Kamis, 18 Oktober 2012

CARA MENGGAPAI TAKWA (4) - MURAQABAH




Bismillaahirrahmanirrahiim
(Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)

Saudaraku yang dirahmati dan diberkati Allah.
Dengan kerendahan hati kumulai blog  ini dengan memuji kepada Allah karena Dialah Allah Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya, Semoga shalawat, salam dan keberkahan senantiasa tercurah kepada beliau, keluarga beliau yang disucikan, serta para sahabat beliau, Semoga shalawat, salam, dan keberkahan tadi juga tercurah kepada orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik dan benar sampai hari kiamat.
Saudaraku yang dimuliakan Allah. Setelah kita membicarakan Muhasabah, mu’ahadah, dan mujahadah untuk menggapai takwa sampailah kita menguraikan tentang
MURAQABAH
Untuk memulai penjelasan tentang muraqabah, terlebih dahulu ku kutip 2 (dua) kisah  teladan yang berkaitan dengan muraqbah
Kisah  pertama.
Suatu ketika Amirul Mukminin Umar bin Khattab bertemu dengan seorang anak gembala yang sedang menggembalakan kambing-kambingnya. Umar berkata kepada anak tersebut: Wahai anak gembala, juallah kepada saya seekor kambingmu! Si anak gembala menjawab : Kambing-kambing ini ada pemliknya, saya hanya sekedar menggembalakannya saja. Umar lalu berkata : Sudahlah, katakan saja kepada tuanmu, mati dimakan serigala kalau hilang satu tidak akan ketahuan. Dengan tegas si anak itu menjawab : Jika demikian, dimanakah Allah itu? Umar demi mendengar jawaban si anak gembala ia pun menangis dan kemudian memerdekakannya.
Kisah kedua
Suatu ketika, seorang istri yang lama ditinggal pergi suaminya; bersya’ir pada tengah malam, yang kebetulan di dengar oleh Umar bin Khatab ra. Ia mengutarakan kegundahan hatinya yang ‘kesepian’ karena tiada suami yang mendampinginya. Ia mengatakan:
Sungguh terasa teramat panjangnya malam ini, juga teramat sunyi.
Lebih membuatku gundah lagi, tiada suami yang mencumbuiku.
Namun demi Allah, sekiranya bukan karena takut terhadap Allah.
Pasti ranjang ini telah bergetar karena kemaksiatan.

Subhanallah, luar biasa 2 kisah singkat tetapi mempunyai makna yang mendalam menyentuh hati orang yang beriman. Lihatlah, seorang anak gembala yang tidak berpendidikan dan hidup didalam kelas sosial yang rendah tetapi memiliki sifat yang sangat mulia yaitu sifat merasa selalu diawasi oleh Allah dan merasa Allah Swt sangat dekat. Lihatlah perempuan ini, merasa bahwa Allah akan mengetahuinya jika ia melakukan perbuatan maksiat, dan juga karena takut terhadap azab Allah, ia pun menjauhkan diri dari perbuatan maksiat, kendatipun ia tengah ‘kesepian’ ditinggal sang suami. 

Saudaraku ini kisah 2 manusia sederhana bukan tokoh masyarakat dan bukan ulama dan bukan siapa-siapa dalam sejarah. Kita meyakini tentunya masih banyak kisah yang mirip sepertti ini dan kisah seperti ini juga banyak terjadi disekitar kita. Kisah kebaikan selalu tersembunyi dan sedikit sekali ditebarkan oleh media masa baik cetak maupun elektronik. Kalau kemaksiatan dalam berbagai bentuk seperti perselingkuhan, korupsi, tawuran, narkoba menjadi makanan empuk untuk disiarkan dan ini “baru berita” dan ini “berita baru”. Masya Allah,  seakan-akan Negara ini penuh dengan kemaksiatan. pada hal ditengah-kemaksiatan penuh subur orang beramar ma’ruf dan ber nahi mungkar. Mereka terus bekerja dengan caranya sendiri sepi dari pemberitaaan, berjuang dengan penuh keikhlasan mencari ridho Allah. Jika ditelisik lebih jauh lagi dibalik berita kemaksiatan berita kebaikan, berita orang sholeh jauh lebih banyak lagi, tetapi mereka diam karena apapun yang diperbuatnya akan berbuah baik bagi dirinya dan bagi orang lain. Buktinya, negara ini masih eksis masih dalam lindungan, berkah dan rahmat Allah Swt 

Saudaraku yang selalu dalam hidayah Allah. Kedua kisah diatas, menunjukan bahwa mereka selalu dalam pengawasan dan selalu dekat dengan Allah swt meskipun sang majikan tidak melihat dan sang suami tidak melihat tetapi mereka sadar Allah Swt pasti melihat apa yang mereka perbuat. Inilah yang disebut “muraqabah” merasa selalu dalam pengawasan Allah setiap saat baik dalam kesendirian maupun dalam keramaian. Muraqabah merupakan salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang muslim, karena dengan muraqabah inilah, seseorang dapat menjalankan ketaatan kepada Allah SWT dimanapun ia berada, hingga mampu mengantarkannya pada derajat seseorang dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya. Demikian pula sebaliknya, tanpa adanya sikap seperti ini, akan membawa seseorang pada jurang kemaksiatan kepada Allah kendatipun ilmu dan kedudukan yang dimilikinya.

Kondisi kekinian dengan dinamika kehidupan yang makin dinamis bergerak bersama disatu sisi kemaksiatan melaju dengan pesatnya. Pola kemaksiatanpun makin canggih dan makin semarak seperti pelacuran dengan media on line, meraup uang Negara dengan berbagai cara dan yang lebih parah lagi kemaksiatan diselubungi dengan amal sholeh.  Tetapi di sisi lain tidak kurang-kurang para aktifis dakwah terus berjihad dengan berbagai cara. Ahamdulillah, wa syukurillah kemaksiatan dapat diimbangi baik secara individu maupun secara kelompok-kelompok yang terorganisir.

Untuk  berjihad seperti ini muruqobah menjadi bagian penting bagi setiap muslim, dia berjuang, baik dikala sepi dan dikala ramai  karena dia selalu bersama Allah dan meyakini benar bahwa yang diperbuat bahkan apa yang tergores didalam hati, Allah swt pasti mengetahui. Dalam suatu hadits yang panjang  yang diriwayatkan oleh ‘Umar bin Al-Khaththab Rasulullah Saw   ditanya oleh Jibril : “Beritahukan padaku tentang ihsan!” Beliau pun menjawab, “Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu. Seseorang yang beribadah kepada Allah swt dengan gambaran yang seperti ini pastilah di dalam hatinya ada rasa cinta dan pengagungan kepada Allah swt yang dapat mendorongnya untuk memperbaiki dan mengokohkan amalannya. Kalau seseorang telah mengokohkan amalanyaa berarti dia terus menapak dalam pendakian menuju takwa.

Saudaraku, jika kita telisik dari kedua kisah diatas, maka terdapat persesuaian antara tuntunan Allah Swt dan tuntunan nabi Saw yang mengingatkan kepada hambanya untuk beramal sholeh dan menjauh semua apa yang dilarangnya dan meyakinkan hambanya bahwa Dia Maha Dekat,  Dia Maha Mengetahu, Dia Maha Melihat dan dia Maha mendengar. 

Allah Swt berfirman :
" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".(Qs Al Baqarah (2): 30)

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah  DEKAT
(Qs Al Baqarah (2) : 186

“Allah MENGETAHUI apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al Baqarah (2): 255)

 “Katakanlah: "Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu menampakkannya, pasti Allah  MENGETAHUI." Allah MENGETAHUI  apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(QS Ali Imran (3): 29)

“Yang MELIHAT kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), dan (MELIHAT pula) perobahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha MENDENGAR lagi Maha MENGETAHUI.” (QS Asy Syu’araa’ (26) : 218-220)

Sesungguhnya Dia Maha MENDENGAR lagi Maha DEKAT".
(Qs Saba’ (34) : 50)

Dia MENGETAHUI (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.” (QS Al Mu’min (40) :19)

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami LEBIH DEKAT kepadanya dari pada urat lehernya,  (Qs Qaaf (50) : 16)

 “Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha MELIHAT apa yang kamu kerjakan.”
 (QS. Al Hadiid (57) : 4) 

Saudaraku, membaca ayat-ayat diatas jelas bagi kita bahwa bagaimanapun kondisi kita Allah pasti akan melihat, mendengar dan mengetahui segala gerak gerik kita, meskipun kita sendiri mungkin tidak menyadari hal tersebut. Namun waktu terus berjalan, menuju ajal dan kematian kita, sementara kita masih bergelimang dengan kemaksiatan. Mari kita bermuhasabah menanyai diri kita sendiri,  akankah kita membiarkan diri kita terjerumus dalam neraka, dengan kemaksiatan yang kita lakukan?’ Ataukah kita akan memperbaiki diri dengan bermuraqabah kepada Allah agar kita jauh dari kemaksiatan dan dekat pada ketaatan hingga kita dapat menggapai ridha-Nya? Jawaban pertanyaan ini ketika kita dalam kesendirian, dalam melaksanakan tahajud. Teteskan air mata, jika tidak dapat meneteskan air mata karena hati telah beku maka  Imam Al Ghazali teteskan air mata mengapa saya tidak meneteskan air mata.

Semoga Allah SWT berkenan menuntun kita agar bisa sampai kehadirat-Nya dengan berpakaian takwa. Tanpa kekuatan dari-Nya kita tidak berdaya apa-apa. Kita hanyalah si lemah yang tidak berdaya apa-apa yang selalu mengharapkan belas kasih-Nya. Kita hanyalah seorang pendosa yang terkadang sering kali angkuh dan merasa suci dihadapan-Nya. Semoga kita bisa menjadi hamba yang hina, daif dan papa dihadapan Zat Yang Maha  Berkuasa atas segala sesuatu.

 Amiin Ya Rabbal ‘Alamin

Wallahu’alam bish shawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar