Bismillaahirrahmanirrahiim
(Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang)
Saudaraku yang dirahmati dan diberkati Allah.
Dengan kerendahan hati kumulai blog
ini dengan memuji kepada Allah karena
Dialah Allah Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Aku bersaksi bahwa
tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah. Dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah hamba dan utusanNya, Semoga shalawat, salam dan keberkahan
senantiasa tercurah kepada beliau, keluarga beliau yang disucikan, serta para
sahabat beliau, Semoga shalawat, salam, dan keberkahan tadi juga tercurah
kepada orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik dan benar sampai hari
kiamat.
Saudaraku yang dimuliakan Allah. Setelah kita
membicarakan Muhasabah, mu’ahadah, dan mujahadah untuk menggapai takwa sampailah
kita menguraikan tentang
MURAQABAH
Untuk memulai penjelasan tentang muraqabah,
terlebih dahulu ku kutip 2 (dua) kisah teladan yang berkaitan dengan muraqbah
Kisah pertama.
Suatu
ketika Amirul Mukminin Umar bin Khattab bertemu dengan seorang anak gembala yang sedang
menggembalakan kambing-kambingnya. Umar berkata kepada anak tersebut: Wahai
anak gembala, juallah kepada saya seekor kambingmu! Si anak gembala menjawab :
Kambing-kambing ini ada pemliknya, saya hanya sekedar menggembalakannya saja.
Umar lalu berkata : Sudahlah, katakan saja kepada tuanmu, mati dimakan serigala
kalau hilang satu tidak akan ketahuan. Dengan tegas si anak itu menjawab : Jika
demikian, dimanakah Allah itu? Umar demi mendengar jawaban si anak gembala ia
pun menangis dan kemudian memerdekakannya.
Kisah kedua
Suatu ketika,
seorang istri yang lama ditinggal pergi suaminya; bersya’ir pada tengah malam,
yang kebetulan di dengar oleh Umar bin Khatab ra. Ia mengutarakan kegundahan
hatinya yang ‘kesepian’ karena tiada suami yang mendampinginya. Ia mengatakan:
Sungguh terasa teramat panjangnya malam
ini, juga teramat sunyi.
Lebih membuatku gundah lagi, tiada suami yang mencumbuiku.
Namun demi Allah, sekiranya bukan karena takut terhadap Allah.
Pasti ranjang ini telah bergetar karena kemaksiatan.
Lebih membuatku gundah lagi, tiada suami yang mencumbuiku.
Namun demi Allah, sekiranya bukan karena takut terhadap Allah.
Pasti ranjang ini telah bergetar karena kemaksiatan.
Subhanallah,
luar biasa 2 kisah singkat tetapi mempunyai makna yang mendalam menyentuh hati
orang yang beriman. Lihatlah, seorang anak
gembala yang tidak berpendidikan dan hidup didalam kelas sosial yang rendah
tetapi memiliki sifat yang sangat mulia yaitu sifat merasa selalu diawasi oleh
Allah dan merasa Allah Swt sangat dekat. Lihatlah perempuan ini, merasa bahwa
Allah akan mengetahuinya jika ia melakukan perbuatan maksiat, dan juga karena
takut terhadap azab Allah, ia pun menjauhkan diri dari perbuatan maksiat,
kendatipun ia tengah ‘kesepian’ ditinggal sang suami.
Saudaraku ini
kisah 2 manusia sederhana bukan tokoh masyarakat dan bukan ulama dan bukan
siapa-siapa dalam sejarah. Kita meyakini tentunya masih banyak kisah yang mirip
sepertti ini dan kisah seperti ini juga banyak terjadi disekitar kita. Kisah
kebaikan selalu tersembunyi dan sedikit sekali ditebarkan oleh media masa baik
cetak maupun elektronik. Kalau kemaksiatan dalam berbagai bentuk seperti
perselingkuhan, korupsi, tawuran, narkoba menjadi makanan empuk untuk disiarkan
dan ini “baru berita” dan ini “berita baru”. Masya Allah, seakan-akan Negara ini penuh dengan
kemaksiatan. pada hal ditengah-kemaksiatan penuh subur orang beramar ma’ruf dan
ber nahi mungkar. Mereka terus bekerja dengan caranya sendiri sepi dari
pemberitaaan, berjuang dengan penuh keikhlasan mencari ridho Allah. Jika
ditelisik lebih jauh lagi dibalik berita kemaksiatan berita kebaikan, berita
orang sholeh jauh lebih banyak lagi, tetapi mereka diam karena apapun yang diperbuatnya
akan berbuah baik bagi dirinya dan bagi orang lain. Buktinya, negara ini masih
eksis masih dalam lindungan, berkah dan rahmat Allah Swt
Saudaraku yang
selalu dalam hidayah Allah. Kedua kisah diatas, menunjukan bahwa mereka selalu
dalam pengawasan dan selalu dekat dengan Allah swt meskipun sang majikan tidak melihat
dan sang suami tidak melihat tetapi mereka sadar Allah Swt pasti melihat apa yang mereka perbuat. Inilah yang
disebut “muraqabah” merasa selalu dalam pengawasan Allah setiap saat baik
dalam kesendirian maupun dalam keramaian. Muraqabah merupakan salah satu sifat
yang harus dimiliki oleh seorang muslim, karena dengan muraqabah inilah,
seseorang dapat menjalankan ketaatan kepada Allah SWT dimanapun ia berada,
hingga mampu mengantarkannya pada derajat seseorang dengan ketakwaan yang
sebenar-benarnya. Demikian pula sebaliknya, tanpa adanya sikap seperti ini,
akan membawa seseorang pada jurang
kemaksiatan kepada Allah kendatipun ilmu dan kedudukan yang dimilikinya.
