Sabtu, 27 Oktober 2012

CARA MENGGAPAI TAKWA (5) - MU’AQABAH DAN BUAH TAKWA




Bismillahirrahmanirrahiim
(Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)

Saudaraku yang dirahmati dan diberkati Allah.

Sudah sepatutnya kita sebagai hamba Allah setiap  hari bersyukur kepada Allah Swt seraya memujinya dengan  ucapan yang terbaik. Segala Puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu. Dzat yang kepada siapa kita dan seluruh alam ini paling pantas bersujud dan memohon pertolongan. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah. Dan Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Salawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad saw, keluarga beliau para sahabat beliau, dan para pengikutnya sampai akhir zaman. 

Saudaraku yang dimuliakan Allah. Perjalanan menempuh takwa dapat diibaratkan bagai  perjalanan seseorang dalam  melaksanakan pekerjaan yang diperintahkan oleh  majikan. Dia harus selalu dengan tekun mengikuti langkah pekerjaan supaya sukses dan mendapatkan imbalan yang pantas. Ditengah-tengah perjalanan  dalam penyelesaian pekerjaan dia harus bertanya kepada dirinya. Untuk apa pekerjaan ini dilaksanakan, apakah pekerjaan menuju tujuan sudah jalan yang benar, dan apakah cara pelaksanaanya juga sudah benar. Jika belum benar  atau masih ada kesalahan segera diperbaiki sehingga tetap berpegang teguh kepada tujuan yang dikehendaki. Inilah yang disebut mengintropeksi diri yang bahasa agama disebut “MUHASABAH “. Dengan mengadakan muhasabah maka perjalanan dalam rel yang benar dan dilaksanakan dengan cara yang benar pula.

