MENGENDALIKAN
AMARAH
Bismillahirrahmanirrahiim
(Dengan Nama Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang)
Saudaraku yang diberkahi dan
dirahmati Allah
Jika
hari ini saudaraku menebarkan salam dengan diiringi sedikit senyum, dan penuh
rasa kasih kepada semua makhluk, terdetak selalu dzikir kepada Allah maka damailah
dunia ini. Tidak ada rasa marah, jengkel terhadap semua di depan semua serba salah
ini merah seharusnya hijau, ini lurus tetapi kok berkelok ada saja yang salah
sambil mengomel. Baca berita atau dengar berita dari telivisi marah lagi ini Pemerintah
keliru mengambil kebijakan seharusnya dan seharusnya sambil dahipun berkeriput.
Aku
yakin saudaraku yang beriman tidak demikian, karena kebencian dan kemarahan
dapat dikendalikan dan selalu sadar bahwa kondisi yang dihadapi adalah dinamika
dunia. Alhamdulillah.
Tetapi
harus kita sadari bahwa setiap orang pasti pernah marah, dan bila orang marah
sangat manusiawi dan normal.
Bila marah itu berakibat bencana bagi diri sendiri dan bagi orang banyak itulah
menjadi tidak normal. Marah yang sarat dengan dendam dan penuh kebencian diikuti
dengan perbuatan yang menyakiti baik dalam kata maupun perbuatan. Memaki-maki,
mengejek dan puncaknya rela melakukan terror, asal nafsu amarah dapat
terpuaskan
Para
ilmuwan mengatakan, secara psikologis marah termasuk reaksi pertahanan diri dan
ekspresidari kecenderungan manusia untuk
berbuat baik dan bijak. Sejak di dalam rahim seorang manusia telah belajar
mengembangkan konsep diri. Pada perkembangan
selanjutnya marah berkembang menjadi sebuah cerminan tanggung jawab. Kita marah
bila ada sesuatu yang menjadi tanggung jawab kita tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Dalam Islam tanggung jawab adalah amanah. Amanah bagi seorang manusia
Muslim adalah jati diri sekaligus penentu kehadiran kita di dunia ini.
Jika
kita mengikuti perkembangan kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat
maka kondisinya sangat memprihatinkan karena marah merupakan pakaian
sehari-hari. Cara menyampaikan pendapat atas sesuatu yang tidak sejalan dengan
pikiran terwujud dalam bentuk makian, ejekan dan diikuti dengan perusakan. Perusakan
bukan fasilitas umum saja bahkan tertuju kepada kantor-kantor sebagai pusat
kewibawaaan pemerintah seperti kantor kepala daerah, kantor polisi, kantor
pengadilan bahkan lebih dahsyat lagi rumah ibadahpun tidak segan untuk dirusak
atau dibakar.
Mencermati perkembangan
ini, dapat dikatakan bahwa nafsu amarah telah menguasai sebagian umat dengan
berbagai alasan pembenaran tindakan yang dilakukan. Masih beranikah kita menyatakan kita termasuk
orang yang takwa bila nafsu amarah masih membelenggu jiwa. Allah sudah
menentukan kriteria orang yang takwa, Allah swt berfirman
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu
dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk
orang-orang yang bertakwa,
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya),
baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.
( Qs Ali Imran : 133-134)
Oleh
karena itu mengendalikan amarah merupakan kebutuhan dalam mewujudkan takwa dan
kita perlu merenungkan kembali peringatan Allah dan tuntunan nabi Saw. Allah Swt mengingat kepada Rasulullah
Saw, dengan firman Nya :
berlaku
lemah-lembut ter-hadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.(Ali Imran 159).
Ibnu
Katsir menjelaskan dalam tafsirnya “Allah telah melembutkan hati beliau dalam
menghadapi umatnya, ini adalah akhlak Rasulullah saw. Abdullah bin Umar
berkata. Sesungguhnya, saya menemukan sifat Rasulullah saw, tutur katanya tidak
kasar, hatinya tidak keras, tidak suka berteriak-teriak di pasar-pasar, dan
tidak suka membalas kejahatan orang dengan kejahatan lagi, namun dia memaafkan
dan mengampuninya.
Inilah
acuan utama kita dalam mengendalikan amarah, Islam sangat mendorong pribadi
Muslim agar bisa mencapai suatu tingkatan, yang terbebas dari rasa amarah.
Selanjutnya Rasulullah selalu menasehati
para sahabat untuk mengendalikan rasa marah. Dari Abu Hurairah diceritakan, “ Sesungguhnya
ada se-orang lelaki menemui Rasulullah Saw dan berkata berilah aku nasihat,
‘Nasehat beliau, janganlah engkau marah, ‘ Demikianlah beliau mengulangi
nasehat itu tiga kali “janganlah engkau marah.”. Dan pada kesempatan lain
Rasulullah Saw mengingatkan bahwa : “Orang kuat bukanlah kuat dalam
pergulatan, namun orang yang kuat adalah orang yang mampu menahan nafsunya
ketika marah.”Jika seorang hakim memutuskan perkara, Rasulullah saw menegaskan,
“ Hendaklah seseorang tidak mengadili antara dua orang sementara dia sedang
marah. “
Mengendalikan
amarah.
Seperti
diuraikan diatas bahwa marah adalah manusiawi, bahkan menunjukan kadar
keimanan. Melihat kemungkaran, melihat ketidak adilan, agama dihina wajib
hukumnya untuk marah. Marah seperti ini adalah sesuai fitrah karena
kita sudah mempunyai alasan yang objektif untuk marah. Wujud kemarahan itulah yang harus
dikendalikan sehingga tidak merusak tetapi bermanfaat untuk melahirkan insiatif
yang tetap dalam jalur Al Qur’an dan sunnah. Ada beberapa tuntunan praktis
untuk mengendalikan
amarah :
1.
Jika kita marah dalam kondisi
berdiri, maka duduklah dan ketika marah sedang duduk, maka berbaringlah. Insya
Allah kemarahan dapat diredam dan aliran darah dapat normal kembali.
2.
Jika sedang marah, berwudhulah
dengan segera. Air adalah pendingin
tubuh dan sekaligus pe-nyejuk hati.
3.
Redam dengan zikir. Zikir
sangat efektif meredam marah dan membuat hati menjadi tenang. Jika sedang marah
berisighfarlah dan ikuti “Aku
berlindung kepada Allah dari godaan setan yang ter-kutuk. Allah Swt
berfirman:
(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Qs Ar Ra’d :28)
4.
Rubahlah kemarahan dengan kasih
sayang. Allah swt berfirman :
Dan
hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di
atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka,
mereka mengucapkan kata-kata yang baik. (Qs Al
Al Furqon : 63)
Saudaraku,
dalam pesan 7 menit ini, perlu kuingatkan bahwa marah memang sangat berbahaya,
sampai-sampai Rasul Saw mengulanginya hingga 3 kali. Jangan marah!
Karena kemarahan, kita bisa kehilangan harga
diri. Karena kemarahan, kita bisa berlaku tidak adil. Karena kemarahan, kita
bisa bermusuhan meskipun dengan kerabat sendiri. Dan karena marah, kita bisa
lupa daratan.
Semoga
Allah Swt menjauhi kita dari amarah dan
hati ini penuh rasa kasih sayang sesama manusia.
Ya Tuhan kami,
limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah
diri (kepada-Mu)".
Wallahu ‘alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar