik.
Keempat, Jihadul Arbaab Zhulm wal Bida’ wal Munkaraat (Jihad melawan tokoh-tokoh yang Zhalim, pelaku bid’ah dan kemungkaran).
Jihad seperti inilah yang kita hadapi setiap hari menghadapi pemimpin yang
zhalim, bukan saja dilingkungan pemerintahan saja tapi dalam semua lini
kehidupan misalnya disektor ekonomi dimana para majikan memeras
karyawannya dengan memberi upah yang kecil tetapi sebaliknya dipihak majikan
mengeduk keuntungan yang sebesar-besarnya.
Sejarah perjalanan hidup
manusia membuktikan para pemimpin yang zhalim
pasti hancur dari zaman Fir’un sampai saat ini. Maka ada satu pernyataan yang selalu di ucapkan “raja adil disembah dan raja zalim di sanggah”. Allah swt berfirman.
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
(Qs Ali Imran (3) : 104)
Disamping menghadapi pemimpin yang
zalim, juga yang harus
dihadapi kemungkaran dan tidak kurang bahayanya adalah masalah takhyul, bid’ah dan
khurafat.(biasa disebut penyakit TBC. OLeh karena itu setiap muslim harus
berjihad sesuai dengan kemampuan dan wewenang yang dimiliki Rasulullah Saw yang bersabda : “ Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran,
hendaklah ia mengubah dengan tangannya, jika belum sanggup maka dengan lisannya
dan jika masih juga belum sanggup maka dengan hatinya. Namun demikian itu
adalah selemah-lemah iman (HR Muslim).
Saudaraku,
mari kita ber mujahadah /
bersungguh-sungguh agar selalu bertakwa kepada Allah, hendaknya takut hanya kepada
Allah. Bersegera menyambut seruan al-Haq dan panggilan hidayah dalam rangka
meluruskan perkara-perkara yang bengkok pada diri kaum muslimin agar kita dapat
memperbaiki kerusakan urusan umat dalam aspek hukum, berhukum, perangai,
aqidah, mu’amalah dan hubungan dengan orang-orang diluar mereka. Kita tidak hanya menyelamatkan diri sendiri tetapi mari kita selamat keluarga kita,
masyarakat dan bangsa kita. Semoga derajat di tinggikan oleh Allah Swt
Orang-orang
yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan
diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah
orang-orang yang mendapat kemenangan.
(Qs At Taubah (9) : 20)
Inna nasrullahi qariib
Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.
Wallahu ‘alam bish
shawab
Ya Allah...
BalasHapusaku hilang dalam mencarimu
makin bertambah kesesatanku
Ya Allah...
tunjukilah aku jalan yang lurus
jalan yang membawa ke syurgaMu
jalan yang Engkau redhai
Ya Allah...
rintihan ini
dari seorang hamba yang tak punya apa