Bismillahirrahmanirrahiim
(Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang)
Saudaraku yang dirahmati dan diberkati Allah.
Sudah sepatutnya kita sebagai hamba Allah setiap hari bersyukur kepada Allah Swt seraya
memujinya dengan ucapan yang terbaik.
Segala Puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Tuhan yang berkuasa atas segala
sesuatu. Dzat yang kepada siapa kita dan seluruh alam ini paling pantas
bersujud dan memohon pertolongan. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang
berhak disembah selain Allah. Dan Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan
utusanNya. Salawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad saw,
keluarga beliau para sahabat beliau, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Saudaraku
yang dimuliakan Allah. Perjalanan menempuh takwa dapat diibaratkan bagai perjalanan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan yang diperintahkan
oleh majikan. Dia harus selalu dengan
tekun mengikuti langkah pekerjaan supaya sukses dan mendapatkan imbalan yang
pantas. Ditengah-tengah perjalanan dalam
penyelesaian pekerjaan dia harus bertanya kepada dirinya. Untuk apa pekerjaan
ini dilaksanakan, apakah pekerjaan menuju tujuan sudah jalan yang benar, dan
apakah cara pelaksanaanya juga sudah benar. Jika belum benar atau masih ada kesalahan segera diperbaiki
sehingga tetap berpegang teguh kepada tujuan yang dikehendaki. Inilah yang disebut
mengintropeksi diri yang bahasa agama disebut “MUHASABAH “.
Dengan mengadakan muhasabah maka perjalanan dalam rel yang benar dan
dilaksanakan dengan cara yang benar pula.
Kemudian di dalam pekerjaan, bukan tidak
mungkin dan ini memang sangat sangat sering
terjadi para pekerja melakukan pelanggaran
yang merugikan perusahaan dan juga akan merugikan dirinya sendiri . Oleh
karena itu sebelum terlanjur kepada
pelanggaran berat maka dia harus ingat akan kontrak / perjanjian yang
pernah dibuat. Dengan demikian dia sadar
dan tetap pada jalan lurus dalam bahasa agama disebut “MU’AHADAH”.
Dengan mengadakan mu’ahadah mendorong dirinya selalu menepati janji dengan
demikian pekerjaan tetap berlanjut sesuai dengan kontrak / janji.
Dalam suatu pekerjaan kadang-kadang terjadi
pelemahan atau pelambatan atau kemalasan, atau kejenihan, ada satu kata kalimat
yang sering digemakan ‘AYO TETAP SEMANGAT, PANTANG MENYERAH” Artinya bagaimana
sulit pekerjaan yang dihadapi jalan yang berkelok, bukit harus didaki dan lembah
harus dituruni, pekerjaan harus tetap
dilaksanakn “PANTANG MENYERAH’ Inilah yang disebut bersungguh-sungguh
disebutkan juga “MUJAHADAH”. Tidak ada satu pekerjaan dapat diselesaikan tanpa mujahadah.
para trainer dimana pun mengobarkan semangat bermujahadah. Setiap saat senjata
mujahadah digunakan melawan hawa nafsu yang timbul dalam diri, melawan setiap hambatan baik secara fisik maupun non
fisik untuk mencapai tujuan
Selanjutnya,
jika pekerja masih ingin melakukan pelanggaran karena godaan nafsu yang selalu ingin dapat lebih banyak, ingin lebih
hebat meraih kedudukan. Masih ada keinginan untuk melakukan penipuan dengan cara kasar atau halus. Bukankah majikan tidak melihat, para
pengawas dapat diatur, pembukuan dapat disempurnakan, dan lebih sempurna
lagi kejahatan ditutup dengan kebaikan
seperti sholat di depan orang ramai kemudian
sumbangan-sumbangan diperbesar untuk menyatakan dia orang sholeh. Kalau
dia bertafakkur sejenak, apapun penipuan yang dilakukan hati nuraninya tetap
mengatakan bohong. Dan hati nuraninya menjerit,
“dimanakah Allah”. Secepat dia menjerit secepat itu itu dia akan
menjawabnya sendiri “Allah lebih dekat dari urat
leher”. Allah mengetahui apa yang terlihat dan yang
tidak terlihat, Tuhan mengetahui apa yang tergores dihati manusia. Pekerja yang
sukses adalah yang dapat mengendalikan keinginannya dan selalu sadar bahwa Allah selalu besertanya setiap dengut
jantung inilah yang di sebut “MURAQABAH”. Dengan bermuraqabah maka kinerjanya akan
meningkat artinya amal ibadahnya terus terjaga, karena dia selalu merasa
bersama pengawas yang handal.
Saudaraku yang dikasihi Allah.
Perjalanan para pekerja untuk mencapai tujuan
tidaklah mudah, hanya orang yang berprestasilah yang akan mendapat imbalan yang
layak. Seorang pekerja yang
bersungguh-sungguhpun suatu waktu waktu pasti ada lalainya yang merusak
prestasi yang pernah dibuat. Jika dia sadar segera bermuhasabah dimana
kelalaiannya dan kerugian apa yang diakibatkan kelalaiannya maka dia menghukum
dirinya secara positip melipat gandakan kinerjanya sehingga prestasi yang telah
diperoleh tetap terpelihara. Jika dia lalai seandainya masuk ketempat pekerjaan
seharusnya 07.00 tetapi baru masuk jam 09.00 maka dia harus membayar dengan
bekerja lebih dari waktu yang ditentukan, paling tidak mengimbangi atas
kelalaian yang dibuatnya. Dia tidak menunggu sanksi dari majikan tetapi dia
menjatuhkan sanksi kepada dirinya sendiri inilah yang disebut
MU’AQOBAH
Saudaraku
yang dikasihi Allah,
Pernahkah saudaraku
lalai melakukan ibadah, misalnya shalat Subuh yang biasanya dilaksanakan di
Masjid diawal waktu. Karena ada sebab yang seharusnya bukan halangan (karena
kemalasan) saudaraku shalat hanya dirumah, telat lagi dan tergesa-gesa
pula. Adakah hati ini merasa
bersalah atau
hati ini gundah ? Jawab yang paling tepat tentunya ada di hati disanubari
kita masing-masing. Kalau seandainya dengan kejadian kita mampu memberikan
teguran dan sanksi kepada diri kalau diri melakukan kesalahan. Luar biasa dan
ucapkan syukur kepada Allah Swt.
Untuk menghayati
mu’aqobah dua kisah dibawah ini dapat menjadi bahan renungan.
Kisah pertama Ketika seorang
sahabat nabi Abu Thalhah terganggu kosentrasinya dalam shalat karena seekor
burung lalu ia men taddaburkannya kemudian me shadaqahkan kebunnya demi mencari
ridha Allah, sebagai wujud penyesalan dan harapan untuk menggantikan yang telah
luput darinya.
Kisah kedua.Umar
bin Khaththab menghukum dirinya ketika
tertinggal shalat Asyar berjama’ah
dengan me shadaqahkan tanah miliknya
yang senilai 200.000 dirham. Kemudian Umar, apabila tertanggal shalat
berjamaah ia menghukum dirinya dengan menghidupkan malam hari tersebut. Atau
jika terlambat shalat Maghrib hingga muncul dua bintang maka ia menghukum dirinya dengan
memerdekakkan dua orang budak.
Allahu Akbar, luar biasa kisah ini bila
diceritakan masa kini. . Bagaimana para sahabat selalu menghisab dirinya dengan
berbagai kewajiban terlebih dahulu, jika dilakukan secara benar dia bersyukur
kepada Allah dan mendorongnya untuk
melakukan perbuatan yang sama. Jika luput sama sekali maka ia menuntutnya dengan meng-qadha. Dan
jika ibadahnya dirasakan kurang sempurna maka dia memberi sanksi kepada dirinya
sendiri dengan berbagai amalan sunnah. Contoh lain, ketika ia memakan sesuap
syubhat dengan nafsu syahwat maka seharusnya perut dihukum dengan rasa lapar.
Apabila melihat orang yang bukan muhrimnya maka seharusnya mata dihukum dengan
larangan melihat. Dan jika ia melakukan
melakukan maksiat maka ia mohon ampun kepada Allah dan bertaubat untuk tidak
mengulangi lagi. Kemudiandiikuti dengan berbuat kebajikan yang banyak Hal ini
dijelaskan dalam sebuah hadits dari
Abu Zar, yaitu Jundub bin Junadah dan Abu Abdur Rahman yaitu Mu'az bin Jabal
r.hu dari Rasulullah s.a.w. sabdanya:
"Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan ikutilah
perbuatan buruk itu dengan perbuatan baik, maka kebaikan itu dapat
menghapuskan keburukan tadi dan pergaulilah para manusia dengan budi
pekerti yang bagus."
Imam Nawawi dalam Riyadhus Shalihin
menguraikan maksud hadits ini bahwa hadis ini mengandungi 3 macam unsur , yakni
bertaqwa kepada Allah, kebaikan diikutkan sesudah mengerjakan keburukan dan perintah
bergaul dengan baik antara seluruh ummat manusia. Mengenai yang ketiga tidak
kami jelaskan lebih panjang, sebab masing-masing bangsa tentu memiliki
cara-cara atau adat-istiadat sendiri. Namun demikian juga mesti dilaksanakan
dengan mengikuti ajaran-ajaran yang ditetapkan oleh agama Islam, sehingga tidak
melampaui batas, akhirnya terperosok dalam hal-hal yang diharamkan oleh Allah
Ta'ala. Jadi di bawah ini akan dihuraikan perihal yang dua buah unsur saja,
iaitu:
- Takut pada Allah atau Taqwallah adalah satu kata yang menghimpun arti yang sangat dalam sekali, pokoknya ialah mengikuti dan mengamalkan semua perintah Allah dan menjauhi serta menahan diri dari melakukan larangan-laranganNya. Dengan demikian terjagalah jiwa dan terpeliharalah hati manusia dari kemungkaran, kemaksiatan, kemusyrikan yang terang (jali) atau yang tidak terang (khafi), juga terhindar dari kekufuran dan kemurtadan. Tuhan tentu akan melindungi orang yang taqwa itu dari semuanya tadi. Tentang ini Allah telah berfirman: "Sesungguhnya Allah adalah beserta orang-orang yang taqwa dan orang-orang yang sama berlaku baik
- Mengikutkan kebaikan sesudah melakukan kejahatan itu misalnya ialah bertaubat, dengan demikian lenyaplah segenap kesalahan yang kita lakukan, asalkan kita bertaubat itu dengan sebenar-benarnya,
Saudaraku, yang
sedang perjalanan menggapai takwa.
Insya Allah
dengan 5 sikap / perilaku yang kita mantapkan dalam diri maka perjalanan takwa
akan tercapai sesuai seruan dengan Allah Swt
Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Qs Ali
Imran (3) : 102).
Kelima sikap itu dilakukan secara si multan
bukan berarti berurutan tergantung situasi yang dihadapi. Jika kita telah
mengaktualisasikan sikap takwa, dalam kehidupan sehari-hari maka ibarat, petani menanam dengan bibit yang baik
tentu akan menghasilkan buah yang baik pula.
Demikian juga bila kita beramal shaleh mengaktualisasikan ketakwaan
dalam kehidupan sehari-hari kita pun akan menikmati
BUAH TAKWA
Panen buah takwa dapat
dinikmati semasa masih hidup di dunia dan di ahkirat, hal ini merupakan janji
Allah yang termuat dalam Al Qur’an.
Inilah beberapa buah takwa yang akan kita nikmati,. sesuai
dengan firmanNya :
1.
Tidak takut dan
sedih. Orang yang bertakwa dalam mengarungi kehidupan tidak ada kekuatiran
dan kesedihan menghadapi segala macam cobaan hidup didunia, Rasulullah Saw dan para sahabat dalam
perjuangan hidupnya begitu banyak mendapat cobaan tetapi karena ketakwaannya yang begitu kuat maka sedikitpun tidak rasa ketakutan
kesedihan. Allah Swt berfirman : “
Barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (Qs Al ‘Araaf (7) ; 35)
2. Terpelihara dari gangguan syetan. Orang yang bertakwa selalu
dalam lindungan Allah Swt, sebab setiap aktifitas selalu memohon perlindunganNya
dari godaan syaitan. Allah Swt berfirman : ‘
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari
syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat
kesalahan-kesalahannya. (Qs Al ‘Araaf(7) : 201)
3. Selalu bersama dengan Allah. Beruntunglah orang
yang bertakwa, karena Tuhan selalu bersamanya. Sehingga Tuhan menjanjikan
telinganya, matanya, tangannya, kakinya merupakan bagian dari aktifitasNya. Allah berfirman : “
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang
berbuat kebaikan. (Qs An Nahl (16) : 128)
4.
Diterima amalnya. Setiap amalan dengan landasan takwa maka seluruh amalannya diterima oleh Allah
Swt.
"Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang
bertakwa". (Qs Al Maidah (5) : 27)
5.
Masuk surga. Ini adalah tujuan akhir dari orang yang takwa
merupakan buah yang termanis dari segala bentuk amalannya. Allah Swt berfirman : ‘
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
(Qs Ali Imran (3) :133)
6. Selamat dari neraka. Allah akan menyelamatkan orang yang
bertakwa dihari akhirat dan Allah
mengampuni dosa-dosanya. Allah Swt berfirman : “
Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan
orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut. (Qs Maryam (19)
: 72)
Lezatnya buah takwa
bukan saja akan dinikmati secara
perorangan tetapi untuk seluruh negeri. Bila suatu negeri umatnya bertakwa maka
akan diberikan kebaikan dan sebaliknya
jika negeri itu kufur maka Allah menurunkan bencana. Allah Swt berfirman
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah
Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya (Qs Al ‘Araaf : 96)
Saudaraku, demikianlah
uraian tentang upaya cara menggapai takwa yang di jelaskan dalam beberapa kali
semoga kita dapat menikmati buah takwa baik
di dunia dan diakhirat.
Wallahu’alam
bish shawab
Terima kasih artikelnya,dengan mmbacanya hatiku mnjadi sedikit tenang....semoga allah menguatkanku dalam menghadapi masalah dalam pekerjaanku....amieen
BalasHapus