Kemudian di dalam pekerjaan, bukan tidak mungkin dan ini memang sangat  sangat sering terjadi para pekerja melakukan pelanggaran  yang merugikan perusahaan dan juga akan merugikan dirinya sendiri . Oleh karena itu sebelum terlanjur kepada  pelanggaran berat maka dia harus ingat akan kontrak / perjanjian yang pernah dibuat. Dengan demikian  dia sadar dan tetap pada jalan lurus dalam bahasa agama disebut “MU’AHADAH”. Dengan mengadakan mu’ahadah mendorong dirinya selalu menepati janji dengan demikian pekerjaan tetap berlanjut sesuai dengan kontrak / janji.
Dalam suatu pekerjaan kadang-kadang terjadi pelemahan atau pelambatan atau kemalasan, atau kejenihan, ada satu kata kalimat yang sering digemakan ‘AYO TETAP SEMANGAT, PANTANG MENYERAH” Artinya bagaimana sulit pekerjaan yang dihadapi jalan yang berkelok, bukit harus didaki dan lembah harus dituruni, pekerjaan  harus tetap dilaksanakn “PANTANG  MENYERAH’  Inilah yang disebut bersungguh-sungguh disebutkan juga “MUJAHADAH”. Tidak ada satu pekerjaan dapat diselesaikan tanpa mujahadah. para trainer dimana pun mengobarkan semangat bermujahadah. Setiap saat senjata mujahadah digunakan melawan hawa nafsu yang timbul dalam diri, melawan  setiap hambatan baik secara fisik maupun non fisik untuk mencapai tujuan
Selanjutnya,  jika pekerja masih ingin melakukan pelanggaran karena godaan nafsu yang  selalu ingin dapat lebih banyak, ingin lebih hebat meraih kedudukan. Masih ada keinginan untuk melakukan   penipuan dengan cara kasar atau  halus. Bukankah majikan tidak melihat, para pengawas dapat diatur, pembukuan dapat disempurnakan, dan lebih sempurna lagi  kejahatan ditutup dengan kebaikan seperti sholat di depan orang ramai kemudian   sumbangan-sumbangan diperbesar untuk menyatakan dia orang sholeh. Kalau dia bertafakkur sejenak, apapun penipuan yang dilakukan hati nuraninya tetap mengatakan bohong. Dan hati nuraninya  menjerit, “dimanakah Allah”.  Secepat dia menjerit secepat itu itu dia akan menjawabnya sendiri “Allah lebih dekat dari urat leher”. Allah mengetahui apa yang terlihat dan yang tidak terlihat, Tuhan mengetahui apa yang tergores dihati manusia. Pekerja yang sukses adalah yang dapat mengendalikan keinginannya dan selalu sadar  bahwa Allah selalu  besertanya setiap  dengut  jantung inilah yang di sebut “MURAQABAH”.  Dengan bermuraqabah maka kinerjanya akan meningkat artinya amal ibadahnya terus terjaga, karena dia selalu merasa bersama pengawas yang handal.
Saudaraku yang dikasihi Allah.
Perjalanan para pekerja untuk mencapai tujuan tidaklah mudah, hanya orang yang berprestasilah yang akan mendapat imbalan yang layak.  Seorang pekerja yang bersungguh-sungguhpun suatu waktu waktu pasti ada lalainya yang merusak prestasi yang pernah dibuat. Jika dia sadar segera bermuhasabah dimana kelalaiannya dan kerugian apa yang diakibatkan kelalaiannya maka dia menghukum dirinya secara positip melipat gandakan kinerjanya sehingga prestasi yang telah diperoleh tetap terpelihara. Jika dia lalai seandainya masuk ketempat pekerjaan seharusnya 07.00 tetapi baru masuk jam 09.00 maka dia harus membayar dengan bekerja lebih dari waktu yang ditentukan, paling tidak mengimbangi atas kelalaian yang dibuatnya. Dia tidak menunggu sanksi dari majikan tetapi dia menjatuhkan sanksi kepada dirinya sendiri inilah yang disebut
MU’AQOBAH
Saudaraku yang dikasihi Allah,
Pernahkah saudaraku lalai melakukan ibadah, misalnya shalat Subuh yang biasanya dilaksanakan di Masjid diawal waktu. Karena ada sebab yang seharusnya bukan halangan (karena kemalasan) saudaraku shalat hanya dirumah, telat lagi dan tergesa-gesa pula.  Adakah hati ini merasa bersalah atau hati ini gundah ? Jawab yang paling tepat tentunya ada di hati disanubari kita masing-masing. Kalau seandainya dengan kejadian kita mampu memberikan teguran dan sanksi kepada diri kalau diri melakukan kesalahan. Luar biasa dan ucapkan syukur kepada Allah Swt.
Untuk menghayati mu’aqobah dua kisah dibawah ini dapat menjadi bahan renungan.
Kisah pertama Ketika seorang sahabat nabi Abu Thalhah terganggu kosentrasinya dalam shalat karena seekor burung lalu ia men taddaburkannya kemudian me shadaqahkan kebunnya demi mencari ridha Allah, sebagai wujud penyesalan dan harapan untuk menggantikan yang telah luput darinya.
Kisah kedua.Umar bin Khaththab menghukum dirinya  ketika tertinggal shalat Asyar berjama’ah  dengan me shadaqahkan tanah miliknya  yang senilai 200.000 dirham. Kemudian Umar, apabila tertanggal shalat berjamaah  ia menghukum dirinya  dengan menghidupkan malam hari tersebut. Atau jika terlambat shalat Maghrib hingga muncul dua bintang  maka ia menghukum dirinya dengan memerdekakkan dua orang budak.
Allahu Akbar, luar biasa kisah ini bila diceritakan masa kini. . Bagaimana para sahabat selalu menghisab dirinya dengan berbagai kewajiban terlebih dahulu, jika dilakukan secara benar dia bersyukur kepada Allah  dan mendorongnya untuk melakukan perbuatan yang sama. Jika luput sama sekali  maka ia menuntutnya dengan meng-qadha. Dan jika ibadahnya dirasakan kurang sempurna maka dia memberi sanksi kepada dirinya sendiri dengan berbagai amalan sunnah. Contoh lain, ketika ia memakan sesuap syubhat dengan nafsu syahwat maka seharusnya perut dihukum dengan rasa lapar. Apabila melihat orang yang bukan muhrimnya maka seharusnya mata dihukum dengan larangan melihat.  Dan jika ia melakukan melakukan maksiat maka ia mohon ampun kepada Allah dan bertaubat untuk tidak mengulangi lagi. Kemudiandiikuti dengan berbuat kebajikan yang banyak Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits  dari Abu Zar, yaitu Jundub bin Junadah dan Abu Abdur Rahman yaitu Mu'az bin Jabal r.hu dari Rasulullah s.a.w. sabdanya:
"Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan ikutilah perbuatan buruk itu dengan perbuatan baik, maka kebaikan  itu dapat menghapuskan keburukan tadi dan pergaulilah para  manusia dengan budi pekerti yang bagus."
Imam Nawawi dalam Riyadhus  Shalihin menguraikan maksud hadits ini bahwa hadis ini mengandungi 3 macam unsur , yakni bertaqwa kepada Allah, kebaikan diikutkan sesudah mengerjakan keburukan dan perintah bergaul dengan baik antara seluruh ummat manusia. Mengenai yang ketiga tidak kami jelaskan lebih panjang, sebab masing-masing bangsa tentu memiliki cara-cara atau adat-istiadat sendiri. Namun demikian juga mesti dilaksanakan dengan mengikuti ajaran-ajaran yang ditetapkan oleh agama Islam, sehingga tidak melampaui batas, akhirnya terperosok dalam hal-hal yang diharamkan oleh Allah Ta'ala. Jadi di bawah ini akan dihuraikan perihal yang dua buah unsur saja, iaitu:
  1. Takut pada Allah atau Taqwallah adalah satu kata yang menghimpun arti yang sangat dalam sekali, pokoknya ialah mengikuti dan mengamalkan semua perintah Allah dan menjauhi serta menahan diri dari melakukan larangan-laranganNya. Dengan demikian terjagalah jiwa dan terpeliharalah hati manusia dari kemungkaran, kemaksiatan, kemusyrikan yang terang (jali) atau yang tidak terang (khafi), juga terhindar dari kekufuran dan kemurtadan. Tuhan tentu akan melindungi orang yang taqwa itu dari semuanya tadi. Tentang ini Allah telah berfirman: "Sesungguhnya Allah adalah beserta orang-orang yang taqwa dan orang-orang yang sama berlaku baik
  2. Mengikutkan kebaikan sesudah melakukan kejahatan itu misalnya ialah bertaubat,  dengan demikian lenyaplah segenap kesalahan yang kita lakukan, asalkan kita bertaubat itu  dengan sebenar-benarnya,

Saudaraku, yang sedang perjalanan  menggapai takwa.
Insya Allah dengan 5 sikap / perilaku yang kita mantapkan dalam diri maka perjalanan takwa akan tercapai sesuai seruan dengan Allah Swt

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Qs Ali Imran (3) : 102).
 Kelima sikap itu dilakukan secara si multan bukan berarti berurutan tergantung situasi yang dihadapi. Jika kita telah mengaktualisasikan sikap takwa, dalam kehidupan sehari-hari maka  ibarat, petani menanam dengan bibit yang baik tentu akan menghasilkan buah yang baik pula.  Demikian juga bila kita beramal shaleh mengaktualisasikan ketakwaan dalam kehidupan sehari-hari kita pun akan menikmati
BUAH TAKWA
Panen buah takwa dapat dinikmati semasa masih hidup di dunia dan di ahkirat, hal ini merupakan janji Allah yang  termuat dalam Al Qur’an. Inilah beberapa buah takwa yang akan kita nikmati,.  sesuai  dengan firmanNya  :
1.   Tidak takut dan sedih. Orang yang bertakwa dalam mengarungi kehidupan tidak ada kekuatiran dan kesedihan menghadapi segala macam cobaan hidup didunia,  Rasulullah Saw dan para sahabat dalam perjuangan hidupnya begitu banyak mendapat cobaan tetapi  karena ketakwaannya yang begitu kuat maka  sedikitpun tidak rasa ketakutan kesedihan.  Allah Swt berfirman : “
Barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati                  (Qs Al ‘Araaf (7) ; 35)
2. Terpelihara dari gangguan syetan. Orang yang bertakwa selalu dalam lindungan Allah Swt, sebab setiap aktifitas selalu memohon perlindunganNya dari godaan syaitan.   Allah Swt  berfirman : ‘
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. (Qs Al ‘Araaf(7) : 201)
3.   Selalu bersama dengan Allah. Beruntunglah orang yang bertakwa, karena Tuhan selalu bersamanya. Sehingga Tuhan menjanjikan telinganya, matanya, tangannya, kakinya merupakan bagian dari aktifitasNya.  Allah berfirman : “
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. (Qs An Nahl (16) : 128)
4.   Diterima amalnya. Setiap amalan dengan  landasan takwa  maka seluruh amalannya diterima oleh Allah Swt.  
"Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". (Qs Al Maidah (5)  : 27)
5.   Masuk surga. Ini adalah tujuan akhir dari orang yang takwa merupakan buah yang termanis dari segala bentuk amalannya.  Allah Swt berfirman : ‘
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (Qs Ali Imran (3) :133)
6. Selamat dari neraka. Allah akan menyelamatkan orang yang bertakwa  dihari akhirat dan Allah mengampuni dosa-dosanya. Allah Swt berfirman : “
Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut. (Qs Maryam (19) : 72)
Lezatnya buah takwa bukan saja akan dinikmati  secara perorangan tetapi untuk seluruh negeri. Bila suatu negeri umatnya bertakwa maka akan diberikan kebaikan dan   sebaliknya jika negeri itu kufur maka Allah menurunkan bencana.  Allah Swt berfirman  
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya   (Qs Al  ‘Araaf : 96)

Saudaraku, demikianlah uraian tentang upaya cara menggapai takwa yang di jelaskan dalam beberapa kali semoga kita dapat menikmati buah takwa  baik di dunia dan diakhirat.

Wallahu’alam bish shawab

1 komentar:

  1. Terima kasih artikelnya,dengan mmbacanya hatiku mnjadi sedikit tenang....semoga allah menguatkanku dalam menghadapi masalah dalam pekerjaanku....amieen

    BalasHapus