Kondisi kekinian dengan dinamika kehidupan yang makin
dinamis bergerak bersama disatu sisi kemaksiatan melaju dengan pesatnya. Pola
kemaksiatanpun makin canggih dan makin semarak seperti pelacuran dengan media
on line, meraup uang Negara dengan berbagai cara dan yang lebih parah lagi
kemaksiatan diselubungi dengan amal sholeh.
Tetapi di sisi lain tidak kurang-kurang para aktifis dakwah terus
berjihad dengan berbagai cara. Ahamdulillah, wa syukurillah kemaksiatan dapat
diimbangi baik secara individu maupun secara kelompok-kelompok yang
terorganisir.
Untuk berjihad
seperti ini muruqobah menjadi bagian penting bagi setiap muslim, dia berjuang,
baik dikala sepi dan dikala ramai karena
dia selalu bersama Allah dan meyakini benar bahwa yang diperbuat bahkan apa
yang tergores didalam hati, Allah swt pasti mengetahui. Dalam suatu hadits yang
panjang yang diriwayatkan oleh ‘Umar bin
Al-Khaththab Rasulullah Saw ditanya
oleh Jibril : “Beritahukan padaku tentang ihsan!” Beliau pun menjawab,
“Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Apabila engkau
tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu. Seseorang yang beribadah kepada Allah swt dengan gambaran
yang seperti ini pastilah di dalam hatinya ada rasa cinta dan pengagungan
kepada Allah swt yang dapat mendorongnya untuk memperbaiki dan mengokohkan
amalannya. Kalau
seseorang telah mengokohkan amalanyaa berarti dia terus menapak dalam pendakian
menuju takwa.
Saudaraku, jika kita telisik dari kedua kisah diatas,
maka terdapat persesuaian antara tuntunan Allah Swt dan tuntunan nabi Saw yang mengingatkan
kepada hambanya untuk beramal sholeh dan menjauh semua apa yang dilarangnya dan
meyakinkan hambanya bahwa Dia Maha Dekat, Dia Maha Mengetahu, Dia Maha Melihat dan dia
Maha mendengar.
Allah Swt
berfirman :
"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui".(Qs Al Baqarah (2): 30)
Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku
adalah DEKAT
(Qs Al
Baqarah (2) : 186
“Allah MENGETAHUI apa-apa yang di hadapan mereka dan di
belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan
apa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al Baqarah
(2): 255)
“Katakanlah:
"Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu menampakkannya,
pasti Allah MENGETAHUI." Allah
MENGETAHUI apa-apa yang ada di langit
dan apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(QS Ali Imran (3):
29)
“Yang MELIHAT kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang),
dan (MELIHAT pula) perobahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.
Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha MENDENGAR lagi Maha MENGETAHUI.” (QS Asy Syu’araa’ (26) : 218-220)
Sesungguhnya
Dia Maha MENDENGAR lagi Maha DEKAT".
(Qs Saba’ (34) : 50)
Dia MENGETAHUI (pandangan) mata yang khianat dan apa yang
disembunyikan oleh hati.” (QS Al Mu’min (40)
:19)
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan
mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami LEBIH DEKAT kepadanya dari pada urat lehernya, (Qs Qaaf (50) : 16)
“Dan Dia bersama
kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha MELIHAT apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al Hadiid (57) : 4)
Saudaraku, membaca ayat-ayat diatas jelas bagi kita bahwa bagaimanapun
kondisi kita Allah pasti akan melihat, mendengar dan mengetahui segala gerak
gerik kita, meskipun kita sendiri mungkin tidak menyadari hal tersebut. Namun
waktu terus berjalan, menuju ajal dan kematian kita, sementara kita masih
bergelimang dengan kemaksiatan. Mari kita bermuhasabah menanyai diri kita
sendiri, akankah kita membiarkan diri
kita terjerumus dalam neraka, dengan kemaksiatan yang kita lakukan?’ Ataukah
kita akan memperbaiki diri dengan bermuraqabah kepada Allah agar kita jauh dari
kemaksiatan dan dekat pada ketaatan hingga kita dapat menggapai ridha-Nya?
Jawaban pertanyaan ini ketika kita dalam kesendirian, dalam melaksanakan
tahajud. Teteskan air mata, jika tidak dapat meneteskan air mata karena hati
telah beku maka Imam Al Ghazali teteskan air mata
mengapa saya tidak meneteskan air mata.
Semoga Allah
SWT berkenan menuntun kita agar bisa sampai kehadirat-Nya dengan berpakaian takwa. Tanpa
kekuatan dari-Nya kita tidak berdaya apa-apa. Kita hanyalah si lemah yang tidak
berdaya apa-apa yang selalu mengharapkan belas kasih-Nya. Kita hanyalah seorang
pendosa yang terkadang sering kali angkuh dan merasa suci dihadapan-Nya. Semoga
kita bisa menjadi hamba yang hina, daif dan papa dihadapan Zat Yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu.
Amiin Ya Rabbal ‘Alamin
Wallahu’alam bish shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar