TAWAKAL
Bismillaahirrahmanirrahiim
(Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)
Saudaraku kaum yang selalu dalam rahmat Allah
Jika kita merenung sejenak sejenak peristiwa hari-hari belakangan ini, kita disibuki dengan berbagai macam bencana seperti gempa, banjir, tanah longsor, puting beliung dan berbagai bencana baik yang bersifat alami atau kesalahan manusia itu sendiri. Jika ada manusia yang kurang iman maka disinilah peluang setan membelokan keyakinan. Setan membisikan kepada manusia untuk mencari juru selamat yang dapat menangkal bencana. Maka dilakukan berbagai ritual seperti memberikan sajen kepada gunung, pohon besar dan melarung sajen ketengah lautan. Semua perbuatan ini sejalan dengan kehendak setan yaitu membelokan hati manusia kepada tuhan-tuhan lain. Anehnya, banyak orang yang mengaku beriman terjerumus melakukan, pada hal ini perbuatan syirik.
Islam mengajar dalam kondisi apapun manusia harus selalu bertawakal kepada Allah, apalagi menghadapi bencana atau musibah. Berulang-Allah Swt berfirman mengingatkan orang beriman supaya bertawakal, “
Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal." (Qs At Taubah : 51)
Sesungguhnya setan ini tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya. (Qs An Nahl : 99)
Dalam ayat-ayat diatas memberikan gambaran bahwa iman dan tawakkal merupakan bagian yang saling melengkapi dan tidak terpisahkan satu sama lain. Artinya, orang beriman tidak mengharapkan selain Dia, tidak menuju kecuali kepada Dia, tidak berlindung kecuali pada sisiNya, tidak meminta kebutuhan kecuali kepadaNya, dan tidak mencintai kecuali kepadaNya. Mereka mengetahui bahwa apa yang Dia kehendaki akan terjadi dan apa yang tidak dikehendaki Nya tidak akan terjadi, bahwa Dia lah yang mengelola kerajaan tiada sekutu bagiNya, tiada yang membantah ketetapan Nya, dan Dia maha Cepat perhitungaNya. Tawakal adalah ketergantungan hati hanya kepada Al-Wakil Swt semata.” Tawakkal adalah pohon yang baik yang tidak berbuah kecuali buah yang baik dalam diri maupun kehidupan pribadi yang berimbas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Tawakalnya Para Nabi.
Kisah para nabi dapat menjadi pelajaran bagi kita bahwa dengan tawakal yang benar Allah akan menolongnya. Nabi Ibrahim ketika akan dibakar oleh kaumnya dia bertawakal kepada Allah dengan ikhlas dan menyebut Cukuplah bagi kami Allah sebaik-baik wakil, kemudian api menjadi dingin dan ia selamat. Hal demikian juga dialami oleh nabi Muhammad Saw beserta orang-orang beriman saat mereka menghadapi ancaman musuh, orang-orang musyrik dan menyebut. Cukuplah bagi kami Allah sebaik-baik wakil,
Rasulullah Saw telah memberi jawaban tentang bagaimana tawakal dilaksanakan. Dalam riwayat Imam Al-Qudha’i disebutkan bahwa Amr bin Umayah R.hu berkata, “Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah!! Apakah aku ikat dahulu unta tungganganku lalu aku ber Tawakal kepada Allah, ataukah aku lepaskan begitu saja lalu aku bertawakal?’, Beliau menjawab, ‘Ikatlah untamu lalu bertawakallah kepada Allah.” (Musnad Asy-Syihab, Qayyidha wa Tawakkal, no. 633, 1/368)
Saudaraku yang di sayangi Allah ,
BUAH TAWAKAL
1. Ketenangan dan ketentraman.
Orang yang selalu bertawakal kepada Allah merasakan di seluruh relung jiwanya, ia merasa aman ketika orang lain takut, merasa tenang ketika mereka berguncang, merasa yakin saat mereka bimbang, tsabat saat orang lain goyah, penuh harap sementara mereka hilang asa, dan menikmati perasaan ridha saat orang lain diracuni murka. Ia tak ubahnya seperti prajurit yang berlindung di benteng yang amat kokoh, menyediakan makanan, tempat istirahat, perbekalan dan senjata lengkap. Keadaan ini dirasakan oleh Nabi Muhammad saw ketika ia berkata kepada Abu Bakar di gua Tsaur: “Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita. (Qs At-Taubah : 40).
· Seperti yang dialami pula oleh Ibrahim as saat dilemparkan ke dalam api, ia tidak meminta tolong kepada manusia, jin atau malaikat, ucapan yang keluar dari mulutnya hanyalah: “Cukuplah Allah untuk-ku dan Dia sebaik-baik pelindung.” Hal ini diucapkan oleh Nabi Muhammad saw saat manusia berkata kepadanya:
Buah ketiga dari tawakkal adalah izzah-terhormat, mulya yang hanya akan diraih oleh orang yang bertawakkal kepada Allah. Izzah yang mengangkatnya ke tempat yang mulia, mengantarnya menjadi raja besar tanpa perlu singgasana dan mahkota, raja mulia meski tanpa prajurit atau pengikut
Dengannya dada menjadi lapang, hatipun bertambah luas. Ibnul Qayyim mengutip ucapan gurunya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Sesuatu yang ditakdirkan itu dikelilingi oleh dua perkara: tawakkal sebelumnya dan ridha sesudahnya. Siapa yang bertawakkal kepada Allah sebelum berbuat dan ridha dengan ketentuan Allah setelahnya berarti ia telah menjalankan ubudiyah kepada Allah.”
Buah tawakkal ini adalah harapan yang tak pernah padam dalam menyambut masa depan betapapun pahitnya realita yang dihadapi. Di hati orang yang bertawakkal kepada Allah tidak ada celah bagi putus asa, karena ia adalah sifat kekufuran dan kesesatan.
Saudaraku, dengan uraian singkat tentang tawakal maka dalam mengarungi kehidupan tidak ada kekutiran, tidak ada ketakutan sebab apa yang terjadi semuanya dalam ketentuan Allah. Sekarang kata yang terbaik ‘ayo berusaha maju terus, Allah bersama kita.
Sebagai penutup disampaikan sebuah hadits dari Abu Darda ra, dari Nabi saw, ia berkata, “ barangsiapa berkata setiap hari ketika memasuki waktu pagi dan memasuki waktu sore
“Hasbiyallahu la illaha illa huwa ‘alaihi tawakkaltu wa huwa rabbul ‘arsyil azhiim, (Qs A Taubah : 129)
Cukuplah Allah bagiku, tiada Tuhan selain Dia. Hanya kepada Nya aku bertawakkal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki Arsy yang agung.
7 X, Allah akan mencukupinya dalam hal-hal yang menyulitkannya, berupa urusan dunia dan akhirat .
Wallahu a’lam bish shawab
Dengan kisah singkat ini tawakal tidaklah berarti meninggalkan usaha. Hendaknya setiap muslim bersungguh-sungguh dan berusaha untuk mendapatkan penghidupan. Hanya saja ia tidak boleh menyandarkan diri pada kelelahan, kerja keras dan usahanya, tetapi ia harus meyakini bahwa segala urusan adalah milik Allah, dan bahwa perlindungan hanyalah dari Dia semata. Oleh karena itu, kalau saudaraku seorang prajurit akan menuju medan tempur bersiaplah dengan sebaik-baiknya sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan. Jika mendapat tembakan gencar segera mencari perlindungan. Itulah yang dimaksud dengan tawakal selalu berusaha kemudian menyerahkan keputusan dari Allah Swt.
Analog dengan diatas apapun profesi yang saudaraku punyai maka berusaha sebaik mungkin dan kemudian menyerahkan keputusan dari Allah.
Makna Bertawakkal Kepada Allah menurut ulama
Begitu pentingnya tawakal Banyak di antara para ulama yang telah menjelaskan makna Tawakal, diantaranya adalah
- Al-Ghazali rahimahullah dalam Ihya-nya: “Tawakal adalah ketergantungan hati hanya kepada Al-Wakil subhanahuwata’ala semata.”
- ·Al Allamah Al Munawi. Beliau mengatakan, “Tawakal adalah menampakkan kelemahan serta penyandaran (diri) kepada yang diTawakkali.”
- Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma mengatakan bahwa, “ Tawakal bermakna percaya sepenuhnya kepada Allah Ta’ala.
- Imam Ahmad mengatakan, “Tawakal berarti memutuskan pencarian disertai keputus-asaan terhadap makhluk.”
- ·Al Hasan Al Bashri pernah ditanya tentang Tawakal, maka beliau menjawab, “Ridho kepada Allah Ta’ala”,
- Ibnu Rojab Al Hanbali mengatakan, “Tawakal adalah bersandarnya hati dengan sebenarnya kepada Allah Ta’ala dalam memperoleh kemashlahatan dan menolak bahaya, baik urusan dunia maupun akhirat secara keseluruhan.”
- Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, “Tawakal yaitu memalingkan pandangan dari berbagai sebab setelah sebab disiapkan.”
BUAH TAWAKAL
Saudaraku, ketahuilah bahwa tawakal tempatnya adalah hati, sementara gerakan anggota badan (usaha) tidaklah menafikan tawakal itu sendiri. Tawakkal adalah pohon yang baik yang tidak berbuah kecuali buah yang baik dalam diri maupun kehidupan baik kehidupan pribadi yang berimbas pada kehidupan bermasyarakat atau berorganisasi. Di antara buah sikap tawakkal :
1. Ketenangan dan ketentraman.
· Seperti yang dialami pula oleh Ibrahim as saat dilemparkan ke dalam api, ia tidak meminta tolong kepada manusia, jin atau malaikat, ucapan yang keluar dari mulutnya hanyalah: “Cukuplah Allah untuk-ku dan Dia sebaik-baik pelindung.” Hal ini diucapkan oleh Nabi Muhammad saw saat manusia berkata kepadanya:
“Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung”. (Ali imran : 173).
2. Kekuatan.
Buah kedua yang pasti dirasakan oleh mu’min yang bertawakkal adalah kekuatan mental yang membaja terutama ketika tengah menghadapi tantangan yang amat berat. Dia tidak pernah merasa gentar atau merasa lemah terhadap lawan atau setiap ancaman, karena Allah selalu menyertaimya. Desah dzikir yang dicapkan La hau wala quwata illah nbillahi.
3. Kemulian.
Buah ketiga dari tawakkal adalah izzah-terhormat, mulya yang hanya akan diraih oleh orang yang bertawakkal kepada Allah. Izzah yang mengangkatnya ke tempat yang mulia, mengantarnya menjadi raja besar tanpa perlu singgasana dan mahkota, raja mulia meski tanpa prajurit atau pengikut
4. Ridha
5. Optimisme
Saudaraku, dengan uraian singkat tentang tawakal maka dalam mengarungi kehidupan tidak ada kekutiran, tidak ada ketakutan sebab apa yang terjadi semuanya dalam ketentuan Allah. Sekarang kata yang terbaik ‘ayo berusaha maju terus, Allah bersama kita.
Sebagai penutup disampaikan sebuah hadits dari Abu Darda ra, dari Nabi saw, ia berkata, “ barangsiapa berkata setiap hari ketika memasuki waktu pagi dan memasuki waktu sore
“Hasbiyallahu la illaha illa huwa ‘alaihi tawakkaltu wa huwa rabbul ‘arsyil azhiim, (Qs A Taubah : 129)
Cukuplah Allah bagiku, tiada Tuhan selain Dia. Hanya kepada Nya aku bertawakkal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki Arsy yang agung.
7 X, Allah akan mencukupinya dalam hal-hal yang menyulitkannya, berupa urusan dunia dan akhirat .
Wallahu a’lam bish shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar