Kamis, 30 Agustus 2012

MAJELIS DZIKIR



Bismillaahirrahmanirrahiim

(Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)

Saudaraku yang selalu dalam petunjuk  Allah Swt.
Hari yang saat ini matahari menyinari kita, dan siangnya menyapa kita, inilah hari kita. Umur kita, mungkin tinggal hari ini. Beristighfarlah atas semua dosa, ingatlah selalu kepadaNya, bersiap-siaplah untuk semua perjalanan menuju alam keabadian, nikmatilah hari ini dengan segala kesenangan dan kebahagiaan Mari kita berdzikir, ingat kepada Allah setiap saat baik  dalam kesendirian maupun dalam majelis..
Apa itu dzikir? Prof Dr TM Hasbi Ash Shidieqy didalam bukunya pedoman dzikir dan doa menjelaskan tentang definisi dzikir sebagai berikut : Dzikir ialah menyebut Allah dengan membaca tasbih (subhanallah), membaca tahlil (la ilaha illallahu), membaca tahmid (alhamdulillah,) membaca taqdies (quddusun), membaca takbir (Allahu Akbar), membaca hauqalah (la haula quata illa bil-lahi), membaca hasbalah (hasbi-yallahu), membaca basmalah (bismillahirrahmanirrahim), membaca al Qur’anul Majid dan membaca doa-doa yang mat’sur, yaitu do’a-do’a yang diterima dari Nabi Muhammad Saw.
Saudaraku yang penuh aktifitas,
Dapat juga dipandang dzikir (mengingat Allah dan menyebutnya, dengan segala rupa aktifitas yang berkaitan dengan ketaatan. Karena itu persidangan-persidangan yang diadakan untuk membicarakan soal agama dapat dinamakan majelis dzikir. Majelis-majelis yang dibentuk untuk membicarakan  soal halal haram, dipandang juga majelis dzikir (Majelis menyebut Allah).Apabila majelis itu berbicara tentang  amar ma’ruf dan nahi mungkar atau mengambil kebijakan dalam rangka kemashalatan umat asal dengan niat ikhlas mencari keridhaan Allah juga dapat disebut majelis dzikir
Dilingkungan kita majelis dzikir (menyebut-nyebut kalimat thayibah)  telah banyak dilaksanakan   dalam   bentuk  tadarus  Al Quran dan tahlil. Sejauh majelis ini menurut tuntunan syara’ maka majelis tersebut harus diteruskan dan dikekalkan. Tetapi jika ada niat lain atau pelaksananya bertentangan  dengan sunnah rasul harus diperbaiki. Apalagi  jika ada  majelis dzikir  yang mempunyai niat lain seperti memecah belah umat, menebarkan kebencian tetapi berkedok dzikir harus dilarang.
Tentunya kita berzikir ada tuntunan atau perintah baik yang termuat maupun dalam sunnah, diantaranya :
Allah swt berfirman
  • "Maka berdzikirlah engkau semua kepadaKu, tentu Aku akan ingat padamu semua." (QS al-Baqarah: 152)
  • "Dan berdzikirlah kepada Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan takut dan bukan dengan suara keras, di waktu pagi dan petang dan janganlah engkau termasuk orang-orang yang lalai" (QS al-A'raf: 205)
  • "Dan berdzikirlah engkau semua kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya, supaya engkau semua berbahagia."(QS al-Jumu'ah: 10
  • Sesungguhnya orang-orang Islam, lelaki dan perempuan," sampai kepada firman Allah Ta'ala: "Dan orang-orang'yang berdzikir kepada Allah, lelaki dan perempuan dengan sebanyak-banyaknya, maka Allah menyediakan kepada mereka itu pengampunan serta pahala yang besar." (Qs al-Ahzab: 35
  • Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. (QS al-Ahzab: 41-42)
Allah Swt berfirman berkaitan dengan majelis  dzikir, dari Abdurrahman bin Sahl bin Hanif, katanya, pada suatu saat ketika Rasulullah Saw berada dirumahnya turunlah ayat kepada beliau :”Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya( Qs Al Kahfi : 28 ) Maka setelah menerima wahyu tersebut Rasulullah Saw keluar untuk mencari orang-orang yang dimaksud dalam ayat tersebut. Kemudian beliau menjumpai kelompok orang yang sedang berdzikir. Diantara mereka, ada yang rambutnya tidak teratur dan kulitnya kering, dan ada yang hanya memakai sehelai kain (memakai kain sarung saja), ketika Rasulullah Saw melihat mereka, beliau pun duduk bersama mereka dan bersabda , “ segala puji bagi Allah yang telah menciptakan di antara umatku orang-orang yang menyebabkan aku diperintahkan duduk bersama mereka.
Hadits tentang dzikir
  • Dari Anas r.a, bahwa Rasulullah Saw bersabda, “ Apabila kalian melalui taman taman–taman syurga, maka nikkmatilah buah-buahannya.“ para sahabat ra bertanya, Ya Rasulullah, apakah taman surga itu? Beliau menjawab, Majelis Dzikrullah
  • Dari Abu Haurairah r.a  dan Abu Sa’id r.a, keduanya bersaksi bahwa mereka mendengar Rasulullah saw, bersabda, “Apabila ada suatu jamaah yang berdzikir kepada Allah Swt, maka para malaikat akan mengerumuninya dari semua penjuru, mereka akan dinaungi rahmat Alllah Swt, akan diturunkan sakinah kepada mereka dan Allah Swt sendiri akan membangga-banggakan mereka didepan  majelis Nya."
  • Dari  ‘Abdillah bin ‘Umar r.a, ia berkata : Aku bertanya kepada Rasulullah Saw “Ya Rasulullah , apakah ganjaran (pahala) dari majelis dzikir?"  Beliaupun menjawab “Ganjaran majelis adalah sorga “
 Didalam buku warisan suci karangan Hasan Al Banna  dijelaskan bahwa berjamaah dalam suatu taat sudah merupakan kebaikan tersendiri. Apalagi dalam jamaah itu diperoleh banyak faedah, mempertemukan hati dalam kasih sayang, memperkuat ikatan dan menggunakan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat. Jamaah dzikir dimakruhkan bila di dalam nya terdapat hal-hal yang tidak disenangi dalam syara’ seperti mengganggu orang salat, bermain-main atau tertawa, atau mengubah-ubah kalimat atau mengganggu bacaan yang lain.
Supaya majelis zikir benar mendapat kebaikan maka, majelis yang diadakan oleh umat harus memperhatikan tuntunan lebih tinggi yag  termuat didalam Al Qur’an, Allah Swt befirman  
  • Berdo`alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.(Qs Al A’raaf : 55)
  • Dan sebutlah (nama) Tuhan-mu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (Qs Al A’raaf : 205)
Hal yang sama ditegaskan oleh  Rasulullah Saw dalam suatu hadits yang diriwayatkan  dari Abu Musa r.a katanya: Ketika kami bersama Rasulullah s.a.w dalam satu perjalanan, para Sahabat bertakbir dengan suara yang cukup kuat lalu baginda bersabda:  “Wahai umatku! Perlahankanlah suara kamu. Sesungguhnya kamu bukannya berdoa kepada mereka yang buta ataupun ghaib, akan tetapi kamu sedang berdoa kepada yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat dan Dia bersama kamu.
Saudaraku yang dirahmati Allah.
Setelah mengetahui keutamaan majelis dzikir maka mendorong bagi kita untuk menghadiri   atau mengadakan majelis dzikir didasarkan niat karena Allah semata. Majelis dzikir dapat dibangun di masjid, digedung pertemuan bahkan di rumah pribadi. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah r.a berkata bahwa bahwa Rasulullah Saw bersabda, Penduduk langit akan melihat rumah orang-orang yang digunakan untuk berdzikir bagaikan penduduk bumi melihat cahaya bintang-bintang dilangit.
Majelis dzikir yang baik adalah majelis malaikat, sementara majelis lalai dan sia-sia  adalah majelis syetan. Akhirnya terserah kepada diri masing masing untuk memilih yang disukainya, setiap orang tentu menyukai sesuatu sesuai dengan sifat dan kecenderungannya. Oleh karena itu mari kita berdzikr, dan kita mohon pertolongan kepada Allah supaya kita selalu, berdzikr dan beribadat dengan baik , sesuai dengan hadits dibawah ini.
Dari Mu'az r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengambil tangannya dan berkata: "Hai Mu'az, demi Allah, sesungguhnya saya ini mencintaimu." Beliau s.a.w. lalu melanjutkan sabdanya: "Saya berwasiat padamu, hai Mu'az, janganlah sekali-kali engkau meninggalkan setiap selesai bersembahyang mengucapkan
- Allahumma a’inni ‘ala dzik-rika wa syukrika wa husni ‘iba-datika.
yang artinya:
"Ya Allah, berilah saya pertolongan untuk tetap berzikir kepadaMu, serta bersyukur kepadaMu dan beribadat secara baik kepadaMu." (Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih)
Wallahu alam bish shawab

MEMELIHARA IMAN


Bismillaahirrahmanirrahiim
(Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)

Saudaraku yang tua dan muda semoga selalu dalam kasih sayang Allah.
Aku berbagi pesan tentang memelihara iman. Sebab sering terjadi kita mendengar pernyataan “Saya telah beriman” pernyataan yang mudah, tetapi  sedikit  sekali yang   berpegang  teguh    dengan pernyataan itu.  Sebab gelombang kehidupan akan menerpa setiap anak manusia mulai dari kelahirannya sampai tiba hari kematiannya. Keimanan layaknya tanaman  makin dipelihara dia makin subur, jika dia dibiarkan maka dia pasti akan layu dan kemudian mati. Kondisi keimanan bagi setiap orang berbeda-beda kadang-kadang dia menunjukan grafik yang bagus, tetapi suatu waktu terjadi penurunan  dan kemudian naik lagi. Yang berbahaya grafik keimanan menukik kebawah tidak terkendali sehingga ketika nyawa terlepas dari tubuhnya dia dalam kedaan kafir. Kita berlindung kepada Allah dari keadaan yang demikian.
Kondisi demikian sudah digambarkan oleh Allah swt dengan firman Nya
Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula), kemudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yang lurus. (Qs An Nisaa’ : 137)
Ibnu Katsir menafsiri ayat ini, “ Allah Ta’ala memberitahukan ihwal orang yang masuk ke dalam keimanan, kemudian dia berubah antara keimanan dan kekafiran, kemudian bertambahlah lagi kekafirannya hingga dia mati. Sesungguhnya Allah tidak mengampuninya, karena tidaklah dia meninggal kecuali kekafirannya telah bertumpuk ,”
Bagaimana kalau seseorang merasa beriman  tetapi berbuat maksiat,  kondisi seperti ini sangat sering terjadi disekitar kita, bukan tidak mungkin menghinggapi diri kita sendiri. Coba kita perhatikan di tayangan telvisi begitu antusiasnya mengikuti pencerahan iman tetapi disisi lain perbuatan maksiat dilakukan seperti korupsi, perzinaan dsbnya. Hal demikian dijelaskan dalam suatu hadits  yang diriwayatkan  dari Abu Hurairah r.a katanya: Sesungguhnya Rasulullah s.a.w pernah bersabda : Seorang penzina tidak akan berzina jika ketika itu dia berada di dalam keimanan. Seorang pencuri tidak akan mencuri jika ketika itu dia berada di dalam keimanan yaitu iman yang sempurna. Begitu juga seorang peminum arak tidak akan meminum arak jika ketika itu dia berada di dalam keimanan. Dapat difahami ketika dia bermaksiat maka keimanan pada dirinya selama dia bermaksiat ditanggalkannya,
Saudaraku yang dikasihi Allah, semoga selalu dalam keimanan.
Allah memelihara dan menjaga keimanan terhadap hamba-hambaNya yang shalih dan wali-Nya di dunia.. Itulah janji Allah kepada orang beriman tetapi sebaliknya, orang beriman harus menjaga Rabbnya.  Rasulullah Saw bersabda  “Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Dan Allah Swt berfirman “
Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya). (Qs Qaaf :32)
Menjaga Allah berarti memelihara iman diri pribadi dengan mematuhi semua peraturan Allah baik yang bersifat perintah maupun yang bersifat larangan. Satu sisi melaksanakan perintahNya dan satu sisi meninggalkan semua larangannya dengan sepenuh hati.  Ini adalah salah satu ciri dari orang yang bertakwa. Dengan demikian   menjaga Allah diwujudkan dalam amalan nyata, seperti :
1.    Memelihara shalat. Allah Swt menamakan orang yang selalu melakukan shalat sebagai orang yang memeliharanya, Allah berfirman :
Peliharalah segala shalat (mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu`. (Qs Al Baqarah : 238).
Untuk memelihara shalat tiga hal yang perlu mendapat perhatian  :
a.      Menunaikan pada waktunya. Jika menunda shalat hingga waktunya habis, maka Allah tidak menerimanya kecuali uzur. Shalat itu dilipat dan dilemparkan ke wajah si pemiliknya dan dia berkata, “ Semoga Allah menyia-nyiakanmu, sebagaimana  kamu menyia-nyiakanku.
b.   Melaksanakan dengan berjama’ah. Tidaklah sempurna shalat yang dilakukan tanpa  berjama’ah kecuali uzur. 
c.    Melaksanakannya dengan penuh khusyu’. Hadirkan hati dan pikiran tertuju hanya     kepada Allah.
2.      Menjaga anggota tubuh. Termasuk menjaga Allah, apabila seseorang menjaga anggota   tubuhnya dari perbuatan maksiat dan menundukkannya untuk mentaatinya.  Berikut adalah      uraian rinci masalah yang penting ini.
a.    Menjaga hati. Hati harus dijaga  agar terhindar dari berbagai penyakit seperti syirik,   riya’, ni-fak, takabur, ujub, dengki dsbnya Hati hendaklah dipenuhi dengan pentauhidan kepada Allah, ikhlas jujur, tawakal, selalu bergantung kepadaNya. Pada hari kiamat manusia akan rugi kecuali, sebagaimana firman Nya : “  
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,  (Qs As  Syu’araa : 88-89)
b.  Menjaga lisan.  Hamba  menjaga Allah dengan menjaga lisannya, karena sebagian besar keburukan dosa dan maksiat disebabkan olehnya. Betapa banyak  lisan tergelin-cir pada perbuatan maksiat dan betapa banyak dua malaikat men-catat perbuatan buruk   yang kelak akan dilihat  pada hari kiamat. Rasulullah Saw bersabda : ‘ Barangsiapa  yang menjamin untukku apa yang ada diantara kedua tulang tahangnya (lisan) dan apa yang ada diantara kedua kakinya (kemaluannya) maka aku menjamin untuknya syurga.  
c.  Menjaga pendengaran.    Cara hamba menjaga Allah adalah bila dia menjaga pendengarannya.   Seorang mukmin tidak mendengarkan sesuatu yang diharamkan Allah. Dia tidak mendengarkan ghibah,   dosa dan maksiat. Allah berfirman:  
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.  (QS Al Israa’: 36)
d. Menjaga  pandangan. Jika seorang muslim menjaga pandangannya, tidak mengarahkannya kepada yang haram, tapi diarahkan kepada ketaatan kepada khaliknya, maka Allah akan menjaga dan mengurusnya. Allah berfirman : “
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". (An Nuur : 30)
e.    Menjaga perutnya .  Yang harus dijaga oleh seorang muslim, adalah menjaga perutnya dari makanan haram. Dan tidak makan kecuali yang dihalalkan Allah. Dia menghindari segala sumber harta yang haram, seperti riba, penipuan, perdagangan yang diharamkan Allah. Dia perbaiki makanan dan minumannya agar doanya dikabulkan.. Allah berfirman : “

Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.     (Qs Al Maidah : 88)
Bila seorang muslim telah memelihara semua amalan ketaatan dan tubuhnya dipelihara dan menjauhi dari semua perbuatan maksiat maka dia telah memelihara dan menjaga keimanannya.   
Akhirnya mari kita berdoa
Rabbanaa laa tuzigh quluubanaa ba’da idz-hadaitanaa wahab lanaa min ladunka rahmatan innaka antal-wahhab.
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)."(Qs Ali Imran: 8).
Nasrun minnallah
Wallhu ‘alam bish shawab